Tuesday, June 19, 2012

Friska's Diary Chapter 2 : Di Balik Lesbianisme Nana

Nana belum tahu tentang kejadian yang menimpaku kemarin. Ia baru menginap 1 hari di rumahku. Aku sengaja tidak memberitahukan apa yang terjadi karena aku takut mengganggu konsentrasi belajarnya. Aku meluapkan segala kesedihanku padanya malam itu dengan tidur saling berpelukan erat satu sama lain. Mungkin Nana tidak mengetahui betapa aku menderita akibat perkosaan itu. Tetapi aku juga tak mau melibatkannya kedalam masalahku. Aku mengerjap ngerjapkan mataku ketika mendengar suara deringan jam weker yang kupasang tepat pada pukul 7 pagi. Aku berusaha mengusir rasa kantuk yang masih menggodaku. Badanku lemas semua akibat perkosaan yang menimpaku kemarin yang membuat aku tidak sempat untuk makan malam. Sementara Nana sudah tak ada lagi di sampingku. Pandanganku tertuju pada sepucuk surat di atas meja belajarku. Aku bangun dari tempat tidurku dan berjalan menuju tempat dimana surat itu berada. Rasa ngilu pada selangkangan dan lubang anusku masih terasa sampai sekarang. Setelah diperkosa kemarin, aku berusaha bersikap normal ketika bertemu dengan Nana. Rasa sakit yang kutahan kemarin membuat kondisi selangkanganku makin parah pada pagi ini. Aku mengambil kertas putih yang dilipat rapih membentuk sebuah surat dengan tanda ‘love’ sebagai penutup surat itu. Sebuah tulisan nampak jelas di pojok kanan atas surat itu bertuliskan sebuah nama yang sudah ku kenal, ‘Nana’,

“biasanya kan dia sms, kok malah nulis surat?” aku tersenyum heran karena tingkah laku Nana yang mulai aneh sejak aku ‘dekat’ dengannya.

Friska my beib, hari ini kamu jangan lupa makan n istirahat ya…kayanya kamu cape banget deh…kamu pasti be te di rumah mulu…nanti pulang sekolah, aku bakal ajak kamu jalan ya…happy nice day

Demikian isi surat itu. Aku menaruh surat itu di atas meja belajarku setelah membacanya. Aku melamun sesaat di depan meja belajarku membayangkan bagaimana jalannya hari ini. Tetapi, lamunanku di kejutkan oleh suara deritan gagang pintu kamarku. Dari balik pintu kamarku, terlihat orang yang tak asing lagi bagiku. Aku makin ngeri saja melihatnya ketika ia mulai menyunggingkan senyum liciknya.

“Kakak mau apa??” aku mulai panik karena kakakku mulai melangkahkan kakinya mendekatiku. Lalu tiba tiba dengan mudah ia memitingku sehingga aku meringis kesakitan.

“aduuuuuhh….Jangan kak sakiitt! Lepasin!!Jangan perkosa Friska lagi….” aku kembali meronta ronta karena pitingan kakakku makin kuat.

Dengan satu gerakan memutar, aku bisa lepas dari pitingan kakakku, aku kembali berlari menaiki tempat tidurku. Tetapi ketika aku melompat ke ranjang, kaki kananku berhasil ditangkap oleh kakakku yang membuatku jatuh disana sehingga sekarang aku dalam posisi telungkup membelakangi kakakku kemudian, kakakku langsung menaiki tubuhku dan akhirnya menduduki punggungku sehingga otomatis dadaku terjepit antara kakakku dan tempat tidurku membuatku sedikit sesak nafas.

“kak sadar!mmmhhhhhhh ! Kak…..jangg…mmmpphhhh” belum sempat aku mengucapkan kata kata, mulutku sudah dibekap oleh tangan besar kakakku.

“udah lah sayang, mending kamu nikmatin aja…dari pada kamu ngelawan terus” bisik kakakku kemudian bisikan itu dilanjutkan dengan jilatan pada bagian daun telingaku sehingga membuatku merinding antara rasa geli dan nikmat.

“jadi gimana? Mau main ga sayang?” kini aku kembali merinding ketika lidah yang tadi menjilati daun telingaku, sekarang mulai bermain di bagian tengkukku.

Aku hanya bisa menganggukkan kepalaku karena sekarang aku juga mulai terangsang akibat permainan kakakku. Setelah dirasa aku tidak berontak lagi kakakku memutar tubuhku sehingga sekarang aku sudah terlentang diatas tempat tidurku. Dan kini kakakku berpindah posisi agak kebawah sedikit untuk menahan kakiku dengan kedua kakinya. Sementara kedua tanganku di rentangkan dan di tahan oleh kedua tangannya di bagian pergelangan tanganku. Akibatnya, sekarang aku sudah tidak bisa berkutik lagi menghadapi kakakku. Aku sempat beberapa kali menggelinjang akibat lidah kakakku yang tidak bisa diam menjilati bagian leherku. “eemmhhh…aahhhhhhh” aku mendesah begitu saja karena sensasi nikmat dari perbuatan kakakku yang membuatku menggigit bibirku sendiri menahan nikmat.

Aku hanya bisa pasrah karena perlakuan kakakku kini ia melumat habis bibirku “mmmhhhhhmmmm..emmmmhh cpok…cpok…” suara bibir kami berdua yang saling beradu, saking hotnya sampai air liur kami meleleh dari mulut kami masing masing.

tiba tiba kakiku dingin dan seluruh badanku menjadi lemas. Aku sadar, aku belum makan. Sepertinya cacing di perutku sudah pada berdemo untuk minta makan.

“krruyyuukkk.kruuyyuukk” suara perutku yang berbunyi yang membuat kakakku menghentikan cumbuannya dan menyunggingkan senyum licik.

“kamu mau makan kan? Apa kamu mau minum susu? Nanti kakak kasih susu kakak dari sini ya” sambil menunjukkan penisnya kearahku. Aku bergidik melihat penis yang telah memerawaniku semalam. “Hei?! Sejak kapan kakakku menelanjangi dirinya??” aku kaget sendiri melihat kakakku sudah telanjang bulat sekarang.

Kini tangan kakakku membangunkan tubuhku yang sudah lemas itu sehingga aku terduduk di atas tempat tidurku membuat posisiku memunggunginya sekarang. Tangan kakakku mulai merambat meremasi buah dadaku yang masih terlindung oleh piama semi transparant yang membuat bra dan celana dalamku terlihat jelas.

“hhmmpphhh…kak..” aku mendesah karena remasan lembut tangan kakakku yang dapat membangkitkan nafsu birahiku. Tetapi tubuhku masih sangat lemas untuk melawan. Aku memutuskan untuk bermain satu ronde agar aku bisa cepat menyelesaikan semua ini.

“kak…ohhh….jangan kak….ohhh” di antara kenikmatan yang kudapat pagi ini, aku tetap meminta agar kakakku menghentikannya.

Tangan kakakku mulai turun dari baju piamaku ke arah selangkanganku. Artinya, sekarang tanganku sudah bebas dari cengkraman tangannya. Aku memanfaatkan kesempatan ini untuk kabur. Tanganku langsung reflek mendorong tubuh kakakku. Dan sesaat kemudian kakakku terjengkang di atas tempat tidurku.

“adohh..Friska!!sini lo bocah sialan!!” kakakku mengaduh kesakitan karena kepalanya tadi menghantam pinggiran ranjangku dengan keras.

Aku langsung beranjak dari tempat tidur dan berlari menuju pintu kamar yang masih terbuka.

Tetapi tiba tiba “Buk!” Aku menabrak tubuh seseorang dan langkahku mundur kebelakang kemudian terjatuh duduk. Astaga! Kak Reno sudah ada di depan pintu kamarku.

“mau kemana gadis cantik??” kak Reno membungkukkan tubuhnya dan mendekatkan

wajahnya ke arahku yang sedang berusaha menghindarinya dan tersenyum mesum.

“kak Reno mau apa? Jangan kak Friska ga mau lagi kak!” aku merangkak mundur dengan kedua tanganku. Tetapi kak Reno mengikuti tiap langkahku sehingga membuatku makin takut. Nafasku mulai ngos ngosan, keringat dingin mulai bercucuran dari pori poriku membuat piamaku ikutan basah yang menambah gairah siapa saja yang melihatnya. Aku sungguh ketakutan sekali akan kembali di perkosa oleh kedua orang yang bejat ini.

Aku takut tragedi semalam terulang lagi. Aku mengumpulkan segenap keberanianku dan bangkit berdiri berlari ke arah kamar mandi di kamarku. Tetapi memang sial nasibku, ketika hendak menutup pintu kamar mandi, ternyata kakakku ada di dalam kamar mandi sudah siap untuk menyergapku. Tangan kananku di tekuknya kebelakang dan di tahan dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya meremas remas buah dadaku. Kakakku menarik tubuhku mundur sehingga menjauhi pintu kamar mandi kemudian mendorong tubuhku ke salah satu sisi tembok kamar mandiku. Sehingga payudaraku tergencet di tembok keramik kamar mandi mewahku. Aku langsung memalingkan mukaku ke samping, karena kalau tidak pasti hidungku sudah patah menabrak keramik dinding kamar mandiku.

“kak lepasin Friska… Friska mau sekolah!!” tetapi sepertinya kakakku tidak mendengarkan perkataanku. Malah ia malah menjilati tengkukku sehingga membuatku menggelinjang kegelian.

“nngggggggaaaaahhhhhhhhhh…” aku mendesah ketika lidah panas kakakku menyapu tengkukku.

“Fris hmmmm…kamu wangi banget…” kakakku mengendus endus bagian tengkukku membuat aku bergidik dan tubuhku mengejang karena kegelian.

Tangan kiri kakakku yang masih bebas mulai membuka kancing piamaku.

“kakak jangan kak….kak!! aku ga mau!”aku menggelengkan kepalaku.

Dengan tangan kiriku yang masih bebas juga, aku menahan tangan kakakku yang sudah mempreteli 2 kancing piamaku sehingga belahan buah dadaku dapat terlihat jelas.

Tetapi sepertinya kakakku tak menghiraukan permintaanku. Sekarang malah tangan kirinya masuk kedalam baju piamaku dan meremas remas buah dada bagian kananku sehingga membuat tubuhku menggelinjang dan sesaat kemudian nafasku mulai memburu.

“tuh kan kamu baru kakak gituin udah horny” kakakku mengejekku karena kini tangan kiriku yang tadi menahan tangan kakakku, sekarang malah ikut aktif membimbing tangan kakakku meremasi buah dadaku.

“kak….emmhhh….aaaaahhh” aku mendesah hebat karena tangannya kini sudah menyingkap braku ke atas dan memilin puting susuku yang sudah mengeras.

“wah udah horny ya kamu Fris?” kakakku kembali mengejekku. Ia memilin puting susuku sehingga membuatku mendesah tak karuan serta puting itu juga perlahan mulai mengeras.

“aaahhh…aahhhh aaaaa?” desahanku berhenti karena tangan kakakku berhenti melakukan aktifitasnya di buah dadaku.

“masih mau dilanjutin ga?” kakakku tersenyum meledekku. Aku muak melihat senyuman itu. Rasanya ingin ku pukul saja mukanya yang menurutku mirip orang kampung.

“eh eh…nakal ya kamu! Masa badan kamu gerak gerak” kakakku memarahiku tampaknya ia menyadari kalau tubuhku bergerak gerak.

“aduh ketawan deh!” kataku dalam hati sambil memejamkan mataku dan mukaku memerah menahan malu di depan kakakku.

“hayoo…mau lanjut ga?” kakakku menaruh kepalanya di pundak kiriku dan mulai menjilati daun telingaku.

“aww…aduhhh!!” aku mengaduh saat kakakku menggigit daun telingaku.

Aku mengangguk lemah sedikit menandakan aku menyetujui tawaran kakakku. Mukaku memerah menahan rasa maluku.

“nggggg….aaahhhhhhhhh” aku mendesah tak karuan karena sensasi jilatan kakakku membangkitkan lagi nafsuku yang sempat padam.

“tuh kan kamu mau ngelanjutin hehehehe… cewe emang gitu ya. Bilang engga, tapi kalau udah digituin pasti mau mau aja…hmmmm”kakakku kembali mengemut puting susuku yang sudah tegang.

Kata kata itu membuat wajahku panas, tetapi aku hanya bisa menahan amarahku, karena aku sudah terlalu horny untuk melawan. Baju piamaku sudah terlepas beserta braku, kini aku tinggal memakai celana piamaku yang berbahan sama, yaitu semi transparant sehingga celana dalam merah yang kupakai pasti terlihat. Tangan kanan kakakku sudah melepas cengkramannya karena memitingku. Kini tangan itu mulai masuk kedalam celana piamaku. Aku membuka mataku dan menggerakkan tanganku menahan tangan kakakku.

“kak jangan!” suaraku memekik dan menahan tangan kakakku yang sudah mulai meraba raba daerah vaginaku.

kali ini entah apa yang merasuki tubuhku, aku berhasil melepaskan diri dari kakakku. Aku berlari ke arah pintu kamar mandi membalikkan wajahku sejenak ke arah kakakku dan menatapnya tajam sambil mengecilkan mataku dengan pandangan penuh amarah. Tetapi aku dikejutkan oleh kak Reno yang sudah berdiri di depan pintu kamar mandi. Tiba tiba menangkap pinggangku dengan mudah. Kedua tangannya memeluk pinggangku, rasanya seperti di remas oleh ikat pinggang yang sangat kencang dan ia mengangkat tubuhku kearah tempat tidurku kemudian melempar tubuhku ke atas tempat tidurku.

“ngghhhhh kak Renooo…jangannnn kakk aaahhhhh” aku meronta di atas tempat tidurku karena tangan kanan kak Reno masih menahan pinggangku sementara tangan kirinya meremas payudaraku membuat aku mendesah desah di antara rontaanku.

Aku melihat kak Dedi juga mulai naik ke atas tempat tidurku. Aku tak tahu mau bagai mana lagi untuk kabur. pintu kamarku sekarang sudah tertutup rapat dan terkunci. Aku bisa melihatnya, warna merah pada gagang pintu menandakan pintu itu sudah terkunci.

“kakkk aahhh…..Friska mau sekolah kak…pleaseee mhmhhhhhh jaanggaannnn..” aku mulai panik karena jam yang terletak di atas meja kecil tempat tidurku sudah menunjukkan hampir jam 9, menandakan satu jam lagi pak Warto akan datang untuk memberikanku materi pelajaran.

“kamu mau sekolah?? Sebentar kakak telpon pak Warto dulu.” Kakakku mengambil handphoneku dan turun dari tempat tidurku. Sementara kak Reno terus meremasi dan mengulum puting susuku.

“halo selamat pagi pak Warto, nanti kalau sudah sampai ke rumah, langsung naik ke kamar Friska aja ya pak…iya itu anak lagi sakit tapi mau aja sekolah” bagai tersambar petir aku mendengar pembicaraan kakakku dengan pak Warto.

“kakak!! Apaan sihh jangan macam macam!” aku berteriak ketika kakakku menutup pembicaraannya dengan pak Warto.

Aku menjadi panik, bagaimana kalau nanti guruku tau kalau aku sedang melakukan hubungan sex ketika ia datang. Aduh, aku mulai panik, aku ingin segera menyudahinya.

“makanya, kalau kamu ga mau di macam macamin sama gurumu, lebih baik bikin kita berdua puas dulu sebelum gurumu datang” aku bergidik mendengar perkataan kakakku. Tetapi aku tidak punya pilihan selain membuat kedua orang jelek ini bisa puas. Kini, aku mulai bangkit dari tempat tidurku dan menatap mata kak Reno degan tatapan yang menggoda, berharap nafsunya cepat naik sehingga ia cepat keluar dan permainan berakhir. Aku membuka retsleting celananya perlahan dan ketika celananya terbuka, aku bisa melihat tonjolan besar yang bersembunyi di balik celana dalamnya.

“wahh sekarang kamu udah pinter ya Fris..hehehe” kak Reno mengelus kepalaku yang berada di antara selangkangannya.

Tanganku memelorotkan celana berikut celana dalam kak Reno dan menggenggam penisnya yang sudah mulai tegang. “huh aku bertemu lagi dengan benda yang memerawani lubang anusku semalam” aku menggumam dalam hati.

Tiba tiba aku merasakan tangan kak Dedi memegang celanaku dan menariknya lepas berikut celana dalamku. Sampai saat itu tubuhku sudah bugil dalam posisi menungging sambil menjilati penis kak Reno. Lidahku kumainkan memutar di kepala penis kak Reno dekat lubang kencingnya. Kemudian sekali kali aku menatap kak Reno dengan pandangan yang menggoda. Berharap perkosaan ini cepat selesai.

“aduhhh…emmmhh enak bener….teknik lo udah mantep Fris…berarti udah bisa ngelayanin orang kelas atas nih” mukaku rasanya panas mendengar perkataan yang keluar dari mulut Kak Reno.

“mmmpphh” desahanku tertahan oleh penis kak Reno yang sedang kumasukkan ke dalam mulutku ketika kak Dedi mulai meregangkan pahaku dan lidahnya menjilati bibir vaginaku.

Tubuhku sedikit mengejang karena jilatan kak Dedi di vaginaku. Aku mulai menghisap hisap penis yang ada di dalam mulutku. Berharap pemiliknya akan segera memuntahkan cairan putih kental yang bisa membawa kenikmatan tiada tara pada pemiliknya. Tak lama setelah itu aku merasa penis kak Reno sudah berdenyut kencang dan croott crroottt…. Cairan itu keluar memenuhi rongga mulutku. Aku langsung menelan semua sperma kak Reno karena aku tak mau membuat spreiku berbau sperma.

“whuuiihhh aahhh…gilaa….doyan peju juga ade loe Ded!” kak Reno mengejekku yang sedang berusaha menelan spermanya yang bau dan rasanya sangat menjijikan. Aku menurunkan kepalaku sampai menempel di atas spring bedku karena aku sudah sangat lemas sekali. Kakiku masih terasa dingin bahkan sekarang kondisiku setengah sadar karena perutku sudah sangat kosong. Belum lagi tangan dan kakiku sejak tadi gemetaran seperti hampir mati rasa.

“ahhh kak sakitt pelan pelan kak!” aku meringis kesakitan karena liang vaginaku masih belum terbiasa dengan penis besar itu. Rasanya, sakit sekali dan ngilu. Tetapi ketika kakakku menariknya, nikmatnya baru terasa. Gesekan dinding vaginaku dengan penis kakakku yang berurat cukup menimbulkan sensasi geli bercampur ngilu dan nikmat.

“aaahhhhhhhh” aku kembali mendesah karena kakakku sekarang mulai menggenjot tubuhku.

“kak….aduhhh ahhh” badan bagian atasku sudah terjatuh ke tempat tidurku sehingga mukaku menumbuk busa tempat tidurku.

Sementara tanganku menggapai kain sprei dan meremasnya. Menahan rasa sakit dan nikmat yang tiada tara itu.

“ngghh ngghh.. ayo Frisss gerakkan tubuhmu!!”

Aku membangunkan punggungku dan menjadikan kedua tanganku sebagai tiang untuk menopang tubuhku tetapi aku masih belum begitu kuat untuk menahan tubuhku sendiri. Beberapa saat aku menopang tubuhku, tanganku sudah tertekuk lagi dan wajahku lagi lagi menghantam springbedku.

“heh! Bagun!! Udah lah jangan sok jual mahal” maki kakakku.

Aku hanya bisa diam karena sudah terlalu lemas untuk berbicara.

“awww!!” tiba tiba kakakku memencet klitorisku yang sebesar biji kacang itu. Rasanya sakit sekali sehingga aku menjerit.

“Ayo goyang!! Kalo ga klitorismu bakalan kakak pencet lebih keras lagi!” mendengar ancaman kakakku, aku mulai mengumpulkan tenagaku yang sudah tinggal sedikit.

Kini kau mulai bergerak maju mundur dan kakakku juga mulai menggerakkan pinggangnya. Ketika kakak bergerak maju, aku bergerak mundur sehingga penis kakakku terasa masuk lebih dalam lagi di liang vaginaku.

“plok plok cleepp cleepp” itu suara yang di keluarkan ketika paha kami saling menumbuk.



Tiba tiba kakakku membalikkan tubuhku hingga menghadapnya terlentang. Pada saat itu penis kak Dedi masih menancap di dalam Vaginaku, sehingga ketika badanku berputar, sensasi lain terasa dalam diriku. Aku memejamkan mataku menikmati sensasi itu sampai ketika aku sadar, kakakku sudah melumat bibirku yang tipis ini.

“mmphhmm emm” aku membalas ciuman dan lumatan bibir kakakku agar kakakku cepat cepat menyudahi permainannya. Lidah kami saling beradu dan bertukar ludah. Membuat nafsuku makin naik dan rasa lapar yang melandaku sejak tadi hilang begitu saja.

Setelah kakakku puas bermain dengan bibirku, Ia melepas lumatannya dan tangannya memegang pinggangku dan menahannya.

“aaahhhh kakkkkkk ammmppuunnn sakiiittt pellaaann pee..aaahhhhhhhhhh” aku mendesah panjang dan tak sanggup lagi melanjutkan kata kata karena, aku sudah orgasme terlebih dahulu dari kakakku. Ini adalah orgasme pertamaku pagi ini.

“ahh aduhuhhhhh Friss…kakak sampaiii…. aduuduuuhhh…..kamuu tellaannn Frissss” setelah mengucapkan kata kata itu, kakakku langsung melepaskan penisnya dari vaginaku dan berdiri mengarahkannya ke arah mulutku. Aku tak ragu lagi untuk menyambut penis itu kemudian aku memaju mundurkan penis kakakku yang sudah berdenyut keras.

“aduuhhh aahhh manteppp Frisss uhhh iseppp” kakakku merancau tak karuan karena aku menyedot nyedot penisnya hingga tak mengeluarkan sperma lagi.

Kemudian kakakku roboh di sebelahku dengan nafasnya yang ngos ngosan.

“kak” aku memanggil kakakku yang tengah memjamkan matanya

“hmmm??” kakakku menggumam

“Kakak mending keluar dulu ya…aku mau mandi mau siap siap”

“ya udah kamu mandi aja…kakak mau nonton kamu mandi..” kakakku ini orangnya emang ceplas ceplos, aku jadi kesal dengannya.

“tapi kak??” aku sedikit keberatan

“udah cepat mandi… kakak mau liat kamu mandi dari sini”

Huh, tak ada pilihan lain selain cepat cepat mandi selagi sempat sebelum pak Warto datang. Aku masuk kamar mandi dan terpaksa pintunya kubuka lebar lebar atas perintah kakakku. Aku mandi sambil sebentar sebentar melirik ke arah kakakku yang matanya tak lepas memandangi tubuh putih yang mulus yang ada di depannya sambil mengocok penisnya yang mulai tegang. Aku berusaha serileks mungkin untuk mandi karena aku tak mau badanku ini kotor akibat persetubuhanku dengan kedua orang bejat itu. Untungnya, aku tidak di garap lagi di kamar mandi. Aku terkejut melihat kakakku menumpahkan air mani hasil self servicenya di atas celana dalamku. Huh…biarkan sajalah apa yang dia mau perbuat yang penting sekarang aku mesti cepat cepat membersihkan diriku. Tak lama kemudian aku selesai mandi. Aku mengeringkan tubuhku kemudian.memakai kimono miniku yang memperlihatkan hampir seluruh bagian pahaku kemudian membungkus rambut panjangku dengan handuk. Aku keluar kamar mandi yang sedari tadi pintunya terbuka. Aku membuka lemari pakaianku dan mengambil celana jeans panjang dan kemeja pink berlengan panjang. Kemudian membuka laci lain untuk mengambil bra dan celana dalamku. Ketika aku memakai bajuku, tiba tiba kakakku yang masih dalam keadaan telanjang memelukku dari belakang dan membuat aku kaget sekali. Aku bisa merasakan penisnya menegang lagi.

“kak! Please Friska udah mau sekolah! Jangan sekarang! Kalo kakak mau nanti bakal Friska ladenin tapi jangan sekarang kak Please….” Aku memohon kepada kakakku sambil menatapnya dengan penuh harap. Entah kenapa aku menangis, air mataku keluar begitu saja.

“nih..pakai ini yah sayang” bisik kakakku sambil memberikan celana dalam yang sedikit ‘basah’ karena tumpahan air mani kakakku sewaktu ia sedang melakukan self service sambil menontonku mandi.

“iihhh…itukan bekas maninya kakak…ga mau ah..jijik tau!!” aku mencibir kakakku yang masih memelukku dengan erat.

“pakai saja Fris..aku suka melihat kamu memakai celana dalam yang sudah aku beri spermaku” kata kakakku di telingaku.

“tapi kak?!” aku kembali menyangkal.

“mau kakak pakaikan atau pakai sendiri?” huh negosiasi yang sama sekali tidak menguntungkanku. Aku tak mau memperpanjang masalah lagi. akhirnya aku meraih celana dalam itu dan perlahan memakainya. Rasanya lembab dan sepertinya memang agak risih memakainya.

Aku menghela nafas panjang setelah memakai celana dalam itu, kemudian melanjutkan kembali memakai pakaianku. Aku melihat jam mungil di atas meja kecil sebelah tempat tidurku.

“sudah jam 10 kurang 5, berarti pak Warto sebentar lagi datang” aku segera turun membawa sebuah buku tulis yang isinya adalah PR Fisika yang di berikan pak Warto kepadaku.

“selamat pagi Friska” sapa pak Warto Ramah ketika aku melihatnya sedang menungguku di ruang tengah dengan secangkir teh di atas meja tamu.

“Pagi pak, sorry nunggu lama” aku membalasnya dengan senyuman.

“iya ga apa apa Fris, baru 5 menit kok bapak di sini, bagaimana?sudah sehat? Mau belajar dimana? Tadi kakakmu suruh bapak langsung ke kamarmu tetapi bapak tidak enak denganmu jadi bapak tunggu di sini saja” kata pak Warto sopan.

“maaf pak jadi menunggu, langsung aja ke ruang belajar. Tadi memang saya sakit tetapi saya masih ingin sekolah pak” kata kataku itu membuat pak Warto tersenyum.

“ck..ck..ck di jaman sekarang ini, ternyata ada juga anak dari golongan atas yang niat sekali bersekolah” kata kata itu membuatku terheran heran dan mengecilkan mataku.

“ha? Emangnya anak orang kaya sekarang kenapa pak? Perasaan biasa aja deh” kataku sambil berjalan menuju ruang belajarku yang kemudian di ikuti oleh pak Warto.

“Ga juga Fris, jaman sekarang anak orang kaya maunya hanya langsung pake duit, nilai bagus, terima ijasah. Contohnya seperti murid bapak yang akan bapak ajar sehabis mengajarmu” pak Warto mengeluarkan biodata siswa yang ia maksud.

“Namanya Rendy, orangnya sih lumayan ganteng, tetapi setiap kali saya mengajar, ia tidak memperhatikan. Ia sudah membayar pihak pusat homeschooling dengan budged yang lumayan besar jadi dia hanya tinggal terima ijasah aja. Saya kesana hanya sekedar formalitas saja” jelas pak Warto panjang lebar.

“duh parah juga yah tuh anak mau jadi apa gedenya” aku mengeluhkan orang yang di ceritakan pak Warto kepadaku. Pak Warto hanya menghela nafas dan menggeleng gelengkan kepalanya.

“ya sudah ya sudah, ayo kita belajar…. nanti baru ngobrol lagi kalau ada waktu”

Akupun mengiyakan ajakan pak Warto. Aku mengeluarkan buku tulis yang aku bawa dan mulai belajar dengan pak Warto. Kali ini aku belajar Matematika dan Biologi. Huh aku selalu pusing dengan biologi. Hafalannya itu loh bikin malesss!! Tak terasa waktu cepat berlalu, pak Warto berpamitan pulang kepadaku. Seperti biasa, aku mengantarnya kedepan pintu rumahku. Dan seperti biasa juga ia selalu berpesan menasihatiku setiap kali ia ingin meninggalkanku. Aku menutup pintu rumahku, kemudian naik ke atas menuju kamarku. Aku melewati kamar kakakku. Tampaknya sepi. Aku melanjutkan langkahku menuju kamarku. Huh…aku terlalu lelah…aku tak berselera makan. Mungkin akibat ulah kakakku yang memberiku ‘sarapan’ pagi tadi sehingga tubuhku kini lemas sekali. Aku membaringkan tubuhku di atas tempat tidurku yang empuk dan menutup mataku. Aku melihat seorang gadis bergaun putih sedang berjalan di padang rumput yang hijau dengan membawa sekuntum bunga mawar putih. Aku mendekati gadis itu, tetapi aku tak bisa mendekat. Ada sesuatu yang menahanku. Bukan laki laki hitam itu, tetapi tangan tangan yang muncul dari tanah atau dari tembok putih di belakangku yang menahanku. Aku hanya bisa melihat dengan jelas rupa gadis itu, tampaknya ia sangat senang berjalan di padang rumput itu.

“Awas!!!” mataku terbelalak tak percaya karena ada 3 orang pria datang langsung menyergapnya dengan cepat. Andai saja suaraku terdengar olehnya.

Tampaknya ia ketakutan langsung berusaha menghindar dari sergapan 3 pria itu. Aku ingin menolongnya tetapi aku tak mampu bergerak. Aku hanya dapat melihat bagaimana ia di kepung oleh ketiga orang itu. Gadis itu mundur sampai pada sebuah pohon besar di belakangnya. Tak lama setelah gadis itu terperangkap ia didekap erat oleh orang berbadan tambun dan bermuka jelek. Kemudian orang ke dua yang kurus kering hingga tulang rusuknya kelihatan itu memegang kaki gadis itu agar tidak bisa bergerak. Kemudian orang yang satu lagi berbadan kekar sudah telanjang bulat dan aku seakan tak percaya, melihat penis orang yang berbadan kekar itu panjang sekali. Bahkan lebih panjang dari milik kakakku. Gadis itu meronta ronta ketika penis itu mulai tegang. Tetapi tangan dan kakinya masih di pegang oleh kedua orang tambun dan kurus tersebut. Gadis itu berteriak, meringis, meronta, mungkin saja mengumpat, tapi aku tak bisa mendengar teriakannya. Aku hanya bisa menyaksikannya dari jauh. Kini, kedua orang yang memeganginya mulai membuka baju mereka masing masing. Gaun putih yang di pakai gadis itu juga dilepas paksa hingga robek oleh pemuda berbadan kekar sehingga robekannya jatuh berserakan di atas rumput hijau. Tampaknya gadis itu menangis, aku bisa melihatnya meneteskan airmata ketika tangan orang yang berbadan tambun yang ada di belakangnya mulai bergerak meremas remas buah dadanya yang masih terlindungi oleh bra putih miliknya. Orang yang berbadan kekar menggeser tangan orang yang berbadan tambun itu. Dari gerak geriknya sepertinya itu bossnya, karena orang berbadan tambun itu tidak melawan ketika tangannya yang sedang asyik meremas buah dada gadis itu di tepis oleh orang yang berbadan kekar. Kemudian orang yang berbadan kurus dan berbadan tambun menyingkir dari gadis itu. Lalu orang yang berbadan kekar itu tampaknya mencengkram pundak gadis itu dengan tangan kanannya. Sepertinya kekuatan cengkramannya sangat kuat, karena aku melihat rauk wanjah gadis itu berubah seperti orang yang sedang menahan rasa sakit. Kemudian gadis itu terduduk di bawah pohon. Tepatnya, terduduk menghadap ke penis orang yang berbadan kekar itu. Orang berbadan kekar itu membuka mulut gadis itu dengan paksa. Sepertinya gadis itu sudah pasrah dengan apa yang ia alami. Mulutnya menggembung ketika penis besar milik orang kekar yang sedang ada di depannya. Matanya terlihat sayu dan mengeluarkan air mata.

Andai tubuhku tidak terperangkap seperti ini, aku pasti sudah menolongnya. Atau mungkin jika aku menolongnya, nasibku akan jatuh kedalam dua orang tambun dan kurus kering itu. Ahh aku tidak tahu harus berbuat apa, mungkin aku hanya bisa diam menonton kejadian itu. Orang berbadan kekar itu kini sedang asik menggerakkan kepala gadis itu maju mundur mengulum penisnya. Sementara kedua orang anak buahnya sedang asik menonton live show yang di suguhkan bossnya. Tiba tiba semua menjadi gelap. Aku membuka mataku. “Hufh ternyata hanya sebuah mimpi” aku menghela nafas panjang. Terdengar suara ketukan pintu kamarku, ternyata kakakku.

“Aduhhh aku malas sekali untuk melakukannya kembali” aku mengeluh dalam hati melihat kakakku sekarang sudah berdiri di depan tatapanku.

“kakak mau apa?” aku turun dari ranjang. Aku sudah tau mesti berbuat apa. Aku menghampiri kakakku dan berjongkok di depan selangkangannya. Kemudian aku mulai memegang tonjolan yang ada di balik celana kakakku.

“Ehh ehh siapa yang suruh kamu gitu… Fris…. Aku ga mau gituan dulu sama kamu” kakakku menahan tanganku yang bergerak gerak meraba di daerah vitalnya.

Hatiku lega sekali mendengar kata kata itu keluar dari mulut kakakku kemudian ia masuk ke kamarku dan duduk di atas tempat tidurku.

“oh… aku kirain kakak mau menyergapku kemudian merkosa aku” aku melipat tanganku dan berdiri mengucapkan kata kata itu dengan nada jutek sambil menengok ke arah lain.

“ga Fris, kakak lagi ga mau gituan dulu, kakak mau ngomong sama kamu” pandanganku langsung tertuju ke kakakku.

“Fris, kamu marah ya sama kakak? Maafin kakak ya… kakak udah khilaf sama kamu” Entah angin apa yang membuat kakakku ini sadar.

“Jadi setelah merkosa Friska, kakak minta maaf gitu aja? Gak gampang kak!! Kesucian Friska udah kakak ambil… terus gimana kalau nanti Friska hamil gara gara kakak?!” kemarahanku melunjak. Aku meluapkan semua emosiku yang sudah ku redam sejak kejadian kemarin.

“tapi kamu menikmatinya kan Fris? Tenang aja, setiap kakak dan kak Reno ingin menyetubuhimu, kakak udah minum pil yang kakak beli dari apotek. Pil itu gunanya untuk membuat sperma kakak tidak mengandung benih sama sekali”

Aku tenang mendengar penjelasan kakakku.

“iya sih enak..” aku menunduk malu serta mukaku memerah.

“tapi aku ga mau kalau kakak selalu memakai cara yang kasar terhadapku, nih liat! Gara gara kakak tanganku lecet kena apa aku juga ga tau” aku memperlihatkan sikutku yang lecet dan mulutku manyun sambil cemberut.

“iya iya…tapi ga tau lho sama si Renonya. Kakak dengar sih ya, dia kalau main sama cewe sukanya yang kasar… jadi kamu hati hati aja ya” aku bergidik ngeri membayangkan kak Reno yang super jelek itu menyodomiku semalam dengan senyuman liciknya yang palingku benci.

“haii…met siang” Nana masuk ke kamarku.

Aku sedikit terkejut karena Nana tampaknya ceria sekali hari ini. Aku juga takut Nana mendengar semua percakapanku degan kak Dedi.

“eh ada kak…emm” nana memegang kepalanya dan mengecilkan matanya seperti mengingat sesuatu.

“oh..yaa kak Dedi ya??” Nana menunjuk kakakku dengan senyuman karena ia telah ingat nama kakakku.

Kak Dedi tersenyum “yap, saya kakakknya Friska. Kamu Nana teman Friskakan?”

“iya kak hehehe” Nana menganggukkan kepalanya.

“ya udah de kakak ga mau ganggu kalian berdua, jadi kakak mau keluar dulu” kakakku beranjak dari tempat tidurku.

“Fris kamu jangan lupa nanti belajar sama Nana” kata kakakku sebelum menghilang di balik pintu kamarku.

“ugh sok baik banget sih ni orang” umpatku dalam hati.

“Jadikan Fris?” Nana menanyakan ajakannya tadi pagi.

“hmm? Jadi apa Na?” aku bingung

“ya ampun Fris, kan tadi pagi aku udah tulis surat” dengan nada bicara yang sedikit kecewa, Nana kemudian berjalan duduk di sebelahku.

“ohh..iya iya…ya udah aku mandi dulu ya” Aku segera menuju kamar mandiku. Tiba tiba Nana meraih lenganku.

“ikuttt” Nana menatapku dengan tatapan manja.

“aduh Nana sayangku, jangan yah nanti kita lama perginya” aku melepaskan tangan Nana kemudian mengambil baju dan handukku.

“Fris jangan lama lama ya” Nana kembali berpesan

“iya Na” aku langsung masuk ke kamar mandi.

Tak lama kemudian aku sudah keluar dari kamar mandi mengenakan baju putih terusan dan celana jeans biru tua yang aku beli saat liburan ke swiss beserta baju yang ku pakai.

“aduhh my beib cantik banget sih” Nana terpana melihatku.

Sementara Nana sudah berganti pakaian pada saat pulang sekolah. Ia juga tak kalah cantiknya. Ia memakai celana pendek model hotpants warna hitam sehingga kontras sekali dengan kulitnya yang putih. Serta memakai atasan tank top pink garis garis di padukan dengan sweeter merah yang ia pakai untuk menutupi pundaknya yang terbuka.

“Na, aku lagi ga pengen ke mall nih…kita ke hotel papaku aja yuk” aku mengajak Nana untuk menginap ke hotel ayahku yang letaknya 1 jam dari rumahku.

“boleh deh…yuk..” Nana menyetujui usulku.

“ajak Marta ga Na ??”

“ga usah deh beib..aku mau berdua aja sama kamu”

“ihhh kamu nakal yah…hehehe, ya udah de…” aku sedikit tersenyum.

Aku menelpon resepsionis hotel ayahku.

“Halo, hotel Sianpar selamat sore” suara perempuan dari seberang sana.

“Halo, selamat sore… saya Friska anak pak Hartono”

“oh nona Friska, ada yang bisa saya Bantu?”

“tolong siapkan 1 kamar VVIP untuk saya dan tamu saya karena 1 jam lagi saya akan sampai di hotel”

“baik, satu kamar VVIP akan segera kami siapkan untuk Nona Friska Alicia Hartono”

“Trimakasih, selamat sore” aku menuntup telfonku.

“aku tamu ya…bukannya pacar kamu?” Nana mengeluh manja.

“ihh apaan sih Na hehehe” aku menghampiri Nana dan duduk di sebelahnya.

“kita berangkat sekarang aja yuk….kita nginep kan beib?” Nana memegang tanganku.

Aku menganggukkan kepalaku disambut dengan senyuman Nana yang menambah kecantikannya. Singkat cerita, aku berangkat menggunakan mobil Nissan Skyline Sport dua pintu milikku yang diberikan ayah sebagai hadiah ulang tahunku yang ke 17 berikut dengan SIMku yang sudah lama aku idam idamkan akhirnya kesampaian juga. Pukul 16.30 aku sampai di lobby hotel kemudian aku meminta petugas valet parking untuk memarkirkan mobilku.

“Selamat siang Nona Friska” manager hotel yang bernama pak Rhido menyambutku ramah.

“Siang pak, kamar buat saya dan tamu saya sudah di siapkan?” aku menanyakan kamarku

“sudah, mari saya antar” pak Rhido mempersilahkan kami menuju kamar kami. Yang berada di lantai 9 gedung hotelku.

“ini adalah fasilitas nomor 1 yang ada di hotel kami, semoga Nona Friska dan tamu dapat menikmatinya” managerku mempersilahkan aku masuk ke kamar mewah, bahkan sangat mewah untuk ukuran hotel.

“wah Fris, mewah banget! Aduh aku jadi ga enak nih” Nana memelukku ketika managerku sudah keluar dari kamarku.

“ga apa apa kok Na, anggep aja kamar sendiri” aku membalas memeluknya dan kami berdua saling berpelukan mesra.

Kami berdua merapihkan barang bawaan kami kemudian menelpon ke loby untuk membawakan makan malam untuk kami berdua. Setelah makan kenyang, aku mulai ngobrol dengan Nana sampailah pada sebuah pertanyaan.

“Eh iya kamu belom certain gimana kamu di perkosa sama pembantumu” aku teringat dengan kata kata Nana kemarin lusa, waktu sebelum ia mencium bibirku.

Kemudian Nana mulai menceritakan apa yang sebetulnya terjadi sampai sampai ia kecapaian ketika datang ke rumah Friska.

sumber : www.meremmelek.net

No comments:

Post a Comment