Tuesday, June 19, 2012

Friska's Diary Chapter 1 : Holyshit Brother!

Tujuh belas tahun sudah diriku sekarang. Aku tumbuh menjadi gadis remaja yang tak taulah mau di bilang ceria atau tidak. Mungkin teman temanku menganggap bahwa hidup seperti ini enak, tapi ternyata jadi anak orang kaya itu tidak enak seperti yang dibayangkan oleh orang orang yang tidak mampu di luar sana. Bayangkan saja, setiap hari kerjaanku hanya menonton TV menunggu guruku datang. Ayah tak mengizinkanku untuk bersekolah layaknya teman temanku, karena ia tidak mau putri satu satunya bergaul dengan orang orang yang menyimpang. Aku akui bahwa aku sangat beruntung terlahir di keluarga ini, memiliki ayah yang protective terhadapku. aku lupa, belum menceritakan tentang ibuku. Ia sosok wanita tangguh dan pekerja keras, tetapi itu tinggal kenangan. Ia meninggal disaat umurku tujuh tahun. Pada saat itu aku belum mengerti apa apa karena ayah selalu merahasiakan dan beralasan “ibu sedang pergi tugas ke Amerika” sampai pada suatu saat aku tahu bahwa ibuku telah meninggal. Aku menangis di kamar sejadi jadinya. Waktu itu aku berumur lima belas tahun. Aku memiliki seorang kakak angkat yang cukup baik terhadapku. ia sosok seorang kakak yang tegas pada adiknya. Namanya Kak Dedi. Umurnya tak beda jauh denganku penampilannya, jauh dari kata ganteng. Bahkan salah satu temanku ada yang mengira ia tukang kebun rumahku. Ia berumur 22 tahun dan dari informasi yang aku tahu, kak Dedi sudah memiliki seorang pacar.

Aku menggeliatkan tubuhku di atas spring bed yang cukup nyaman. Perlahan, mataku membuka dan aku menatap jam di sebelah tempat tidurku. Masih jam enam pagi. Aku kembali menarik bed coverku sampai menutupi kepalaku dan melanjutkan tidur. Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu dari luar kamarku.

“Fris!! Bangun!! Udah pagi…ayo makan dulu udah di tunggu ayah tuh!” Itu adalah suara kakakku, memang ia selalu membangunkanku jam enaman. Dengan malas aku membuka kembali bed coverku dan duduk di atas spring bed ku.

“Iyaa kakk…sebentar!! Duluan aja” aku masih terududuk malas.

Ingin rasanya melanjutkan tidurku, tetapi aku tak mau membiarkan ayahku menunggu lama di bawah. Memang adat keluarga kami adalah jika ingin makan baik pagi atau malam, harus menunggu semuanya komplit baru boleh makan. Aku memakai sandal rumahku dan berjalan ke depan wastafel yang berada di dalam kamar mandi yang cukup besar dan mewah. Aku mengambil beberapa tetes air dan membasahi kedua kelopak mataku. Tiba tiba ada sms masuk di handphoneku. Ternyata dari kakakku. “Dasar orang malas! Buang buang uang buat sms padahal tinggal jalan aja sampe” kataku dalam hati. Aku membaca isi pesan itu.

“Friss Cepat dikit ayah udah nunggu” itulah yang tertulis pada layar handphoneku.

Aku berjalan dengan malas menuruni tangga rumahku menuju ke ruang makan.

“Lama banget sih Fris!! Ayah udah nunggu dari tadi!” Kakakku berdiri dari tempat duduknya dan mencibiri adiknya yang baru saja bangun tidur.

“Maaf yah aku telat” moodku sudah turun karena kakakku. Aku menarik kursi makan dan membalikkan piring yang tertutup di atas meja makan lalu mengambil nasi dan lauk yang sudah di masak oleh mbak Rahma. Ia adalah pembantu rumahku yang sudah bekerja selama empat tahun di sini. Selain wajahnya yang lumayan cantik yang di dukung dengan kulit putihnya yang mulus, masakannya memang selalu enak dan dapat membangkitkan selera makanku. Umur mbak Rahma juga tak beda jauh denganku, sekitar 24 tahun.

“Ehhmm Fris, Ded, ayah mau bicara” Ayahku berbicara di tengah kesunyian kami semua yang sedang makan.

“Kenapa yah?” kakakku mengernyitkan dahinya merasa kebingungan. Memang sih, tak seperti biasanya ayah begini.

“Ayah ada tugas di Canbera selama dua bulan, kalian bisa ayah tinggal? Kalau tidak ya ayah akan membatalkan proyek disana” Ayahku menjelaskan dengan muka yang harap harap cemas.

“dua bulan??? Terus yang mengurus segala macam rumah ini gimana yah? Listrik dan segala macamnya?” emosi kakakku memang tinggi ia langsung melontarkan pertanyaan pertanyaan kepada ayahku.

“Tenang Ded, ayah akan kirimkan uang kerekeningmu dan kamu akan mengurus rumah ini. Dan kamu Friska, kalau ada apa apa, kamu telfon ayah ya, ayah sudah menyimpan nomor ayah di sana di handphone mu”

“siap yah.. tapi selama ayah pergi, Friska boleh ya ngajak temen Friska main kesini???”

“Boleh boleh tetapi jangan bawa laki laki kesini ya! Ded kamu jaga adikmu!”

“oke yah” Kak Dedi menganggukan kepalanya tanda setuju.

Makan pagi kami selesai. Kami bertiga naik ke kamar masing masing. Aku masuk kekamar mandi di kamarku. Menyalakan keran dan memutar pengatur temperatur air ke angka empat puluh derajat celcius. Kemudian aku mulai melepaskan piama ku dan pakaian dalamku. Sejenak aku memandangi tubuh yang putih dan mulus tanpa cacat ini. Lalu aku menyalakan shower dan air hangat yang tadi sudah ku stel keluar dan membasahi tubuhku. Melepas rasa lelah dengan air hangat adalah cara ampuhku karena kemarin malam aku bergadang menonton siaran acara televisi reality show tentang sulap. Aku terpukau melihat aksi para peserta yang menampilkan keahliannya masing masing. Aku beranjak dari kamar mandi menggunakan kimono putih yang dibelikan ayah pada saat kami ke Belanda. Aku berjalan ke lemari pakaian dan memilih celana jeans pendek kira kira 20cm di atas lutut sehingga memamerkan paha putihku yang mulus dan memakai kaos yang lumayan ketat berwarna pink. Ayah sudah membawa tas kopernya turun ke ruang tengah. Aku dan kak Dedi sudah siap mengantarkan ayah ke bandara.

Di dalam mobil kami tetap bercanda dengan ayah. Memang aku tak akan merasa kesepian kalau ayahku ada di rumah. Karena ayah adalah sosok yang periang.

“Yah, nanti di Canbera jangan lupa ya beliin oleh oleh” dengan nada manja aku memohon kepada ayah.

“iya sayang..kamu juga belajar yang rajin ya” Ayah mebelai kepalaku.

“Arrgghhh kamu ini Fris, enak bener sih jadi anak kesayangannya ayah” Kak Dedi tampaknya iri denganku nih.

“Yee sirik aja..bwee” Aku memeletkan lidahku ke arah kak Dedy.

“sudah sudah… nanti ayah belikan kalian berdua…tenang aja ya” Ayah berusaha mendiamkan kedua anaknya yang saling ejek.

Tak terasa mobil kami memasuki airport yang merupakan bandara internasional di Jakarta. Setelah kami memarkirkan mobil, kakakku turun dan menurunkan koper ayah dari bagasi mobil. Aku turun dan berjalan di samping ayah. Aku merasakan kalau orang orang di sekitarku pasti melirikku yang berpakaian seperti ini. Sifat eksibisi ku timbul lagi. Aku membiarkan mereka menatapku dan di dalam hatiku merasa sangat puas karena mereka begitu mengagumi tubuhku. Aku mengantarkan ayah sampai ke depan gerbang keberangkatan. Aku melambai lambaikan tangan ke ayah yang perlahan lahan menghilang dibalik kaca kaca yang membatasi ruangan itu. Aku melamun sesaat membayangkan bagaimana sepinya rumah jika tidak ada ayah.

“Fris, balik yuk!” Kakakku menepuk pudakku dan membuyarkan lamunanku.

“Yuk kak” Tanganku menggandeng tangan kakakku dan menuju ketempat parkir.

Aku duduk di sebelah kakakku yang sedang menyetir. Di dalam hatiku, aku tertawa karena melihat tingkah laku kakakku yang mencuri curi pandang kearah pahaku ketika sedang memindahkan gigi mobil. Dengan sifatku yang iseng ini, aku pura pura tertidur dan aku menggerakkan kepalaku hingga bersandar di pundak kakakku. Sepertinya ia gelisah dengan tingkah laku adiknya yang genit ini. Tetapi sepertinya aku kualat, rasa kantuk yang amat sangat menyerang diriku, tak lama setelah itu aku benar benar tertidur di pundak kakakku yang sedang menyetir.

“Firs…Friss…heyy…bangun dah sampe” Kak Dedi membangunkanku yang tertidur di kursi mobil sejak tadi.

“emmm…iya kak” Aku turun dari mobil dan mengucek ngucek mataku.

“Fris kakak mau pergi dulu ke rumah temen. Kamu jaga rumah ya kalau mau makan bilang sama mbak Rahma ya”

“Iya kak…”Aku menggumam dan segera masuk kedalam rumah.

Suasana yang sepi. Rumah besar ini seperti tak berpenghuni. Aku berjalan menaiki tangga menuju kamarku. Mbak Rahma sepertinya sedang belanja ke pasar. Aku membuka pintu kamar dan melihat spring bed ada di depan mataku. Mataku sudah berbinar binar melihat spring bed itu seperti surga bagiku. Aku berlari kemudian membanting tubuhku di atas spring bed yang empuk itu. Aku memejamkan mataku membayangkan orang orang yang tadi di airport, aku tertawa geli melihat mereka yang menatap tubuhku. Naluri nakalku kembali kambuh. Perlahan alam sadarku mulai terselimut oleh alam bawah sadar. Aku tertidur dengan nyenyak. Dalam mimpiku aku bertemu dengan ibuku. Ia terlihat cantik dengan gaun putih yang ia pakai. Ketika aku hendak menghampiri ibuku, ia malah menjauh, menjauh dan menjauh. Aku sedih melihat ibuku pergi menghilang dari hadapanku. Kemudian ada sebuah ombak besar di depan mataku yang hendak menggulungku. Aku terbangun “Hufh ternyata hanya mimpi” kemudian aku melihat jam. Ternyata jam 10 malam sepertinya aku tertidur selama 8 jam lebih. Perutku mulai terasa lapar. Cacing cacing di perutku ini tidak bisa di ajak kompromi kalau soal makan. Aku beranjak dari tempat tidurku menuju ruang makan di lantai 1. Langkahku terhenti ketika melewati kamar kakakku yang pintunya terbuka sedikit dan melihat kakakku sedang berciuman dengan seorang wanita cantik dengan rambut pajangnya yang indah. “Apa itu pacar kakak? Mereka ngapain ya?” Aku berfikir dalam hati. Aku mengurungkan niatku untuk makan. Aku mengendap endap dan mengintip apa yang sedang mereka lakukan.

Kini kakakku sudah berada di atas tubuh wanita itu. Kemudian kakakku membuka kaosnya dan kembali menciumi wanita yang ada didepannya dengan penuh nafsu. Tangan kakakku sekarang sudah menyingkap rok mini hitam yang di pakai lawan mainnya dan meraba bagian pangkal paha yang masih terlindung celana dalam hitam milik wanita itu.

“ohhh deddd aahhhhh” Wanita itu mendesah ketika kak Dedi mencium bagian tengkuknya sambil tangan kanannya menggesek area vaginanya yang masih terlindung celana dalam hitam itu.

Kini kak Dedi mulai membuka kancing kemeja yang dipakai wanita itu. Aku terkejut melihat dada wanita itu yang indah dan besar mencuat dan masih terlindung oleh bra hitamnya. Kak Dedy menaikkan cup bra wanita itu ke atas dan kini payudara wanita itu sudah tak terlindungi apa apa. Mulut kak Dedi bagaikan serigala yang lapar, langsung menyambar puting payudara sebelah kanan milik wanita itu dan tangan kanan kak Dedi menyambar bagian sebelah kiri payudara wanita itu dan memilin putingnya.

“Terusshhhhh ddeeddd aahhhhh emmmm” tangan wanita itu memeluk kepala kak Dedi dan jari jarinya yang lentik meremas rambut kak Dedi yang sedang menyusu. Kemudian mulut kak Dedi berpindah ke bagian sebelah kiri dan mulai mengemut payudara wanita itu. Ia kembali mendesah nikmat. “aaahhhhhhhh!!!!” wanita itu tidak dapat mengontrol suara yang ia keluarkan karena kenikmatan yang menyerbunya bertubi tubi.

Perlahan mulut kak Dedi turun melewati perut rata gadis itu. Kedua tangannya sudah memegangi celana dalam yang di pakai wanita yang sedang di garapnya. Lalu menurunkan celana dalam itu sehingga terpampanglah vagina wanita itu yang cukup terawat. Nafasku sendiri sudah mulai berat. Aku merasakan sesuatu cairan yang membuat celana dalamku basah mulai keluar dari dalam vaginaku. Aku yakin aku sudah terangsang hebat melihat adegan live show kakakku. Aku bisa merasakan puting payudaraku mengeras dan badanku terasa panas.

“Ahhhh dedd eenaakk ahhhhhh” Wanita itu kembali merancau tak karuan karena kini lidah kak Dedi sudah bermain main mengaduk lubang vaginanya. Sesaat kemudian tubuh wanita itu mengejang. Mungkin saja orgasme.

“sssllrrruuupppp” terdengar suara seruputan. Pasti wanita itu sudah orgasme karena kak Dedi terus menyeruput cairan yang keluar di dalam vagina wanita itu.

Kak Dedi bangkit berdiri dan menurunkan celananya. Sementara wanita itu sudah terbaring polos di atas tempat tidur. Aku terkejut ketika melihat penis Kak Dedi yang cukup besar dan panjang yang sudah ereksi. Wanita itu bangun dari tidurnya dan menggenggam penis itu.

“Kira kira mau di apain ya?” Aku masih kebingungan karena aku belum pernah melihat adegan itu sebelumnya.

Wanita itu menjulurkan lidahnya dan menyapu kepala penis Kak Dedi. Dan membuka mulutnya kemudian mengemut penis Kak Dedi seperti mengemut lollipop.

“uggghhh enak bener sepongan kamu!!” Kak Dedi mulai merancau tak karuan ketika mulut wanita itu sudah mulai mengemut penis Kak Dedi yang keras sambil Kak Dedi membuka kaos hitam yang ia pakai.

Aku yang sudah terangsang hebat kini hanya dapat menatap kedalam sambil meremas kedua buah dadaku yang terlindungi baju tadi pagi yang belum sempat ku ganti karena aku tertidur pulas. Rasanya aku ingin melakukan sesuatu untuk memuaskan hasrat birahiku. Tapi aku masih penasaran apa yang akan di lakukan mereka berdua selanjutnya. Wanita itu masih terus mengulum penis Kak Dedi dengan bersemangat. “uhhh ayoo teruss dess mateppp ahhhhh”

Tak lama kemudian kak Dedi tampaknya seperti orang panik “uddahhh udahh aku ga mau keluar dulu” Kak Dedi melepaskan penisnya dari mulut wanita yang ia panggil Des.

“Hmmm siapa ya namanya ya? Desi? Deswi? Ah ga tau deh” aku mencoba memikirkan nama itu dalam hati tetapi mataku kembali tertuju ke adegan panas yang tersuguh di depan mataku.

Wanita itu sudah melepas kulumannya pada penis Kak Dedi dan ia sudah berbaring terlentang dan mengangkangkan kedua kakinya. Kak Dedi langsung menindih tubuh wanita itu dan mulai menggesek gesekkan penisnya di depan bibir vagina wanita itu.

“aahhhh deddd emmhhh masukkkiinn” Wanita yang di panggil Des itu memohon agar Kak Dedi mau memasukkan penisnya kedalam vaginannya yang sudah basah.

Aku dapat melihat jelas bagaimana penis Kak Dedi menerobos masuk ke dalam vagina wanita itu.

“aaahhhhhhh masukiin yang daleem deeedd!!!” kini kak Dedi menyentakkan penisnya sehingga terbenam seluruhnya di dalam vagina wanita itu.

“oohhh yess fuck me harder honey!!!!” wanita itu merancau tak jelas seperti bintang film porno Amerika yang aku pernah tonton di rumah saudaraku waktu aku menginap di rumahnya.

“ohhh ahhhh manteeppp semmpiitt aahhhh ugghhhhh” Kak Dedi juga ikut merancau tak karuan merasakan jepitan liang vagina wanita yang sedang ia tiduri.

15 menit mereka dalam posisi missionary dan wanita itu tampaknya sudah mulai menunjukkan tanda tanda nafsunya sudah sangat tinggi. Ia membalik tubuhnya dan duduk di atas tubuh kak Dedi yang aku rasa cukup atletis. Sekarang posisi mereka menjadi woman on top. Aku melihat tubuh wanita itu sudah bermandikan keringat. Ia memaju mundurkan penis yang ada di dalam vaginanya. Dan dengan penis kak Dedi yang besar itu dapat mengaduk aduk vaginanya. Aku sudah mulai gelisah. Mataku sudah sayu. “Aku ingin menuntaskannya” itulah yang aku pikirkan dalam hati. Aku menyudahi aksi mengintip ini dan berjalan perlahan menuju kamarku. Di dalam kamar aku melepaskan semua pakaian ku hingga bugil dan berbaring di atas ranjang. Aku mulai meraba buah dadaku dan tangan kananku mengarah ke dalam celana dalamku dan menggosok klitorisku yang sudah basah sejak tadi. Aku membayangkan kalau penis kak Dedi masuk dan mengaduk aduk vaginaku yang masih perawan. Apakah aku akan keenakan seperti wanita yang sedang bermain dengan kakakku tadi?

Sampai kamarku, aku menutup pintu kamarku. Perlahan aku membuka kaos ketat yang bagian dadanya sudah lecek akibat aku meremasi buah dadaku pada saat menonton live show tadi. Aku membuka bra ku kemudian tersembullah kedua bukit payudaraku yang tidak terlalu besar tetapi ideal dengan tubuhku yang cukup kecil. Aku naik ke atas tempat tidurku dan membuka celana jeans pendek yang tadi aku pakai ke bandara beserta celana dalamku sehingga sekarang ini aku dalam keadaan bugil. Aku mulai memilin milin putingku yang sejak tadi sudah tegang dan merapatkan kedua pahaku dan menggeseknya agar menambah kenikmatan. Tanganku perlahan mulai turun ke bagian bibir vaginaku yang sudah cukup basah. Aku menggesek gesekkan tangaku di sana. Pertama pelan namun makin cepat makin nikmat. Nafasku kian memburu di sela sela gesekan tanganku. Aku memejamkan mata dan membayangkan jika aku sedang di perkosa oleh pria yang macho dan berpenis besar. Aku terus menggesek hingga akhirnya aku mencapai apa yang ku mau.

“aahhh emmmmmmmm” aku mengerang karena telah mencapai klimaks yang sudah kunanti nanti. Rasanya nikmat. Baru kali ini aku melakukan ini. Tubuhku lemas. Aku terbaring telanjang di atas tempat tidurku dan menarik bed cover kemudian tidur.

Sentuhan tangan yang telapaknya terasa kasar mendarat di atas bahuku.

“Fris bangun!!” kata kata itu sepertinya aku kenal, tapi kok sentuhan tangan itu terasa sampai kedasar kulitku.

“whuaaaaa!!” aku langsung tersadar bahwa aku sedang tak berpakaian.

“ihhh sana sana sana.. kakak keluar dulu aku mau pakai baju!!!” Aku menutupi semua tubuhku dengan bed cover. Kak Dedi melompat kebelakang karena kaget akan teriakanku yang memekakkan telinga. 

“Iya Fris!!” Kak Dedi keluar dari kamarku dan menutup pintu kamar. Aku buru buru beranjak dengan tubuh yang masih bugil dan mengunci pintu kamar.

Setelah memakai bajuku yang kemarin ku lepas, aku keluar dari kamar dan turun ke bawah untuk sarapan bersama kak Dedi.

Di tengah sarapan, Kakakku melontarkan sebuah pertanyaan yang membuatku bingung.

“Fris, kamu abis ngapain?? Kok tidur ga pake baju??” Aku langsung tersedak ketika Kak Dedi menanyakan pertanyaan yang tak kuharapkan. Aku gugup dan gerogi bagaimana menjawabnya ini??!.

“Emmmm ituu anuu emmm…lagian kakak juga masuk ke kamarku ga ketuk pintu dulu!! Ugh..” Aku mengatakannya sambil memanyunkan bibirku. Duh aku ga tau lagi mau jawab apa.

“kakak udah nungguin kamu di depan pintu kamar dan ketuk pintu kamar kamu terus! Tapi emang dasar kamunya kebo aja di bangunin ga mau bangun, ya akhirnya kakak masuk aja” Kak Dedi berbicara panjang lebar yang membuatku makin BT aja.

Ugh ya udah de daripada aku panjangin masalah ini, mending aku pergi aja dan masuk kamarku.

Aku melihat handphoneku dan membuka phone book, aku mengirimkan sms kepada Marta dan Nana untuk datang menginap di rumahku. Kedua orang ini aku kenal di ulang tahun ayah yang ke 41. mereka datang ke rumah kami dan aku melihat tak ada anak seumuranku di pesta ayahku, tetapi aku salah. Di taman rumahku yang cukup luas melihat mereka lalu menghampiri Marta dan Nana yang sedang asik mengobrol. Belakangan aku baru tahu bahwa Marta adalah anak dari Pak Wijaya yang menjadi mitra bisnis paling aktif ayah. Dan Nana adalah anak dari Pak Dodo direktur salah satu perusahaan televisi ternama di Indonesia. Kami bertiga cepat sekali akrab dan akhirnya kami bertukar nomor handphone. Suara bel rumahku berbunyi. Aku turun ke lantai 1 dan menuju ruang tengah. Dua orang gadis cantik menyambutku yang baru turun dari tangga.

“Friskaa!!!!” Marta berlari memelukku kami berdua berpelukan erat seperti sahabat lama yang sudah lama tak bertemu. Sementara aku melihat nana yang berjalan menghampiri kami yang sedang berpelukan. Aku menatap Nana yang tersenyum padaku. Aku memang tak terlalu kenal Nana karena sifatnya yang pendiam, tapi kalau sudah mengobrol, kami bertiga bisa menjadi mis ribut nomor satu di dunia.

“ayo kita ke kamarku!” Aku membawa mereka ke atas menuju kamarku.

“ugghhh kamarmu lega banget ya Fris!!” Marta langsung menyelonong masuk ketika aku membukakan pintu kamarku.

“Na, masuk yu malem ini kita tidur di sini seadanya aja ya Na” aku mempersilahkan Nana masuk kedalam kamarku.

“Iya Fris, ini udah bagus banget kok” Nana sepertinya masih merasa canggung dengan kamarku. Ia masuk lalu menaruh tasnya di atas sofa yang berada di depan TV layar lebarku kemudian ia duduk diatas sofa yang mewah itu.

“emmm Fris, aku ga bisa nginep hari ini. Jadi kamu sama Nana aja ya.. aku ke sini Cuma buat nganterin Nana soalnya supirnya lagi nganter bokapnya ke Bandung” Aku agak sedikit kecewa karena Marta yang menjadi pencair suasana ternyata tidak bisa menginap di rumahku. Ugh sama Nana, gimana ya nanti? Kata Marta waktu aku mengobrol dengannya pas ulang tahun ayah, Nana agak lesbian aku jadi agak ngeri deh.

“Frisss!! Ih kok melamun sih??!!” Marta menepuk pundakku. Aku tersadar dari lamunanku.

“ehh iyaa…sorry sorry…ya udah kalo gitu aku antar kamu kedepan ya” Aku menggandeng tangan Marta yang halus keluar kamarku.

“Na aku tinggal sebentar ya! Anggep aja rumah sendiri”

“oke deh Fris” Nana membalas perkataanku dengan senyumannya yang terlihat sejuk dipandang.

Di luar kamar aku berjalan dengan Marta.

“Mar, kamu kan pernah bilang Nana tuh rada lesbi ya? Bener ga?” Aku bergidik sambil merangkul tangan kanan Martha seperti seorang wanita yang ketakutan dan memeluk pundaknya.

“ehhmmm dikit sih Fris, tapi kamu ga usah takut kok, hehe” Marta tersenyum kepadaku.

Kini kami ada di depan pintu rumahku. Marta pamit kepadaku dan berjalan menuju mobilnya yang sejak tadi di parkir di depan pintu rumahku. Aku melambaikan tanganku sampai mobil Marta menghilang dari pandanganku. Aku menghela nafas panjang entah apa yang akan dilakukan Nana kepadaku nanti. Mudah mudahan tidak ada hal yang buruk.



Aku berjalan pelan menaiki tangga mewah yang ada di rumahku. Sampai di depan pintu kamarku, aku melihat Nana tertidur di sofa kamarku.

“Cantik sekali dia” Aku terkagum dalam hati melihat wajah Nana yang sedang tertidur.

“Na, bangun..jangan tidur di sini” Aku menepuk nepuk pundak Nana.

“emm…aku cape Fris” Nana menggumam bernada malas menandakan ia masih ingin tidur.

“Na, ayo di tempat tidur aja jangan di sini nanti badanmu sakit” Aku kembali membujuk Nana yang masih tertidur di atas sofa.

Akhirnya nana mau mengerti perkataanku juga. Ia bangkit berjalan gontai seperti orang ngantuk dan langsung melompat ke tempat tidurku kemudian menarik bantal dan kembali tidur. Aku heran dengannya, kenapa dia tampaknya cape banget. Tapi aku tak akan mempermasalahkan itu dulu. Aku duduk di sofaku dan menyalakan TV layar lebarku lalu mengambil DVD Hanakimi versi jepang yang baru aku tonton beberapa episode. Aku tertawa melihat tingkah salah satu tokohnya yang berperan sebagai Nakatsu. Ternyata Nakatsu ga tau kalo Ashiya Mizuki itu cewe karena sekarang ia sedang menyamar jadi cowo untuk deketin Sano Izumi. Tingkah Nakatsu yang menyukai Ashiya Mizuki tetapi dalam bentuk pria ini yang membuat film yang aku tonton semakin lucu. Aku tertawa geli ketika melihat tingkahnya yang konyol. Di tengah aku menonton, Nana bangun dari tempat tidurku. Ia menghampiriku dan duduk di sebelah kananku.

“Udah bangun Na? Kamu kayaknya cape banget? Abis ngapain sih?”

Nana bersandar di pundakku. Tubuhku mulai panas. Entah ada suatu gairah yang menggelora ketika Nana menyandarkan kepalanya di pundakku. Kemudian temanku itu menangis di pudakku.

“Fris, aku….aku..”Nana mulai terbata bata di tengah tangisannya

“Kenapa Na? kamu cerita aja ga apa apa kok, siapa tau aku bisa Bantu” tanganku bergerak membelai rambutnya dan memeluk pundaknya sehingga Nana sekarang bersandar dalam pelukanku.

“Aku..sudah hina Fris” aku tercengang medengar pernyataan Nana yang mengejutkan hatiku.

“Hi..hi..hina? maksud ka.. kamu apa Na?” Aku mengernyitkan dahiku seakan tak mengerti apa yang diucapkan Nana.

“Semalam, pembantuku memperkosaku..hk hk…” Nana kembali terisak dan sekarang ia membalas memelukku dengan erat.

“Apa??? Diperkosa????????” Aku kaget sekali mendengar pernyataan Nana.

“Aduh Na, sabar ya….kamu yang tabah ya Na” Aku kembali mengelus kepalanya dan menyayangi temanku yang sedang menangis ini.

Rasa iba membuatku seperti seorang kekasih yang menyayangi kekasihnya yang sedang sedih. Tiba tiba bibir Nana menyambar bibirku. Aku terkejut tetapi tidak panik. Rasa panas yang tadi sempat menghilang, sekarang muncul lagi. Nana menerkamku sehingga kini aku tertidur di atas sofa dengan posisi Nana sedang menindihku dan mencumbui bibirku.

“hmmpphh…Naa jangan….Hmmphh ahhhhhhh” Nana tidak menghiraukan perkataanku yang melarangnya melakukan ini. Aku tak meronta karena lumatan bibirnya dan permainan tangannya yang meremasi buah dadaku sangat membuat aku jadi terangsang.

Mula mula aku enggan untuk melanjutkan permainan ini, tapi uhh..udah kepalang tanggung, dari pada aku horny ga jelas, mending aku tuntasin aja sama Nana. Mulutku mulai membalas lumatannya. Lidahku aku julurkan keluar dan mulai beradu dengan lidahnya. Kini tanganku juga mulai aktif meraba raba tubuh Nana. Kami berdua saling berpelukan di atas sofa Tv ku.

“Fris, pindah ke tempat tidur aja yuk” Nana menyarankan kepadaku di saat kami sedang asik asiknya bercumbu ria.

Aku menanggukan kepala dan mulai bangun dari tindihan Nana terhadapku. Nana yang berbadan kecil yang aku kira tingginya tak beda jauh dariku, mungkin sekitar 165cm langsung menerkamku ketika aku mau duduk di atas tempat tidur. “Haduh, nafsu banget sih si Nana” kataku dalam hati ketika Nana mulai mencumbuiku lagi.
”emmphh Na, kita ga boleh gini…emmpphhh” Di tengah lumatannya aku kembali melontarkan kalimat penolakan karena tangan Nana kini sudah aktif membelai buah dadaku. Aku hanya menggeliat dan mendesah ketika bibir mungilnya turun dan lidahnya menyapu tengkukku.

“ahhhhhhhhhhh” bagai tersengat sambaran listrik, aku merasakan nikmat bercampur geli yang tak dapat ku tuliskan. Lalu tangannya bergerak ke bawah dan menaikkan kaos ketatku dan terlihatlah buah dadaku yang masih dilindungi bra merah milikku. Nana tidak menghiraukan buah dadaku. Mulutnya kembali turun dan menciumi perutku yang rata dan terawat. Tangannya memegang celana jeans pendekku dan menurunkannya. Celana dalam merahku kini terpampang di depan wajah Nana. Ia kembali naik ke atas dan menciumi bibirku lagi.

Aku kembali mebalas permainan lidah Nana di dalam rongga mulutku. Kami saling memangut satu sama lain. Dan tanganku dan nana mulai aktif meraba vagina lawannya. Aku menyingkap rok cokelat panjang yang di pakai nana dan menggesek tanganku di area bibir vaginanya yang masih terlidungi oleh celana dalamnya. Tangan Nana mulai memasuki celana dalamku sehingga celana dalamku terlihat menggembung. Tangannya sudah mulai menggesek gesek clitorisku yang membuatku semakin horny. Kami berdua berdesah sahut sahutan sehingga jika ada orang di luar kamarku, pasti akan mendengar suara aku dan Nana yang sedang bercumbu. Aku juga tak mau kalah dengan Nana. Aku menyelipkan jariku diantara selangkangannya dan menggesek gesek jariku di clitorisnya. Ciuman, desahan dan lumatan kini semakin mendominasi permainan kami. Sekarang aku sudah tak berdaya lagi ketika nana mulai mengemut puting payundaraku dan memainkannya dengan lidahnya yang mungil. Aku tak tahan dengan aksinya sehingga tak lama kemudian aku mengejang nikmat. Vaginaku berkontraksi dengan tangan nana yang di masukkan sedikit untuk merangsang klitorisku.

“Aku telah orgasme dengan sesame jenis?” aku tersadar kalau sekarang ini di sebelahku adalah Nana yang sama sama perempuan. Tetapi aku kasihan melihat Nana yang sedang asik melakukan selfservice. Aku menghampirinya dan melumat bibirnya. Nafasku masih terengah engah. Karena baru saja orgasme. Aku tak menindih tubuhnya, tetapi aku berada di sampingnya. Sehingga tanganku dengan gampang membuka kaos yang ia pakai dan roknya. Aku terpana melihat tubuh indah yang masih terbalut bra dan celana dalam yang memiliki warna yang serasi yaitu krem milik Nana. Aku membuka Bra ku yang sedari tadi tersingkap ke atas. Aku kembali melanjutkan cumbuanku. Aku mengikuti gaya yang tadi ia praktekkan kepadaku. Aku mejulurkan lidahku dan menjilati tengkuknya.

“aaahhhh…..Friss aakuu sayang kamuu” Nana mengeluarkan kata katanya yang tak terkendali karena saking nikmatnya terhadap permainanku.

“Waktunya pembalasan!!” Aku tersenyum dalam hati melihat Nana yang tadi sudah menjerumuskanku menjadi suka sesama jenis. Aku menaikkan tubuh Nana sedikit dan melepaskan kait branya. Aku terkagum melihat dua bukit indah milik nana terpampang dihadapanku. Aku melihat branya ada tulisan 36B. “Waw, gede banget?!” aku terkagum melihat buah dada Nana yang cukup besar.

Tanganku mulai meremas buah dada bagian kirinya dan mulutku bermain di buah dada kanannya. Nana hanya bisa mendesah merima rangsanganku. Aku puas melihatnya menderita karena nafsu. Mulutku naik kembali dan melumat bibirnya sementara tangan kananku turun dan menyusup di celana dalamnya. Aku mulai merangsang nana dari segala arah. Tangan kiriku meremas buah dadanya, tangan kananku memainkan clitorisnya dan mulutku melumat bibirnya. Sehingga Nana menggelinjang keenakan. Tak lama kemudian aku merasakan ada semprotan hangat membasahi jari tanganku. Aku yakin Nana sudah orgasme. Aku berbaring di sebelah kanannya dan tanganku memeluknya. Sesaat kemudian aku baru ingat kalau aku belum mandi dari kemarin. Akhirnya aku beranjak dari tempat tidurku, menyiapkan pakaian tidurku dan masuk ke kamar mandi. 

Aku membasuh tubuhku dan berendam di bathup yang sudah kuisi penuh dengan air hangat. Sejenak pikiranku melayang akan apa yang baru saja kulakukan dengan Nana. Aku baru saja melakukan hubungan sesame jenis dengannya. Kacau sekali pikiranku. Aku masih teringat akan mimpiku bertemu dengan ibuku dan mengapa ibuku meninggalkanku begitu saja ketika ombak besar datang menghampiriku. Mungkin kah itu suatu pertanda buruk denganku? Rasanya cukup aku merilekskan diriku di bathup besar yang cukup mewah ini. Aku beranjak dari bathup dan mengeringkan tubuhku dengan handuk putih besar yang jika aku memakainya dapat menutupi tubuhku dari paha hingga dada. Kemudian aku memakai semua pakaianku. Dan melihat diriku di cermin. Memandangi diri sendiri membuat sifat narsismeku keluar lagi. Aku mulai tersenyum senyum sendiri karena melihat wajahku yang cukup cantik dan tubuhku yang ideal menambah narsismeku semakin menjadi jadi. Aku menyudahi acara narsis narsisan ku karena teringat dengan Nana sudah menungguku. aku keluar dari kamar mandiku dengan menggunakan piyama tidurku. Aku melihat Nana sudah tertidur pulas di atas tempat tidurku. Aku tersenyum melihat wajahnya yang cantik khas gadis Chinese. Aku berjalan pelan pelan agar tidak membangunkan Nana. Aku tidur di sebelahnya, perlahan lahan aku menarik bed coverku yang menyelimuti kita berdua. Dalam mimpiku aku kembali melihat ibuku. Ia masih tersenyum kepadaku. Tapi aku tak menghiraukannya. Aku membuang mukaku dan tidak melihat ibuku yang tersenyum. Tetapi ibuku mengucapkan sesuatu. Aku tak bisa mendengarnya, tetapi gerakan mulutnya jelas. Aku dapat mengartikan kalimat pertamanya. “Anakku sayang”. Aku tak tahu lagi apa yang ia ucapkan karena tiba tiba saja tubuhku terseret oleh sesuatu. Aku melihat lubang hitam yang siap menelanku. Aku berteriak sekencang kencangnya.

“aaaaaaaaaaaaaa” Aku terbangun dari tidurku dan berteriak di kamarku. Nana terbangun dari tidurnya ketika mendengarku berteriak.

“Fris! Kenapa??” Nana bangun dari tidurnya dan berusaha menenangkanku.

Aku memeluk Nana dan menangis di pelukannya. Aku yang tadinya terduduk di tempat tidur kini kembali tidur.

“sudah sudah sayang….tidur lagi yuk” Aku berhenti menangis ketika Nana mengecup lembut bibirku. Aku kembali tertidur tapi tidak sepulas tadi.

Aku tidak merasakan tidur. Tapi aku merasa, pagi datang cepat sekali. Seakan akan waktu cepat berlalu. Mataku merah, aku tidak tidur semalaman. Ketika cahaya matahari menembus tirai tirai kamarku, aku mulai mengantuk. “aduh, pasti insomniaku kambuh lagi” Aku menepuk kepalaku yang mulai terasa pening. Nana masih memelukku erat. Aku hanya bisa membiarkannya melakukan ini karena aku sendiripun menikmatinya. Rasanya aku terlindung dari segala macam bahaya. Perlahan lahan aku memejamkan mataku. Dan aku tertidur. Kali ini aku tak bermimpi lagi karena sekarang imajinasiku telah letih untuk berfikir. Aku mengerjap ngerjapkan mataku dan seperti biasa, aku melihat jam. Jam 8 pagi, sebentar lagi guruku akan datang seperti biasanya. Sementara Nana sudah tidak ada di sampingku lagi. Tapi tasnya masih ada di kamarku. Aku bergegas mandi kemudian memakai pakaian yang sopan berupa celana jeans dan baju terusan berwarna putih. Aku turun menuju meja makan dan menyantap sarapanku, tapi kali ini kakakku tidak makan bareng denganku. Aku melihat sebuah sms di handphoneku, “Fris, kakak ga bisa makan sama kamu, kakak ada urusan penting jam 7 udah harus jalan thx” Aku mengerti akan kakakku yang masih menyelesaikan skripsinya.

“mbak, Nana kemana?” Aku menanyakan di tengah tengah aku menyantap masakan enak buatan mbak Rahma.

“anu, Non Nana udah pergi tadi jam 6 katanya dia mau ke sekolah” mbak Rahma menjawab sebisanya.

“oh ya udah, mbak tolong nanti kamarku di beresin ya dan di ganti spreinya”

“Baik non” mbak Rahma langsung pergi meninggalkanku kebelakang dan menyiapkan segala keperluan untuk membesihkan kamar. Suara klakson vespa khas klakson motor pak Warto, sudah terdengar di depan pintu rumahku. Aku bergegas menuju ruang tengah dan menyiapkan buku pelajaran matematika dan fisika. Karena sekarang ini aku adalah calon lulusan anak IPA HomeSchooling.

Aku sudah duduk dengan manis di ruang belajar pribadiku yang sengaja khusus dibuatkan ayah untuk aku belajar. Pak Warto datang dengan membawa 2 buku besar dan tebal yang bertuliskan Matematika dan Fisika. Seperti biasanya, pak Warto memakai pakaian resmi layaknya seorang guru.

“Selamat pagi Friska” Pak Warto menyapaku dengan sopan. Yah seperti biasa juga sih.

“Pagi pak” Aku membalas sekenanya saja

“Hari ini kita akan belajar Fisika tentang cahaya kamu sudah mengerjakan PR dari bapak?”

Bagai tersambar petir, aku lupa bahwa pak Warto memberikan PR.

“Aduh pak….Lupa” Aku tersenyum manis ketika mengucapkan kata “lupa”

“ya sudah ya sudah sekarang lebih baik kita bahas PR nya sama sama”

“baik pak” Aku tersenyum lega karena pak Warto tidak marah. Yah memang aku mengenal pak Warto sebagai guru yang jarang marah, bahkan tidak pernah marah.

Aku belajar dengan pak warto selama 4 jam pelajaran atau sekitar 180 menit. Setelah selesai, pak Warto merapihkan buku bukunya dan berpamitan denganku.

“Friska, bapak pulang dulu ya… kamu harus banyak belajar lagi tentang Fungsi! Ingat ujian nasional sudah tinggal 5 bulan lagi” pak Warto memberikan nasihat sebelum pulang, yah seperti biasa lagi.

Aku mengantar guruku sampai depan pintu rumahku. Pak Warto menaiki motor Vespa bututnya dan pergi meninggalkan rumahku.

“Huh sendiri lagi deh!” Aku mengeluh dalam hati dan aku berjalan menuju kamarku. Tetapi, langkahku terhenti ketika mendengar suara obrolan kakakku dengan temannya dan sepertinya aku kenal suara itu.

“Ded, gimana semalem sama Desi?” Tanya suara orang yang tampaknya ku kenal.

“Wuih… servicenya mantep bener! Loe nemu dimana cewe bispak gitu?” tanya kakakku lagi.

Astaga! Itu Kak Reno! Setau aku sih dia kalem gitu, tapi kok sekarang dia kaya jadi germo. Aku bergidik membayangkan tingkah laku kak Reno yang sekarang. Aku kembali mendengarkan percakapan mereka.

“Desi tuh temen gue dulu waktu SMA, perawannya aja gua yang ambil gara gara dia butuh duit buat biaya oprasi nyokapnya” Kak Reno berkata santai.

“Wuih mantep bener lu nyoblos perawan! Gimana rasanya sih Ren?” Kak Dedy semakin penasaran.

“ya pokoknya sempit banget lah Ded! Mending lu cobain aja tuh si Friska! Montok abis ade loe!” Aku semakin jijik mendengar perkataan kak Reno. Aku berlari ke kamarku dan menutup pintu kamarku. Aku menjatuhkan diriku di atas tempat tidur. Aku membayangkan bagaimana jika Kak Dedi sampai khilaf ingin memperkosa adiknya sendiri akibat hasutan temannya. Aku merinding membayangkan itu. Tapi dalam hatiku, aku ingin merasakan kenikmatan yang dirasakan oleh wanita bernama Desi yang ternyata cewe bispak bersama dengan kakakku. Aku melihat handphoneku ada 2 sms masuk. “Sayang, aku pulangnya agak telat ke rumahmu, aku ada les biola bye luv u” Aku tersenyum menerima sms dari kekasih terlarangku,Nana. Yang ke 2 adalah sms dari Kak Dedi. “Fris, tolong bikinin minum donk…mbak Rahma lagi ga ada di rumah, ga enak sama temen kakak, nanti kakak ajak kamu ke mall deh bareng temenmu si Nana” Kata kata terakhir itu yang membuat aku lupa akan perkataan teman Kak Dedi yang menghasut kakakku untuk memperkosaku. Aku sudah tergiur akan berjalan jalan ke mall.

Aku beranjak dari tempat tidurku dan berjalan menuju dapur mengambil 2 gelas dan 1 nampan kemudian menyedukan 2 cangkir sirup yang ku ambil dari dalam lemari es. Kemudian aku mengangkat nampan yang berisikan 2 gelas sirup menuju kamar kakakku.

“Kak! Nih minumnya udah aku bikinin” Aku memanggil kakakku di depan pintu kamarnya.

“Eh Friska, apa kabar?” ternyata yang membukakan pintu kamar adalah Reno.

“Baik kak”aku tersenyum manis kepada kak Reno, kemudian aku masuk ke kamar kakakku dan menaruh minum di atas meja belajar kakakku. Tetapi hal buruk akan segera menyongsongku.

“Eh, kak Reno kok pintunya di kunci?” Aku heran karena ketika aku membalikkan badan menuju ke pintu kamar kakaku, pintu itu di kunci oleh kak Reno. 

“Fris, sekarang kita bakal seneng seneng di sini ya” Aku bergidik ketika kak Reno mulai tersenyum mesum kemudian aku mulai panik. Ketika kak Reno mulai mendekat, aku sudah sangat panik sekali.

“Kak Dedi tolong!!” Aku berteriak sekeras mungkin ketika kak Reno sudah memeluk tubuhku. Aku terus meronta ronta tetapi tenagaku kalah jauh dengan tenaga kak Reno.

Aku muak melihat wajahnya yang seperti orang kampung dan kulitnya yang hitam sehingga kontras sekali dengan kulitku yang putih bersih. Aku terus mundur ke belakang berusaha melepaskan pelukan kak Reno. Tetapi memang sial aku, kakiku tak sengaja menyenggol bagian pinggir spring bed kakakku sehingga kami berdua jatuh ke atas spring bed empuk yang sama seperti di kamarku. Kak Reno menindihku sehingga membuat nafasku menjadi sesak akibat tubuhnya yang lumayan tambun.

“Kak Dedi tolong kak!!” Aku kembali berteriak ketika jari telunjuk dan jempol kak Reno menekan kedua pipiku sehingga mulutku manyun seperti ikan. Kemudian kak Reno menyambar bibirku yang sedang manyun itu dengan bibirnya yang tebal. Aku kembali meronta ronta.

“mmhhphpphhhh kak Dedi!! Tolonggggggggg” Aku melepaskan ciuman itu ketika melihat kak Dedi keluar dari kamar mandi menggunakan handuk saja. Tetapi aku kaget sekali ketika kak Dedi hanya diam saja melihat adiknya yang mau di perkosa oleh temannya.

“sssttt..!!!Fris, jangan ribut!! Atau….” Aku terkejut sekali melihat video di handphone kak Dedi. Gambar itu menujukan Live Show semalam aku dengan Nana yang berlangsung di kamarku.

“Atau aku akan beritahu ayah kalau kamu bertingkah laku seperti ini ketika ayah pergi” Kalimat itu membuat seluruh badanku mulai lemas. Aku tak sanggup lagi berkata kata. Kini tubuhku akan segera dipermainkan oleh kedua orang bejat yang selama ini ku hormati.

“kak Dedi jangan kak!! Sekarang Friska salah apa kak?? Kenapa kakak tega sama Friska adikmu sendiri?!” Aku menangis di dalam sergapan kak Reno.

“Diam!! Kau bukan Adikku! Dan aku bukan kakakmu!!!” Kak Dedi berteriak dan membentakku.

“Sekarang aku ingin kamu melayani aku layaknya kamu ini adalah seorang pelacur kelas atas!” Kalimat itu membuat hatiku tercabik cabik dan harga diriku sepertinya sudah terinjak injak. Aku mulai menangis terisak setelah kak Dedi membentakku.

“Ren, sekarang mending lu keluar dulu, gua mau malam pertama dulu sama Friska sang ratu malam hahahha” Kak Dedi kembali mengejekku. Aku hanya diam di atas tempat tidur kak Dedi. Kak Reno keluar dari kamar kak Dedi kemudian kak Dedi mulai menghampiriku. Kakakku ini masih mengenakan handuk putih yang melilit melindungi bagian Vitalnya. Aku bisa melihat bahwa handuk itu sudah menggembung. Ada sesuatu yang bangun di tengah tengah selangkangan kak Dedi. Aku bergidik ngeri ketika kak Dedi melepas handuknya dan mulai menaiki tempat tidurnya.

“Kak, please jangan begini! Friska masih perawan kak! Kak! Sadar!! Kita kakak adik!!” Aku terus memelas sementara kak Dedi tidak memperdulikan perkataanku karena nafsu iblis sudah menguasainya. Aku terus duduk sambil perlahan lahan berjalan mundur menggunakan kedua tanganku menjauhi kak Dedi yang menghampiriku. Tetapi aku terpojok di dinding kamar.

“Kak jangan.. aww!!” Aku meringis ketika kak Dedi mencengkram kedua kakiku dan menariknya sehingga tubuhku yang tadinya terduduk sekarang sudah terbaring terlentang dengan kakiku mengangkangi kak Dedi. Aku sudah pasrah dengan posisiku sekarang.

“Ayo Fris! Layani kakak! Kakak akan memberikan kepuasan untukmu sayang!” Kak Dedi membungkukkan tubuhnya sehingga perlahan ia mulai menindihku. Aku menghindari ciuman bibirnya dan bibirnya mendarat di tengkukku. Tubuhku menggelinjang sesaat karena rasa geli dan nikmat karena permainan hisapan dan jilatan lidah kak Dedi di tengkukku.

“Ohhh…kak…jangan begini!! Aku ga mau kak ahhhh” aku mendesah desah kenikmatan. Walau batinku menolak perlakuan kak Dedi, tetapi tubuhku sudah sangat terangsang. Kini aku hanya bisa pasrah menerima apa yang akan terjadi terhadapku.

“eemmmhhhh enakk kakk ahhhh” Aku merancau tak karuan ketika kak Dedi meremasi buah dadaku yang masih terlindung oleh bra dan baju terusan yang kupakai. Remasan pada buah dadaku membuat libidoku naik. Aku semakin menikmati remasan lembut yang dilakukan kak Dedi. Aku yakin sekali ini seperti perlakuan kak Dedi terhadap si pelacur ketika malam itu. Aku tak mampu melawan lagi karena rasa nikmat sudah mulai melandaku. Perlahan, kemeja baju terusanku mulai di copot oleh kak Dedi. Aku hanya bisa pasrah ketika baju dan braku sudah lucut dari tubuhku dan kini aku hanya mengenakan celana jeans panjang. Aku menyilangkan kedua tanganku menutupi kedua buah dadaku karena aku sangat malu sekali. Baru kali ini ada seorang pria yang melihat buah dadaku yang masih dalam masa pertumbuhan.

“Kak, please jangan! Aku mohon kak!” Aku terus memohon kepada kakakku yang masih terpana melihat tubuh bagian atasku yang sudah tersaji polos di depan matanya.

“Fris! Sekali lagi kamu memohon sama kakak, Video itu bakalan kesebar di internet dan ayah akan tau kelakuanmu!” Aku sangat shock atas perkataan kakakku.

Aku menghela nafas panjang. “Huh…oke oke oke…kakak menang! Sekarang kakak mau apa dari Friska?!” Aku mulai pasrah dengan nasibku.

“Sekarang aku mau kamu jadi liar dan sangat bernafsu” Aku berusaha menenangkan diriku dan menghela nafas panjang kemudian aku langsung menerkam kakakku. Mulutku beradu dengan seru dengan mulut kakakku. Sekarang aku benar benar seorang gadis liar yang sedang mencari kenikmatan. Lidahku dan kakakku masih terus beradu sementara kedua tanganku sibuk melepaskan kancing celana jeans kakakku dan ikat pinggangnya.

Mulutku masih tetap beradu sementara tangan kakakku juga tak bisa diam meremasi kedua payudaraku dan memilin putingnya sehingga nafsu birahiku memuncak. Tanganku berhasil membuka celana jeans kakakku. Kemudian aku melepas ciumanku dengan kakakku dan mulai turun ke bawah. Aku menurunkan celana dalam dan celana jeans kakakku kemudian melepaskannya dari kaki kak Dedi. Aku terpana melihat penis itu yang belum tegak sempurna. Perlahan aku mendekati penis itu. Aku belum pernah melakukan oral sex karena memang aku belum berpengalaman melakukan ini. Aku bergidik melihat penis kak Dedi yang hitam, panjang, keras dan berurat dan bau nya itu bisa bikin aku muntah. Tapi mau ga mau aku harus mau agar nama baikku tidak tercemar.

“Kak bauu nih cuci dulu yah” aku menutup hidungku yang menandakan bahwa pnis kakakku itu bau.

“udah ga usah di cuci cuci mending sekarang kamu langsung jilatin! Buat punya kakak keras biar nanti gampang masuk ke punyamu!” aku benci sekali dengan senyum kemenangan kakakku. Perlahan aku menjulurkan lidahku dan mulai menyentuh kepala penis kakakku yang bau itu. Rasa jijik harus kutahan agar tidak membuat kakakku kecewa yang berimbas videoku akan sampai di tangan ayah.

“Emhhhmmm emut yaa begitu sayang!! Ugghhh Fris servis kamu oke juga ya” Wajahku panas mendapat pujian mesum seperti itu. Aku harus mempercepat moment ini agar perutku tidak mual. Aku langsung melahap penis itu dan menghisapnya. Aku memejamkan mataku dan merasakan bahwa penis itu adalah sebuah loli besar yang tak akan pernah habis. Aku memaju mundurkan penis kakakku di dalam mulutku. 

Aku sendiri mengeluarkan desahan tertahan hanya terdengar “eeemmm…emmmm” karena mulutku sedang di isi dengan penis kakakku. Tangan kakakku juga memain mainkan buah dadaku yang dari tadi memang menjadi sasaran empuk untuk merangsangku.

“ahh aduhh enakkk terussss” kakakku sudah mulai merancau tak karuan karena sekarang penisnya sudah hampir mencapai klimaks

“hhmmpphhhhhs” aku meronta ketika tangan kakakku memegang kepalaku dan menekannya hingga penisnya masuk kedalam kerongkonganku. Spermanya muncrat di dalam kerongkonganku dan kakakku masih terus menahan kepalaku. Hampir saja aku mati kehabisan nafas untungnya kakakku segera sadar dan melepaskan tangannya yang menahan kepalaku. Aku langsung terbaring terlentang di atas tempat tidur. Dan aku masih terbatuk batuk karena baru saja menelan cairan asin yang kental. Nafasku terengah engah dan tak karuan. Aku memejamkan mataku sejenak untuk mempersiapkan tubuhku untuk tahap selanjutnya. Tiba tiba aku merasakan sesuatu yang kecil lunak dan panas sedang menggeliat geliat mengorek lubang vaginaku. Aku terkaget ketika melihat kepala kakakku sudah terbenam dan mulutnya mengecup dan menjilat bibir vaginaku. Aku ingin melepaskan diri tetapi kakiku di kunci olehnya.

“ahhh kak…terusssshhh eemmmmm kakkkk aahhh” aku sangat menikmati permainan lidah kakakku sampai sampai aku merancau tak jelas seperti itu. Sungguh nafsu itu susah untuk di kalahkan dengan hati nurani. Nafasku kian memburu. Sementara tangan kakakku yang tadinya mencengram pahaku kini naik ke atas dan menyambar buah dadaku, makin makin aku terangsang di buatnya. Aku makin bersuara tak jelas ketika klimaksku hampir sampai.

“kakkkk ahhh akuu sampaii kakkk ahhhhhhhhhh” lolongan panjang menandai aku telah orgasme. Tubuhku melonjak keatas dan seluruh otot vaginaku berkontraksi dan mengeluarkan cairan orgasme. Tanganku memegang tangan kakakku yang tengah asik memainkan buah dadaku. Rasa nikmat itu belum selesai sampai di situ. Karena kakakku sepertinya tau cara memuaskan wanita. Ia menyeruput semua cairan yang keluar dari vaginaku sampai bersih. Aku heran, kenapa kakakku tidak jijik dengan vaginaku ya.

Tubuhku lemas sekali setelah orgasme yang baru saja melanda yang menguras tenagaku. Aku terkulai lemas di atas tempat tidur kakakku. Kakakku sekarang menindihku lagi. Dan mencumbuiku, mencoba membangkitkan nafsu birahiku lagi. Aku akui memang meski tampang kakakku ini jelek, tapi tekhnik untuk memuaskan wanita sungguh baik. Nafsuku mulai bangkit kembali. Lidahku mulai aktif mebalas lumatannya. Tanganku memeluk tubuh telanjang kakakku dan tangan kakakku memeluk tubuhku dengan erat sehingga membuat dada kami saring beradu dan putingku tergesek gesek oleh dada kakakku yang membangkitkan lagi gairahku. Badanku terasa hangat dan nikmat ketika kakakku mencumbui bagian tengkukku. Aku tak tahu mau menolaknya atau tidak karena rasa itu sangat nikmat, lebih nikmat dari cumbuan Nana tadi malam. Aku menggelinjang ketika mulut kakakku memainkan putingku lagi. Desahanku tak dapat tertahankan. Kenikmatan itu semakin menjadi jadi ketika benda tumpul menggesek gesek bibir vaginaku. Aku langsung tersentak kaget karena tahu sebentar lagi kakakku akan mengambil perawanku yang telah aku jaga selama bertaun taun.

“kak! Jangan!! Please” Aku melonjak mundur dan mengatupkan pahaku.

“Ayo lah sayang kamu pasti suka” Kakakku berusaha membujukku.

“gak kak, jangan begini! Kakak boleh ngapa ngapain aku tapi jangan yang satu ini” Aku kembali mengajukan penawaran terhadap kakakku.

“Ayolah…gak sakit kok, malah nikmat…nanti kamu pasti ketagihan..”

“Gak kak, please” aku memohon kembali. Mataku memerah dan meneteskan airmata.

“udahlah kamu ga usah jual mahal di depan kakak, sekarang mending turutin apa mau kakak” kakakku langsung bergerak cepat. Ia membuka katupan kedua pahaku yang melindungi vaginaku.

“kak jangan jangan!!! Emmm kak jagan!!” Aku terus meronta, tetapi apa daya tenaga seorang wanita lemah sepertiku. Pertahananku jebol dan sekarang kakakku sudah berhasil memisahkan kedua pahaku yang tadinya menyatu dan terlihatlah vaginaku.

“Ahhhh” Aku mendesah merasakan kenikmatan yang makin nikmat ketika kakakku menggesek penisnya di bibir vaginaku. Perlahan rasa nikmat itu sirna menjadi rasa ngilu dan sakit yang amat sangat.

“whuaa..kakk sakitttt” Aku menjerit ketika penis itu perlahan lahan mulai menembus pertahananku.

“Kakakk!! Eemmmhh” aku mencengkram erat sprei tempat tidur di sebelahku. Rasa sakit itu semakin menjadi ketika selaput daraku perlahan lahan di tembus oleh penis kakakku.

“aaaaaaaaaaaaaahhhhhh” Aku menjerit kesakitan ketika tiba tiba kakakku menyentakkan penisnya.

“Ehhmmm…….begini rasanya gadis perawan!!enakkkk…” kakakku mulai merancau tak jelas…

Akupun berusaha menahan rasa sakit yang menderaku. Tetapi rasa itu menjadi rasa yang nikmat ketika penis itu sudah bergerak maju mundur. Aku heran dengan rasa ini, sangat nikmat bercampur ngilu sedikit membuat aku mendesah desah. Setelah 15 menitan aku masih dalam posisi yang sama

“kak…..eemphhmmhhh enakk kakk uhhh” aku mendesah tak karuan karena genjotan penis kakakku yang membuatku keenakkan.
Aku sudah terpengaruh oleh nafsu yang menggebu gebu sehingga tidak sadar lagi kalau yang sedang menyetubuhiku adalah kakaku sendiri. Kakakku menurunkan badannya hingga sejajar denganku. Sambil menggenjot tubuhku, bibirnya melumat bibirku. Aku membalas lumayan kakakku dengan hangat.

“kak jangan di dalam!! Please” aku merasakan penis yang sedang menggenjotku

Tetapi itu semua sudah terlambat. Aku merasakan penis itu berkedut makin kencang di dalam vaginaku. Aku juga mencapai klimaksku secara bersamaan dengan semprotan kencang sperma kakakku di dalamnya. Rasanya nikmat sekali, tetapi aku tak tahu apa aku akan hamil nantinya.

“hkk…kak…hkk. Aku takut” aku tersadar dari nafsu birahi yang mempengaruhiku. Kini aku menangis dan mengambil bantal yang ada di dekatku dan memeluknya. Kakakku juga roboh tertidur di sampingku. Aku hanya dapat menangis melihat bercak darah yang mengalir keluar bercampur dengan sperma kakakku yang kental dari vaginaku.

“Sudah jangan menangis. Kakak sayang kamu” aku menyentakkan tubuhku berulang ulang ketika kakakku berusaha memegangku. Aku memunggungi kakakku sehingga ia tak tahu ekspresi wajahku yang menangis. Ia hanya bisa mendengar suara terisakku.

“makasih ya sayang” kata kata terakhir yang aku dengar sebelum aku tertidur karena kecapean.

Aku melihat ibuku lagi. Ia sedang menangis tetapi masih jauh dariku. Sekarang aku tak tahu mau berbuat apa. Ketika ibuku mengulurkan tangannya hendak menggapaiku, aku mulai melangkahkan kakiku dan hendak menuju ke ibuku. Tetapi tangan dan kakiku tiba tiba di tangkap oleh dua orang hitam yang kini memegang kedua tangan dan kakiku. Aku mejerit ketika tubuhku di telentangkan oleh orang hitam itu. Yang satu berwajah jelek dan botak, sementara yang satu lagi juga botak tetapi memiliki janggut yang lumayan panjang. Aku meronta hendak melepaskan diri tetapi orang itu terlalu kuat untukku yang masih terlalu letih akibat perkosaan kakakku. Tetapi ada yang janggal, kenapa itu semua terasa begitu nyata?

“Hek…hhekk…emhhh” aku terbangun dari mimpiku. Ternyata aku tidak bermimpi. Aku menyadari ada seseorang yang sedang menggenjot tubuhku. “Ahh…berhentii….ahh sakittt….” Aku hanya bisa merintih kesakitan dengan mataku masih setengah melek. Libidoku kembali naik ketika tangan orang yang sedang menyetubuhiku memilin milin putingku dan lidahnya menyapu bagian tengkukku.

Ternyata itu adalah kakakku. “Ya ampun! Apakah 1 kali saja ga cukup yah” aku mengumpat kakakku dalam hati.

“kak!! Hentikan!! Ahhhh….hen..tiikkk.aann aahhh” aku tak dapat melanjutkan perlawananku lagi karena libidoku sudah sangat memuncak. Aku salut dengan keahlian sex yang ia punya dapat membangkitkan nafsuku dengan cepat.

Oh iya aku lupa menceritakan bagai mana posisi kami. Posisi kami adalah menyamping ke kanan, dan kaki kiriku di angkat ke atas membentuk sudut 90 derajat agar penis kakakku dapat masuk dengan lancar. “huh.. kapan penderitaan ini segera berakhir” aku meratap dalam hatiku pada saat kakakku sedang mengeluar masukkan penisnya. Tak lama kemudian aku merasakan penisnya berkedut kedut dan crrottt crroott….entah berapa kali cairan putih kental itu menyemprot di dalam liang vaginaku. Tapi aku belum orgasme sama sekali.

Ketika kakaku melepaskan penisnya dari vaginaku, aku memegang tangannya.

“kak”

“hmm??” kakakku menoleh kearahku.

“tolong puasin aku juga kak” aku terpaksa berkata demikian karena rasanya sudah kepalang tanggung.

“hah? Kamu ngomong apa sayang?” kakakku sepertinya mempermalukanku.

“Aku belum…..” Aku tak melanjutkan kata kataku karena aku sangat malu saat itu.

“ohh…kamu belum orgasme ya? Hehehe sama kak Reno aja ya Fris”

“kak please…jangan bikin aku begini” Aku kembali memohon kepada kakakku.

Tampaknya kakakku tak menghiraukan rengekanku. Ia malah meninggalkanku. Tiba tiba kak Reno masuk kedalam kamar kakakku.

“hai Fris…kamu cantik banget deh kalo ga pake baju” kak Reno menjilati lidahnya sendiri dan mulai melepaskan bajunya.

“kak Reno! Jangan macam macam sama Friska!!” aku menyelimuti tubuh telanjangku dengan bed cover kakakku yang masih ada bercak darah di atasnya. Aku takut melihat wajah kak Reno yang seperti kuli bangunan dekat rumahku.

“Fris… ayo sama kakak ya ayolah kita senang senang malam ini” kak Reno melepaskan ikat pinggang dan memelorotkan celananya di depanku yang terpojok di dinding tempat tidur kakakku. Aku kaget ketika melihat celana dalam yang di pakai kak Reno ada yang menonjol dan itu panjang sekali. Lebih panjang dari punya kakakku sepertinya. Aku bergidik ngeri ketika ia memelorotkan celana dalamnya dan sekarang kak Reno sudah bugil di depanku.

“Kak jangan perkosa Friska… please…” Aku masih saja memohon kepada kak Reno berharap ia membatalkan niat jahatnya.

“Ayolah sayang….aku akan memberikan kenikmatan surga kepadamu” kak Reno kembali maju dan menghampiriku yang sudah terpojok.

“kak jangan…emmphhh” aku terkaget ketika serangan mendadak dari kak Reno yang tak dapat ku antisipasi. Kak Reno menerkamku dari depan dan ia melumat bibirku habis habisan. Aku hampir muntah ketika mencium bau mulutnya yang seperti sampah.

Tangannya juga tak mau diam, selalu meraba raba punggungku yang mulus.

Aku menilai kak Reno ini orangnya suka bermain kasar. “ughh ni orang kasar banget sih” aku mengeluh dalam hatiku melihat tingkahlaku kak reno yang meremasi buah dadaku sehingga aku meringis kesakitan.

“Ahh..kakk sakitt pelan pelan donk!” kemarahanku memuncak karena kak Reno masih saja meremas payudaraku dengan kasar.

“Iya sorry Fris, abis kamu hot banget sih” Kak Reno kembali melanjutkan aktivitasnya mengenyot putting payudaraku.

“kak Reno, bentar deh… Friska mau ke kamar mandi” Kak Reno melepaskan cumbuannya terhadap tubuhku dan mengizinkanku masu ke kamar mandi. Aku kaget sekali ketika di kamar mandi ada kak Dedi sedang mandi. Aku buru buru menutup pintu kamar mandi lagi. Tetapi kak Reno sudah berada di depanku.

“Masuk!” Aku hanya bisa menurut ketika kak Reno menyuruhku masuk ke dalam kamar mandi.

“Wah Adikku yang cantik udah datang. Kenapa sayang? Kamu kok malu malu gitu sih??” Kak Dedi memegang daguku dan aku menepis tangannya kemudian wajahku tertunduk malu. Kami bertiga dalam keadaan bugil semua. Jadi aku merasa canggung jika tubuhku dilihat oleh dua orang yang bahkan aku kenal keduanya.

“Emmphhh lepasin kak!!” Tiba tiba kak Reno menyergapku dari belakang. Aku tak bisa berbuat banyak.

“Ded, enaknya sekarang kita apain nih?” kak Reno menanyakan hal yang membuat kupingku panas mendengarnya.

“hmm…Fris kamu mau di apain biar kamu bisa puas? Tadi kan kamu minta di puasin?” Aku malu mendengar kalimat kakakku yang tadi aku ucapkan sendiri kepadanya.



“Oh ternyata kamu udah minta ya Fris! Uhhh dasar nakal kamu sok jual mahal ya udah Ded ade lu ini gimana kalo kita gang bang aja.. mau ga lu?” Aku bergidik ngeri ketika kak Reno menawarkan sesuatu yang mengerikan menurutku. Aku harus menghadapi dua penis sekaligus di dalam waktu yang bersamaan.

“Ya udah ayo bawa sini kita main di bathup aja, udah gua siapin air hangat kan dia kalau kecapean pasti berendem di air anget!” darimana kakakku tau tentang kebiasaanku. Tetapi aku tak sempat memikirkan itu karena tubuhku sudah di bopong kak Reno menuju bathup.

“Jangan melawan ya kalu kamu tak mau aku banting kebawah” aku ketakutan mendengar kata kata kak Reno. Tanganku memeluk lehernya karena aku takut akan di banting oleh kak Reno.

Di bathtub, kak Dedi sudah berbaring di atasnya dengan penis yang sudah tegang. Kak Reno menurunkan aku di atas bathup dan aku sudah tau apa yang harus aku lakukan. Aku mengangkangi selangkangan kakakku kemudian memegang penisnya lalu mengarahkannya ke dalam liang vaginaku. Aku ingin kenikmatan itu di satu sisi, tapi di sisi lain aku merasa sangat hina melakukannya.

“ahhhhh” aku mendesah ketika benda panas dan keras itu masuk menerobos liang vaginaku. Kemudian kak Reno menyodorkoan penisnya ke depan mulutku. Karena aku sudah horny berat, aku pegang penis itu dan perlahan mengocoknya. Aku belum berani mengulum penis itu karena aku masih canggung dengan kak Reno.

“Fris, kamu naik turunin tubuhmu jangan maju mundur saja!” Kakakku membentakku karena aku hanya menggunakan penisnya hanya untuk mengaduk aduk vaginaku. Aku mengambil posisi dan memantapkan pijakanku pada bathup kemudian mulai menaik turunkan tubuhku sehingga tubuh kakakku bergetar keenakan.

“ahh kak…uhhh enakkk ahhh” aku juga merancau tak jelas karena sudah kenikmatan dengan sodokan penis kakakku.

“Fris kok kak Reno di anggurin gini sih?!” kak Reno tampaknya sedikit marah karena tanganku kini tidak mengocok penisnya lagi.

“aahh…kakk Rennoo entarr aaj…aaaa” kataku sudah ngos ngosan yang menaik turunkan tubuhku di atas penis kakakku.

Tubuhku tiba tiba tersentak kedepan. Ternyata kak Reno sudah tak sabar lagi. Aku merasakan benda keras itu menggesek gesek lubang anusku.

“Kak Reno!!! Jangan di situ!! Please!!” Aku takut sekali ketika penis itu hendak membobol lubang anusku yang belum pernah kemasukan apa apa.

“Fris kak Reno udah ga tahan lagi” Kata kata itu keluar begitu saja dari mulut kak Reno yang sudah kesetanan.

Aku hendak bangun tetapi tangan kak Dedi menahanku dan malah memelukku kemudian lidah kak Dedi menyapu tengkukku.

“Emmhh…kak Dedi lepasin Friska!! Friska ga mau pake pantat kak! Sakitt!!” aku tetap memohon tetapi setiap aku memohon jarang sekali kak Dedi mendengarnya.

Aku tak berani melihat ke belakangku. Aku merasakan cairan muncrat di atas lubang anusku. Ternyata itu adalah ludah kak Reno kemudian tangannya mengelus ngelus lubang anusku. Rasanya nikmat bercampur geli. Tapi itu hanya sesaat. Tangan itu mencoba menerobos lubang anusku.

“akkkkk……sakittt kakkkk!!! Hentikannnnn sakitttt aa…….” Aku hanya bisa mengejang ngejangkan tubuhku untuk mencegah tangan itu masuk lebih dalam dan berusaha melepaskan diri dari pelukan kakakku.

“emm kayaknya masih sempit banget nih! Pasti mantep punya Ded” kak Reno memberikan komen kepada lubang anusku.

Aku hanya dapat pasrah ketika penis kak Reno sudah siap menerobos lubang anusku.

“kok susah banget sih masuknya” kak Reno kebingungan.

Aku tertawa geli di dalam hati melihat muka kak Reno yang kebingungan. Mungkin penis besarnya tak muat dengan ukuran lubang pantatku. Aku menggerak gerakkan tubuhku untuk menghindari penis kak Reno.

“Fris diem!!” kak Reno membentakku kemudian ia menarik pinggangku dan lebih menunggingkan pantatku.

“kak jangan!! Please!!! Kak sadar!!!” aku kembali meronta ketika penis itu perlahan mengoyak lubang kecil yang berada di bagian belakang tubuhku.

“wuihhh sempittt!!!aarhhhhh aduhhh kaya ngebobol perawan ini mah!! Ahhh” bukan hanya aku yang merintih kesakitan karena tusukan penis kak Reno sudah menembus lubang anusku, tetapi dia sendiri juga meringis menahan sakit karena sempitnya lubang anusku.

“kak Reno… sakittt aahh….” Saking sakitnya, aku tak sadar mencakar pundak kakakku yang sedang asik menjilat tengkukku agar meredam sedikit rasa sakitku. Tapi ia tak meringis, kesakitan, mungkin sudah biasa, atau ia tak mau terlihat lemah di depan adiknya? Haha.

“aaaahhh kakkkkkkkk ampuunnn kakkkkkk” aku menjerit panjang karena kak Reno menyentakkan pinggulnya ke dalam sehingga penisnya dengan cepat menerobos anusku.

“aahhh kak pe…laannn pee…laann saa…kiittt kakkk” aku tetapi merintih kesakitan karena kedua penis yang tertancap di lubang vagina dan anusku kini mulai bergerak keluar masuk. Aku hanya dapat mendesah nikmat ketika penis Kak Dedi masuk ke dalam liang vaginaku dan meringis kesakitan ketika penis kak Reno masuk menerobek anusku.

Rasanya kedua lubangku ini sudah lecet dan robek saja ketika mereka berdua mulai mempercepat irama permainan kami.

“kakkk…ahhhh ampunnn ahhhhh” Aku masih meringis, padahal penis kak Reno sudah dengan mudah keluar masuk anusku. Aku hanya bisa pasrah menerima nasibku yang sekarang.

“uhhh ayooo ayooo plak! Plak!” kesakitanku bertambah ketika kak Reno menampar kedua bongkahan pantatku yang putih dan kenyal. Warna merah dapat terlihat jelas di sana karena tamparan dari kak Reno.

Aku sudah tak kuat lagi menahan kesakitan bercampur kenikmatan ini. Dan kedua orang yang memperkosaku kini hampir menuju klimaksnya aku hanya dapat mengerang nikmat ketika aku bersama kak Dedi orgasme bersamaan dan tak lama kemudian kak Reno menyusul dan mengeluarkan spermanya di dalam anusku.

“Fris kamu mandi dulu ya sini kakak mandiin” aku tumbang di atas tubuh kak Dedi karena sudah kelelahan. Rasanya vagina dan lubang anusku ini sudah lecet. Aku tak sanggup lagi bergerak. Kak Dedi mulai mengambil sabun cair dan menyabuni tubuhku. Kali ini dia tidak macam macam karena ia tahu aku sudah terlalu lelah untuk di ajak bermain lagi.

“Kak, kenapa si kakak begini sama Friska?” aku mulai membuka pembicaraan dengan kakakku yang terlihat sedang asyik menyabuniku.

“hhmm? Kamu cantik Fris, itu yang bikin kakak ga tahan lagi buat gituin kamu” kakakku membalas pertanyaanku, tampaknya kakakku berkata apa adanya.

“jadi kakak tega ngambil perawan Friska? Hk…hkk..” perlahan aku menangis terisak ketika tangan kakakku menyabuni bagian dadaku.

“sudah lah Fris, yang penting sekarang kamu udah kakak bikin menjadi wanita dewasa. Sudah jangan nangis lagi ya” kakakku mencuci tangannya yang masih berlumuran sabun hingga bersih kemudian menghapus air mataku yang dari tadi terus mengalir.

“Sudah jangan menangis lagi… ayo bangun pakai bajumu” kakakku beranjak dari bathup setelah selesai membilas tubuhku dengan air shower.

“kak”

“hmm?”

“Gendong..” nadaku manja sambil mengulurkan kedua tanganku ke arahnya.

Kakakku tersenyum dan langsung membopongku keluar dari kamar mandi. Di luar sana, kak Reno sudah memakai baju lengkap.

“Wihh mesra bener lu ber dua!” kata kak Reno kagum melihat kakakku menggendongku.

“Fris turun pake bajumu” aku segera turun dan memunguti BH, celana dalam, celana jeans panjang serta baju terusanku kemudian memakainya satu per satu.

“makasih ya servicenya! Kapan kapan kita main lagi okeh..” Kak Reno menepuk pundakku ketika aku sedang merapihkan rambutku yang basah.

Aku tak menjawab perkataan kak Reno karena aku sudah benci dengannya.

“Kak Dedi, Friska mau ke kamar dulu….jangan gangguin Friska ya…aku mau tidur..capek banget” kataku jutek ke kak Dedi.

Kakakku hanya mengangguk menandakan ia mengizinkanku untuk berisitirahat.

Aku keluar pintu kamar kakakku. “Hufh! Akhirnya! Aku bisa keluar juga dari sini!” hatiku lega setelah keluar dari kamar kakakku dan berjalan agak gontai menuju kamarku. Untungnya rumahku sepi. Jadi tak ada yang melihat aku berjalan. Aku membuka pintu kamarku dan melihat jam. Pukul 17.50 berarti aku sudah di perkosa oleh kakakku dan Kak Reno selama kurang lebih 3 jam. Aku membaringkan tubuhku di atas tempat tidurku. Aku tertidur karena kelelahan menunggu Nana pulang dari sekolah.

sumber : www.meremmelek.net

No comments:

Post a Comment