Monday, June 18, 2012

Kehidupan Sang Pejabat

Sore itu seperti biasa nampak sebuah Mercedes Benz yang sedang parkir di sebuah hotel kumuh. Sopir mobil tersebut nampak sedang tertidur pulas diiringi dengan kesejukan AC mobil. Begitu pulasnya sampai tidak terasa air liurnya menetes dari celah mulutnya. Entah apa yang dimimpikan oleh si sopir, yang jelas ia sudah tidak memperdulikan apa yang sedang dilakukan sang majikan. Sudah merupakan suatu kebiasaan baginya kalau majikannya yang pejabat itu selalu datang ke hotel kumuh ini seminggu dua kali. Maklum saja sebagai seorang pejabat negara yang sering disebut-sebut sebagai wakil rakyat, ia sering mengalami stress berkepanjangan. Tentunya seperti pejabat-pejabat lainnya pula, majikannya itu bukan stress memikirkan nasib rakyat tapi stress memikirkan anggaran rumah tangganya sendiri. Istri majikannya yang hanya berfoya-foya dengan pendapatan sebagai pejabat negara yang kurang menyebabkan majikannya harus memutar otak menyedot uang rakyat. Dan sepertinya hari ini juga bosnya juga sedang stress. Begitu keluar dari Mercedes Benz nya, si Bos melangkah masuk ke resepsionis sambil mengelap keringat yang mengalir di dahinya dengan sapu tangan renda-rendanya. Dan seperti biasa pula bosnya baru akan keluar lagi menjelang dini hari

Dengan tergesa-gesa sang Pejabat melangkah mencari kamar yang ditunjuk oleh resepsionis. Tentunya sebagai seorang pejabat yang punya banyak uang rakyat, tidak segan-segan ia memilih kamar terbaik meskipun di hotel gurem. Sejenak sang Pejabat berhenti melangkah dan membetulkan kacamatanya. Yah... ini kamar 105 yang hendak ditujunya. Tanpa menunggu lagi, segera sang pejabat membuka pintu kamar tersebut dengan anak kunci di tangannya. Sejenak sang Pejabat membiasakan diri dengan kamar yang masih gelap gulita. Tangannya meraba-raba mencari saklar lampu untuk segera dinyalakan. Walaupun sudah dinyalakan, lampu di kamar tersebut belum cukup menerangi. Meskipun tidak terbiasa pada awalnya, mau tidak mau sang Pejabat harus puas. Tentunya dibandingkan dengan hotel yang biasa ia tempati dengan uang negara, hotel gurem ini sangat buruk, namun setidaknya hotel gurem ini menjanjikan privatisasi kerahasiaannya. Kan malu donk, kalau ketahuan sebagai pejabat kok suka main dengan WTS.

Sambil menunggu kedatangan ‘panggilannya’, sang Pejabat mencoba melepas lelah dengan merebahkan diri di atas kasur kapuk. Dan seperti biasa, tak lupa ia juga melepas kacamatanya agar tidak mengganggu aksinya nanti. Belum beberapa menit sang pejabat merebahkan diri tiba-tiba terdengar ketukan pintu. Bukannya membuka pintu, eh sang Pejabat malah segera membuka pakaiannya hingga bugil. Setelah telanjang, dengan santainya dan tanpa malu, sang pejabat membukakan pintu. Dan seperti yang ia duga, yang mengetuk itu adalah wanita pesanannya. Mahasiswi semester satu, cantik, cukup tinggi jika dibandingkan dengan dirinya, dan merupakan barang baru. Tanpa babibu lagi, sang Pejabat itu menarik tangan gadis itu dan menghempaskannya ke ranjang kapuk. Dan sekali lagi tanpa babibu, sang Pejabat dengan perut buncitnya menindih mahasiswi tersebut. Dengan nafas memburu, segera sang Pejabat mulai menciumi leher mahasiswi itu. Gita, nama mahasiswi itu, sempat syok akibat semua yang serba babibu. Apalagi ia bisa dikatakan masih hijau di bidang prostitusi, tentunya membuat dirinya menjadi sangat kaku dan tegang. Dan ketegangannya semakin bertambah ketika tangan sang Pejabat mulai menurunkan celana dalam krem yang ia kenakan. Entah apa yang dipikirkan oleh sang Pejabat, namun segera saja ia menghentikan aksinya. Sebaliknya ia malah asyik dengan celana dalam krem Gita. Ia mulai mengendus-endus seperti anjing pelacak. Dan setelah itu ia mulai menjilati pangkal celdam krem itu layaknya seekor kucing yang sedang meminum susu.... Dan yang paling mengejutkan Gita adalah nampaknya sang Pejabat langsung ereksi oleh celana dalamnya saja. Setelah puas bermain-main dengan celdam krem Gita, sang Pejabat mengenakan celana dalam itu di kepalanya. Edan... benar-benar maniak.

Kini setelah kepala penis sang bandot Pejabat itu sudah mulai membasah, bak babi ngepet segera saja ia serudukkan penisnya ke arah vagina Gita yang masih kering. Bisa dibayangkan betapa perih dan sakit yang dirasakan oleh Gita di kewanitaannya itu namun toh sang Pejabat Bandot itu bukannya menghentikan ketika Gita menjerit kesakitan, bahkan ia semakin bersemangat menggenjotkan penisnya. Beginikah tingkah laku pejabat ketika mendengar jerit tangis rakyat?? Setelah beberapa menit menjerit kesakitan, tiba-tiba Gita teringat suatu hal yang amat-amat penting. Sang Pejabat Bandot belum pakai kondom!!! Segera saja Gita memutar pinggulnya yang hampir menyebabkan penis sang Pejabat terpelintir.
“Pak.... tolong pakai kondomnya,” bujuk Gita dengan sopan
Lama sang Bandot itu diam.
“Yah udah, kalau Bapak tidak mau pakai kondom, saya oral aja yah Pak,”
mendengar itu sang Bandot langsung uring-uringan.
“Hei, Perek, gw tuh beli lu bareng ama memek lu tau!! Lu berani banget cuma mau pakai mulut aja!” dengan ringan tangannya menampar Gita dengan keras.
Inilah wajah asli sang Pejabat yang sering muncul dengan senyuman di depan kamera. Maniak, kejam, brutal, dan bersuka di atas penderitaan orang lain. Meskipun demikian, Gita tidak terlalu ambil pusing, ia segera mengambil kuda-kuda untuk pergi begitu saja. Melihat gelagat tersebut akhirnya si Pejabat tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Ia sudah keburu nafsu sehingga mau tidak mau akhirnya ia menuruti permintaan Gita. Dipakainya kondom yang disediakan hotel dengan terpaksa.

Kali ini dengan semangat 45 serta diiringi dengan semangat serangan umum sebelas maret untuk melampiaskan kekesalannya, sang Pejabat memompakan penisnya di vagina Gita. Bak beauty and the beast, kedua insan dari zaman yang berbeda sedang bersetubuh. “Plok..plok...plok..,” terdengar bunyi paha yang beradu. Dengan perut buncit yang mengganjal, suara tersebut semakin keras terdengar. Setelah beberapa menit ‘bertemput’ akhirnya sang Pejabat Bejad merasa dirinya akan mencapai klimaks. Entah bagaimana caranya, tanpa terasa oleh Gita, sang Pejabat Bejat melepaskan kondom yang dipakainya dan menyemprotkan peju-nya ke rahim Gita!! Merasakan tiba-tiba adanya cairan yang masuk ke rahimnya, kontan saja Gita melompat kaget. Gila! Kejam sekali.... mentang-mentang udah bayar terus mau merusak sekalian tuh cewe!! Benar-benar tidak berkeprimanusiaan, bayangkan apa jadinya jika mahasiswi itu hamil karena pejabat sialan itu!!! Tapi si pejabat sialan tidak mau peduli, baginya yang penting enak. Tanpa mempedulikan Gita yang sedang kelabakan mencari spermasida (pembunuh sperma agar tidak hamil), si Pejabat Bejad tersebut berpakaian kembali dan meninggalkan hotel. 

sumber : www.meremmelek.net

No comments:

Post a Comment