Tuesday, June 5, 2012

Diintip oleh ABG di Rumahku.

Saya, suami dan anak-anak tinggal di apartemen (kalau di Indonesia sih disebutnya mesti condominium). Apartemen kami tidak jauh dari sekolah anak-anak, cukup jalan kaki saja. Saya 45 tahun. Anak saya yang SMA namanya Bayu. Teman-teman Bayu sering main dan menginap di apartemen kami. Kadang-kadang numpang tidur siang juga. Biasa lah anak-anak. 

Ada satu temannya yang paling rapat dengan anak saya, namanya Hasan. Mereka sekelas dan dari SMP kelas 1 memang sudah berteman. Hasan ini sangat sopan kepada saya, dia selalu panggil saya Tante. Saya juga kenal baik ibu Hasan yang rumahnya satu condo dengan saya. 

Walau Bayu sedang keluar, Hasan masih tetap suka juga datang dan ikut nonton TV, atau malah numpang istirahat di kamar Bayu. Hasan sangat memperhatikan saya. Saya sih senang saja diperhatikan. Walau saya awalnya tidak curiga bahwa perhatian Hasan itu ada makna yang lain. 

Tetapi lama-lama saya rasa dia sering memperhatikan gerak gerik saya dari ekor matanya, dan kalau saya pandang balik, dia pura-pura melihat ke arah lain. Apa dia mulai memperhatikan tubuh saya? 

Walau saya sangat terhormat di lingkungan kami, dan di antara ibu-ibu. Tiada orang yang tahu bahwa saya sangat suka browsing internet dan terutama membaca cerita-cerita yang erotik. Akhirnya saya sadar bahwa Hasan memperhatikan saya bukan hanya sebagai ibu temannya tapi juga saya sebagai perempuan dewasa. 

Itu saya ngerti setelah saya merasa sekali diintip waktu mandi dan kebetulan saya menyaksikan dia onani di rumah saya (baca aja ya di cerita "Menyaksikan ABG Onani di rumahku"). Rupanya dia obsesi perempuan dewasa, dan kebetulan sayalah orangnya, idealnya dia. Heran juga, karena saya kan selalu sopan di depan dia (jaga image la), walau di rumah, di depan dia saya selalu pakai pakaian yang tertutup dari ujung kepala sampai ujung kaki (ngerti kan maksudnya?). 

Kayak bintang filem juga nggak, biasa saja, hanya kulit saya tidak gelap (artinya rada putih gitu walau nggak putih banget seperti cina), maklum ketutup terus.Tapi kejadian itu memang menggugah insting kewanitaan saya. Biar gimana saya wanita normal yang senang juga kan kalau dikagumi, apalagi sama abg ganteng dan sopan (penampilannya maksudnya). dan kejadian saya dipijat refleksi sama teman (pasangan suami istri) , dan dipijat refleksi sama bapak-bapak di rumah teman, semuanya memang ada pengaruh. 

Maklumlah normal. Bukan berarti saya mau masuk ranjang sama lelaki lain, belum lah kalau itu (ngeri kan kalau ketahuan suami).Hasan masih biasa datang ketemu Bayu anak saya dan tentunya ketemu saya juga, sok ramah dan ngobrol sama saya. 

Karena saya udah tahu rahasia perasaan dia, saya kalau ngobrol sama dia agak merasa lain gitu, sedikit kagok dan ada debar sedikit. Tapi saya tidak melakukan apa-apa cuma menikmati perasaan itu aja, dan tidak bertindak lebih lanjut.

Suatu sore hari saya rada pusing dan groggy karena baru baca internet dan ada cerita yang erotik. Kebetulan itu cerita lama yang saya ketemu lagi di internet dan baca lagi (kalau nggak salah mengenai tante yani dan tarto). Sebagai perempuan normal, saya cukup hangat juga rasanya. 

Tau-tau telpon berdering dan ternyata Hasan, dia mau datang memulangkan buku pelajaran SMA Bayu. Saya kasih tau bayu lagi ke luar, tapi dia tetap akan datang juga. Mungkin karena otak saya lagi tidak normal, dan ada rasa horny, saya senang juga Hasan mau datang. Peristiwa dia onani membayang lagi di kepala saya. Saya jadi merancang mau main-main (lebih tepat mempermainkan) dengan dia, tidak terlalu jauh tapi iseng gitu.

Saya ganti baju dulu, tetap baju yang sopan sih, tertutup dari kepala dan hingga kaki gitu. Tapi baju yang dipakai adalah baju panjang, semacam baju gamis (gaun terusan model Arab) terbuat dari bahan kaos dan berwarna putih, dan berkancing di depan banyak banget. Kancingnya sampai kira-kira sedikit di bawah lutut. Saya pakai BH seperti biasa, dan enah kenapa, saya pilih pakai CD g-string putih sutra satu-satunya yang saya punya. G-string ini saya jarang banget make, mungkin karena lagi kurang waras otak, saya jadi milih g-string. Biasanya saya pakai baju dalam lagi, tapi kali ini tidak. Wah rasa seksi sekali karena bajunya bahan kaus jadi rada keliatan gitu lekuknya.Nggak lama Hasan datang, meletakkan buku di meja dan kita nontoh TV sama-sama deh, apa lagi?. 

Saya duduk di sofa dan dia duduk di kursi di sebelah saya. Entah kenapa saya rada horni (sudah dari tadi sih). Dan kata Hasan, muka saya tampak pucat. Saya bilang saja saya kurang sehat dan rada pusing (sebenarnya karena banyak baca internet). 

Seperti biasa kalau lagi ngobrol sama saya, Hasan rada salah tingkah dan selalu melirik dan memperhatikan saya secara sembunyi-sembunyi. Supaya dia lebih dek-dekan kadang-kadang saya rubah posisi kaki, jadi silang, jadi lurus. Dan saya feeling dia selalu mengikuti gerakan itu. Walau berbaju gamis panjang, tetapi kaki saya terbuka hingga betis karena bagian bawahnya tersingkap kalau saya menyilang kaki.

Dari tempat duduk Hasan, dia mesti bisa lihat betis saya dengan jelas. Jarak dia hanya 2 meter saja dari saya. Karena pernah memergoki Hasan onani dengan memanggil dan menyebut nama saya, saya yakin dia mesti sering membayangkan saya malam-malam sebelum tidur (ini sih logika saya saja). 

Melihat betis saya pasti membuat dia deg-degan. Ah, saya menikmati kenakalan saya. Supaya lebih seru lagi, sambil ceritanya nonton memandang layar TV, saya rubah posisi kaki sehingga menyilang lagi. Betis saya akan terlihat jelas, dan Hasan jadi pucat. Kemudian, seolah-olah gerakan yang normal, saya menarik sedikit bagian bawah gamis hingga kedua lutut saya terlihat dan menggaruk-garuk lutut saya seolah-olah gatal, sambil tetap memandang TV. 

Saya lirik, Hasan, dengan muka yang pucat mencuri-curi pandang ke lutut saya, dan ia tak berani memandang saya secara langsung.

Sesudah ada satu menit menggaruk dan mengusap lutut dan betis, saya hentikan gerakan itu, tapi seolah-olah lupa untuk menurunkan gamis (gaun panjang) saya, dan tetap tersingkap hingga sedikit di bawah lutut. Karena gamis yang saya pakai terbuat dari bahan kaus, lumayan juga tercetak bentuk badan saya terutama di daerah paha dan pinggul. 

Hasan sudah tak tenang duduk. Saya bayangkan, dia mesti sudah merasa berdesir-desir di kemaluannya. Mungkin juga sudah mulai mengeras. Maklum kan ABG cepat bereaksi. Saya sendiri juga rasa berdebar dan hangat.

Ah, saya buat apa lagi ya?

"Ah bosen, Coba tante liat ada program lain yang bagus nggak di TV", kata saya. 

Karena remote TV rusak, saya berdidi dan jalan ke depan TV dan membelakangi Hasan. Dia cuma 1 m duduk di belakang saya. Kemudian masih berdiri saya membungkuk dan merubah-rubah chanel TV. Pantat saya benar-enar hanya 1 m dari dia. Saya dapat mendengar dengusan nafasnya yang tertahan-tahan. Pinggul, pantat dan pinggang saya pasti tercetak di balik gaun panjang putih yang saya pakai, apalagi saya memposisikan kaki saya agak melebar. Saya tak tahu apakah cahaya TV akan membuat pinggang saya menerawang dari posisi Hasan. 

Untuk variasi saya kemudian letak lutut di lantai dan nungging seolah cari sesuatu di kolong meja TV. "Kemana ya remotenya" kata saya, padahal remote memang rusak dan ada di atas meja makan. Saya yakin Hasan mesti mau copot jantungnya melihat pinggul saya yang nungging itu.

Sambil nungging saya mikir apa lagi nih. Saya yang juga merasa ada rangsangan ingin mencoba lebih jauh lagi. Saya berbalik memandang Hasan, sperti jongkok, tapi lutut saya yang satu ke lantai, jadi tampak feminin. Saya hati-hati supaya paha dalam saya tak tersingkap, tapi saya pastikan lutut dan semua betis saya terekspose. 

"Hasan, tante kurang fit, mau tiduran dulu, kamu nonton aja sampai Bayu pulang". 

Hasan tampak serba salah dengan posisi saya. "Ya tante" katanya gagap-gagap. "Ah, tante mau kencing dulu", heran juga kenapa saya sampai ngomong gitu, mungkin terbawa suasana. Saya ke kamar mandi dekat dapur yang pintu bawahnya sudah rusak dan ada celah.Saya yakin, dari pengalaman sebelumnya, Hasan akan mengintip saya dari celah bawah pintu. Saya kencing duduk di toilet. Saya lihat bayangan Hasan di dekat pintu, tapi dari posisi itu dia hanya akan dapat melihat hingga betis saja. CD g-string yang saya turunkan ke bawah mesti dapat dia lihat. Suara serrr..... kencing saya mestinya membuat dia tambah terangsang. 

Saya cebok dan cuci bagian kemaluan saya dengan sabun wangi. Saya lap dengan handuk dan memakai CD lagi. Bayangan Hasan sudah tak tampak. Sewaktu saya keluar toilet, Hasan sudah duduk semula. tapi saya tahu, bagian kemaluan dia mesti sudah membengkak karena rangsangan. 

"Tante tidur dulu ya, pusing dan ngantuk, mungkin karena obat" kata saya bohong sambil masuk kamar. Pintu saya rapatkan tapi tidak saya tutup, jadi masih ada celah. 

Saya berpikir ada kemungkinan Hasan mungkin mengintip saya sewaktu dia merasa saya sudah tidur. Entah, saya pun berharap begitu juga. Saya mersa hangat di seluruh tubuh dan desiran darah yang kencang. 

Daerah kemaluan saya terasa berdesir-desir. Ok, saya akan akting seolah tidur. Dengan gerak cepat saya lepaskan BH saya dan merapikan baju kembali. Susu saya tidak besar, sedang saja, tapi dengan bahan kaus, pentil saya mesti tercetak juga. Beberapa kancing bawah saya lepas, jadi gaun gamis saya dapat tersibak sampai lutut. kancing atas saya buka dua biji, sehingga daerah di antara dua susu akan terekspose. Kemudian saya berbaring di tempat tidur, terlentang dengan kedua kaki saya buka sedikit. kaki saya menghadap pintu jadi kalau Hasan mengintip bagian paha saya juga akan tampak sedikit. Tudung labuh yang saya pakai bagian bawahnya saya naikkan ke atas untuk menutup muka. Jadi muka saya tertutp hingga sedikit di bawah mata. 

Karena kain tudung tidak tebal, saya dapat melihat jelas dari balik kain tudung saya. Leher dan bagian depan dada saya jadi terekspose walau tidak banyak. Dan saya naikkan tangan kemuka seolah-olah melindungi mata.Lama juga bermenit-menit saya menunggu, mengharap Hasan mengintip, atau malah masuk? Seronok juga saya membayangkan itu. 

Supaya tampak telah tertidur, saya pura-pura mengorok lembut. Mungkin itu tanda-tanda yang ditunggu Hasan. Pintu tampak bergerak dan dia memandang dari balik celah pintu. Dari ujung kaki ke pintu jarak hanya 1 meter saja. 2 atau 3 menit kemudian, Hasan masuk dan berdiri di pinggir ranjang dekat kaki saya. Dari balik kain tudung dan dari sela-sela tangan, saya dapat melihat Hasan tanpa dia sadar bahwa saya tahu semua gerak-geriknya. Pandangannya tertuju ke tubuh saya. 

Cetak pentil saya dia pandangi dan yang sangat menarik perhatiannya adalah pemandangan yang di bawah. Pucat dan tampak Hasan agak bergetar badannya, dan yang saya tak tahan dan berdesir adalah dia sekali-kali meremas dan menekan bagian depan celananya.

Ohhhh, apa dia akan onani di depan saya sambil memandangi tubuh saya. Saya pura-pura mengorok perlahan. Ya ampun, Hasan semakin mendekat dan sudah hampir menyentuh tepi ranjang. Dan ahhh, dia membungkuk dan berlutut di tepi ranjang. 

Dia sentuh dan goyang sedikit kaki saya, dan panggil nama saya dengan lembut " tante-tante, sudah tidur ya..?". Tiada respon dari saya dan membuat Hasan lebih berani. Mukanya mendekat, dan kini muka dia sudah di daerah lutut saya. Oh, nafasnya terasa di kulit saya. Dia pasti dapat melihat celana dalam g-string saya. Saya sendiri sudah berdebar nggak keruan, daerah di anatra kedua paah saya terasa berdesir dan hangat nikmat.

"Aduh, putihnya kulit paha tante" desahnya lebih berani kaerna dia sangka saya tidur akibat pengaruh obat. Perlahan-lahan dia buka kancing gamis saya hingga kancing yang di dekat perut.

Daerah di bawah perut sekarang terbuka, dan Hasan menyibakkan gaun bagian bawah saya. Dan oh, beraninya dia, kini dia mendekatkan hidungnya ke depan CD saya, ya ampun mesti dia bisa mencium aroma saya di situ. 

Dengan satu tangan menopang di atas ranjang dia menekan lembut hidung dan mulutnya ke CD saya tepat di depan bibir kemaluan. Kenikmatan dan kegatalan terasa menerpa daerah itu. Panasnya nafas Hasan yang tersendat terasa pada sekitar kemaluan saya. Hidung dan bibirnya menekan lembut. Ah beraninya dia. 

Samar saya terdengar suara resleting dibuka, oh dari celah tangan yang menutup muka, saya lihat Hasan mengangkat badan, dan membuka releting dan bagian depan celananya. Tangannya merogoh ke dalam celana dalamnya dan mengeluarkan batang kemaluannya. 

Ya ampun, batangnya bukan hanya keras, kemerahan di bagian kepalanya, tetapi juga sudah ada basah-basah cairan bening di bagian ujung lubangnya. Tak terasa cairan nikmat saya juga merembes sedikit danmembasahi g-string saya. 

Saya lihat Hasan meremas-remas batangnya yang menyembul keluar dari cd-nya. Tampak cairan bening merembes. Dan ah, terasa tangan Hasan lembut mengangkangkan kaki saya, membuka sedikit demi sedikit. Ahhh, saya pura-pura mengelu dalam tidur, dan tidak mencegah. 

Saya masih pura-pura mendengkur, dan dengkuran itu juga berguna untuk menutupi nafas saya yang juga terengah. Saya biarkan kaki saya terbuka dan terasa dingin di bagian selangkangan karena g-string yang hanya sedikit menutupi bagian memek saya.

Hasan terpana melihat selangkangan saya.Nafasnya terdengar memburu. Dengan posisi paha yang membuka, daerah tepi kemaluan saya akan terpampang jelas karena kain g-string yang memang minim menutup daerah itu.

Dan ke bawah sedikit memang cuma seperti tali saja yang menutup (sebetulnya tidak bisa nutupin sih) daerah lubang dubur. Posisi mengangkang dan dipandang seperti itu menambah detak rangsangan. Dan terasa ada lagi cairan merembes keluar dari kemalan saya. Saya malu, tapi juga suka, nikmat, campur menjadi satu. jalur g-string terasa melesak dan membelah dubur saya dan terus melesak masuk di antara kedua bibir memek. Hasan pasti dapat melihat jelas bibir kiri dan kanan memek saya, juga tonjolan batang kelentit saya dari balik kain kecil sutra tipis g-string di daerah atas bibir memek. 

Ada goncangan, saya rasa pasti dia sedang mengocok batangnya sendiri. Tangan yang satu lagi mengelus-elus rambut di bibir memek saya. Sekali-kali dia tekan batang kelentit saya dan juga kacang kelentit di ujungnya. Kenikmatan mulai melanda saya. Ah, terasa panas nafas Hasan, dan ah lidahnya mengelus bibir memek dan membasahi rambut memek saya. Ah, pasti lidahnya dapat merasakan asinnya cairan nikmat yang terus merembes keluar dari liang memik saya.

Tangannya pun mengusap celah di antara kedua bibir dengan menelusupkan jarinya kebalik tali dan kain tipis CD saya, masuk sedikit tapi Hasan tak berani meneruskan menusukkan jarinya masuk. Dan memain-mainkan dengan lembut ujung jarinya di lubang memek saya yang sudah banjir sambil sekali-kali menjilat daerah itu. 

Tiba-tiba saya dengar Hasan mengejang dan goncangan saya rasakan karena kocokannya semakin menggila di batang kemaluannya. Dengan nafas tersekat, Hasan mengerang kecil, dan ya ampun saya rasakan ada cairan hangat jatuh ke betis saya beberapa kali.

Ah, air mani Hasan pasti. Dan puncak nikmat Hasan membuatnya tak terasa melesakkan jari telunjuknya masuk ke dalam lubang saya. Ah, semua itu menyebabkan ledakkan nikmat yang intens di dasar lubang saya, menuju ke kelentit dan menyebar ke semua daerah bibir memek. 

Perasaaan panas hangat menjalar ke seluruh tubuh saya, dan erangan saya daapt saya tutupi seolah saya mendengkur. 

Saya mati-matian menahan diri untuk tidak gemetaran. Hampir satu menit saya menahan gejolak dan secaar perlahan saya seolah-oleh sambil tidur saya luruskan kaki. Hasan terkejut tampaknya melihat saya bergerak tapi tampak lega karena saya ternyata tetap terlihat tidur. Batangnya yang basah dengan air mani tidak dia lap lagi dan langsung dia masukan kedalam cd-nya dan merapihkan celananya.

Perlahan dia lap mani yang tercecer di kasur dan betis saya dengan ujung kaos t-shir yang dia pakai. Dia kancingkan lagi gaun gamis saya seperti semula. Berjingkat dia keluar kamar saya dengan rasa puas dan lega yang terpancar di mukanya. 

Kelegaan yang sama juga saya rasakan. Ah malunya dia telah melihat saya dalam posisi terkangkang, dan dapat melihat, menyentuh dan merasakan daerah kemaluan saya, walau masih memakai CD saya. Tapi kenikmatan yang saya rasakan rasanya boleh juga, lagipula saya kan ceritanya sedang tidur nyenyak, jadi martabat saya nggak terlalu turun. 

Soal dia bisa melihat daerah kemaluan saya......, ah biarlah, dia kan sudah biasa liat porno-porno di internet. Kalau saya nanti ketemu dia lagi, ah anggap saja tidak ada apa yang terjadi. Saya segera lelap tertidur karena lega dan lelah.


sumber:www.krucil.com

No comments:

Post a Comment