Tuesday, June 19, 2012

♥ ♥ Memoirs of Geisha ♥ ♥ Chapter 1 : High School Sluts



MEMOIRS = Memori / Kenangan / Ingatan

GEISHA = Pelacur Jepang

PRESENT DAY,

SATURDAY,

AT SCHOOL,

Di sebuah ruangan yang sunyi…

Di kala sekolah sudah sepi….

Di mana pintu gerbang telah terkunci…

Fantasy mereka terbang melayang,

Nafas mereka mendengus terangsang,

Suara mereka mengerang–erang,

Mereka,

Dua manusia yang berlainan jenis,

Berlainan warna kulit,

Berlainan strata,

Satu keturunan Adam dan satu keturunan Hawa,

Terpaut jauh usia diantaranya,

Keturunan Hawa itu berlutut di depannya,

Tunduk patuh dan takut terhadapnya,

Dia bernama Diny Yusvita, siswi kelas 2 SMU. Gadis remaja yang sangat aktif di sekolahnya dengan segudang Ekskul seperti kegiatan OSIS, Paskibraka dan juga Cheerleader. Salah satu dari sekian gadis yang diincar oleh para lelaki, dari yang baik–baik sampai hidung belang, dari yang berduit maupun yang tidak bermodal, dari kalangan guru hingga siswa, sampai orang-orang di sekitar lingkungan hidupnya. Diny memiliki darah Jepang, pada masa penjajahan Jepang…Ibunya yang juga cantik dan berkulit putih dijadikan gundik oleh militer Jepang, jadilah Diny anak tanpa kasih sayang seorang Ayah, seorang gadis tanpa naungan dan bimbingan seorang Ayah…itulah yang membuatnya tegar dan berprestasi di sekolahnya. Diny seorang remaja berkulit putih, rambut lurus hitam di atas bahu sedikit dan tinggi 163. Lelah, pegal, sakit, dan terhina sedang di deritanya saat ini…

“Mmmpph…..mmmph”gumam Diny.

Mulutnya tersumpal penuh dengan penis dan dipaksa oral sex oleh seorang Bapak-bapak tua, kedua tangannya yang bersarung tangan putih terangkat ke atas dan tersilang pada pergelangan tangan, Bapak tua berperawakan bengis itu mencengkram kencang kedua tangan Diny dengan tangan kirinya, sementara tangan kanan si Bapak menjambak rambut belakang Diny. Bapak tua itu berumur antara 40–50an, giginya hitam agak jarang, rambutnya ikal sedikit beruban, perut buncit namun badannya tidak kurus dan berperawakan keras. Topi paskibraka Diny (seperti peci) dengan bros bendera merah putihnya miring–miring hampir terjatuh akibat guncangan di kepalanya, begitu nafsunya Bapak tua buruk rupa itu. Topi paskibraka..? sarung tangan putih ?? Yap, Diny disekolah adalah salah satu paskibraka pilihan. Jika ada upacara hari peringatan, maka sudah dipastikan bahwa dia salah satu paskibraka pengibar benderanya, entah para Guru pembimbing memilih Diny karena wajahnya yang Indo-Japan itu atau gerakan baris berbarisnya yang baik dan benar.

Bertubi-tubi hidung mancung dan jidatnya menghantam perut hitam Bapak tua itu yang sedikit buncit, berulang kali bibir tipis terhias Lip-Gloss merah muda Diny “memoles” batang penisnya yang tegak mengacung…menggesek, meliuri, menghisap, membasahi, menjilati batang hitam keras berurat itu agar si “Empu”-nya cepat selesai. Karena tidak dibantu dengan kocokan tangan, maka sudah barang tentu bahwa si gadis berwajah cantik itu harus kerja extra keras, siswi pelajar itu hanya bisa menjepit kencang penis Bapak tua itu yang tegak mengacung dengan bibir tipis seksinya, sesekali dia menjilati kepala penisnya yang seperti helm tentara itu, dan menjalar ke pinggiran penisnya sampai pangkal, menyapu urat–urat penisnya yang berdenyut menonjol yang menandakan bahwa Bapak tua itu sangat menikmati perlakuan Diny padanya.

“Oahhmmm…enyak enyak…terus nenggh..”suruhnya.

Lidah Diny menelusuri batang keras milik si Bapak dengan diselingi gelitikan nakal dari pangkal penis hingga ujung kepala penisnya, saat di ujung kepala penisnya Diny menowel kepala penis Bapak tua itu seperti keadaan orang lapar saat menjilat habis piring dengan jilatan terakhir, kemudian meludahi penisnya..lalu diakhiri dengan melahap kapala penis Bapak tua itu dan menghisapnya kuat–kuat.

“Sruuupph…”

“Uwoookh…” lenguh Bapak itu keras, hingga memenuhi ruangan kelas dan menggema, kepalanya mendongak keatas, penisnya mengacung tinggi, tubuhnya bergetar nikmat, lalu mereka kembali bertatapan, mata bertemu mata.

Mata Diny yang sayu seksi bertatapan dengan mata Bapak tua itu yang melotot tajam, nafasnya kembang kempis penuh nafsu…puas sekali keadaan Bapak tua itu tampaknya dengan service oral sex yang diberikan Diny, bagaimana tidak, disepong oleh remaja SMU secantik Diny, bibir tipis nan seksi serta permainan oral sex-nya. Tiba-tiba si Bapak menjambak rambut Diny dengan kasar, kemudian memaju mundurkan kepalanya, Diny yang saat itu tidak berdaya hanya bisa membiarkan “penjahat kelamin” yang sudah berumur itu berlaku semaunya, dia mengayun tubuhnya maju mundur seolah–olah menyetubuhi Diny, semakin lama semakin kasar.

Diny merasa bahwa tuannya itu sudah mendekati klimaks seksnya, penis Bapak tua itu sudah amat sangat tegang di mulutnya, dia memakai bibir Diny untuk oral sex dengan brutal, badannya maju mundur, penisnya menyetubuhi bibir Diny seolah–olah bibir tipis nan mungil itu vagina pelacur, vagina yang bisa dipakai seenaknya hingga robek-robek dan hancur. Mulut monyong Bapak tua itu menceracau jorok tidak jelas, saat itu juga Diny sedang berjuang menahan muntah karena bau penis dan sodokannya yang terlalu dalam hingga masuk ke kerongkongan mulut Diny, dia batuk tersedak berkali–kali namun sama sekali tidak dipedulikan oleh Bapak tua itu. Hidung mancung Diny berbenturan dengan bagian bawah perutnya yang dipenuhi bulu jembutnya yang lebat dan bau, gerakan si Bapak semakin lama semakin cepat, dan tidak berapa lama,

“Aaaaghh…Lonte lu !!”erangnya.

Bapak tua melepas jambakan pada rambut Diny lalu mengocok–ngocok penisnya didepan wajahnya sambil mendengus berat dan menatap wajah Diny penuh nafsu, si cantik itu menatapnya balik seperti budak yang menghamba pada tuannya, berharap Bapak tua itu akan mengampuni dan melepaskannya. Tapi yang terjadi malah Bapak tua itu mengejan menahan nafas seakan–akan ada sesuatu yang tertahan dan ingin ia lepaskan sekarang seluruhnya membuang sampai habis tak tersisa, ibarat sebuah bendungan yang jebol tak mampu menahan lagi laju air.

“Crooottt !!”

Blaaarrr…!! semprotan pertama sperma si Bapak yang kena telak hidung Diny.

“Croott…jruot…croott…crott !!”

Bapak tua itu mendapat ejakulasinya, penis hitamnya sukses menyirami wajah Diny yang cantik dengan spermanya yang putih, kental, banyak dan baunya yang sangat menyengat,

Diny hanya bisa menerima Cumshot Bapak itu sambil membuka mulutnya, hingga yang mendarat di lidahnya pun terpaksa langsung ditelan agar tidak terasa mual. Secara naluri dia mencoba menghindar, tetapi saat Diny mencoba memalingkan wajah ke kiri…Bapak tua itu mengarahkan penisnya ke kiri pula mengikuti wajah Diny dan menyemprotnya, saat Diny mencoba menggeleng ke kanan pun sama hasilnya. Bapak tua itu dengan geram dan bangga menyemproti wajah cantik Diny dengan spermanya hingga belepotan tak karuan.

Semprotan spermanya kencang sekali, berkali–kali muncrat dan menyirami sekujur wajah Diny…hidung, bibir, pipi, jidat sampai–sampai,

(Shiiiiiiiiitt……!!) gumam Diny dalam hati.

Mata kanan jelitanya yang terhias eye shadow birunya terciprat sperma, topi paskibraka hingga syal merah putih (bendera Indonesia) yang diikat di leher putih mulus Diny pun juga terkena cipratannya. Bapak tua itu menghembuskan nafas seakan–akan lega karena semua hajat yang ingin dituntaskannya kesampaian. Jari tangannya memijit batang penisnya dari pangkal hingga ujung untuk mengeluarkan tetes mani terakhir, lalu dikepretkannya ke wajah cantik Diny sambil tersenyum melecehkan. Penis Bapak tua itu sangat banyak mengeluarkan spermanya, walaupun Bapak itu mulai menginjak setengah abad, Diny juga tidak tahu kenapa dia merasa bahwa penis orang–orang lama (tua) lebih berbobot daripada anak-anak sekarang…juga daya tahan sex-nya, mungkin bisa kita tarik kesimpulan bahwa kesempatan untuk mencicipi anak gadis jaman sekarang dengan penampilan anggun dan seksi menggoda sangatlah langka untuk orang sepertinya, harus mempunyai uang atau kekuasaan, tentu pada jaman mereka belum ada gadis blasteran atau campuran, kulitnya pun hitam legam sepertinya.

“Neng tambah cakep kalo belepotan peju gini hak..hak..hak”hinanya.

Bapak tua itu menampar–namparkan penisnya ke pipi Diny, memutar-memutar sambil mengocok-ngocoknya lagi, lalu ditempelkan ke wajah gadis cantik itu dan bergerak naik turun menggeseknya… seakan–akan Bapak itu sedang “memakai” wajah Diny.

(Ooooohh….tidak..!!)keluh Diny dalam hati.

Bagaimana tidak?? Penis itu kembali ereksi di wajahnya. Diny langsung lemas dengan wajah cantik memelas mengetahui itu, karena sudah barang tentu si Bapak tua menagih ejakulasi berikutnya…dia menyeringai mesum melihat wajah Diny yang seolah memohon ampun padanya, Bapak tua itu langsung tertawa terbahak–bahak menyebalkan sambil berkacak pinggang menang.

Beruntung sekali Bapak tua itu, sudah galak, berwajah seram, jelek, menyebalkan pula.

Siapa dia? Siapa Bapak tua itu? Siapa bapak tua yang beruntung itu? Dia adalah Pak Suparno. Panggilannya Pak Parno (mungkin sang Ibu menamainya melihat dari wajahnya yang berbakat dengan segala hal yang berbau porno). Bapak tua itu bekerja sebagai seorang administrasi sekolah atau TU yang menangani masalah penerimaan uang pembayaran iuran bulanan sekolah, dia bertanggung jawab langsung ke Wakasek dan Kepsek, lalu dari Wakasek dan Kepsek ke Pemilik Owner. Tiap–tiap SMP, SMU dan SMEA ada Kepsek dan Wakasek masing–masing, jadi mereka bertanggung jawab langsung ke Owner. Sekolah Diny menjadi satu dari SMP, SMU dan SMEA…sekolah tersebut memang luas…salah satu sekolah swasta di Jakarta. Untuk pembayaran uang sekolah SMU dan SMEA dijadikan satu tempat agar lebih mudah disamping SMEA-nya hanya beberapa kelas tidak banyak, pembayarannya ke Bandot tua Suparno yang pikirannya porno ini, namun untuk pembayaran iuran sekolah SMPnya terpisah, karena bangunannya juga terpisah tapi pintu gerbang sekolah hanya satu, jadi dari anak SMP, SMU dan SMEA masuk melalui pintu yang sama dan bel sekolah yang sama, untuk bagian SMP, petugasnya TU-nya bernama Pak Sami’un.

“Berdiri neng…!”suruhnya.

Dinypun bangun sementara bapak tua itu malah berjongkok berhadap–hadapan dengan bagian bawah perutnya.

(Ooooohhh…tidakk..!!) keluh Diny tahu apa yang diinginkan bapak tua itu dan apa yang akan dilakukannya.

“Ayo ca’em….angkat celana koe…. Bapak mau lihat pemandangan terindah di dunia hak hak hak…!!”perintahnya sambil mengejek.

Karena Diny tidak bisa berbuat apa–apa, dia terpaksa melakukan apa yang diperintahkan-nya, dia menggerakkan kedua tangannya yang mengenakan sarung tangan putih khas paskibraka itu, mendekati rok SMU putihnya dan mengangkatnya.

“Tinggian lagi doong….gimana sih koe !!”protesnya dengan mata melotot karena Diny mengangkat roknya terlalu pendek.

Maka dengan ketakutan dan berat hati, Diny terpaksa mengangkat rok putih SMU-nya sampai di atas pinggang.

“Hihuuuy…nah gitu dong, baru lonte Bapak…”katanya norak.

“Kok pake malu–malu pisan…wong, dari kemaren memek koe udah ta’ peke’ juga hak hak hak” hinanya.

“Wuah…wuah…wah….edyaan…putih mulus rek !”pujinya sambil menggerayangi paha putih mulus Diny.

Pak Suparno menggerayangi paha Diny cukup lama karena senang akan halus dan putih mulusnya, seolah–olah anak kecil yang baru mendapatkan mainan baru yang dibelikan Ayah-nya sepulang kerja. Pak Parno menggerayangi paha putih mulus itu senti demi senti, jengkal demi jengkal, inchi demi inchi…tidak ada yang terlewati, mengelus–elus, meraba sekujur pahanya berulang–ulang. Pokoknya habis–habisan paha Diny di gerayangi oleh Bapak tua mesum itu, untung saja tidak lecet akibat ulah tangan kasar itu terus terusan menelusuri paha putih mulus yang sempurna itu. Pak Suparno lalu mengendus–endus paha mulus itu, kemudian menjilatnya.



“Wuuuiiy…!! udah wangi manis lagi, kaya orangnya hak hak hak merdeka!!”ledeknya.

Bapak tua itu mulai bergerilya meraba–raba paha belakang Diny sambil menjilati paha putih mulus bagian depannya, mau tidak mau dan lama–lama Dinypun terangsang juga.

Jilatannya dari ujung paha hingga pangkal paha, dengan nafas mendengus penuh nafsu dia menyuruh Diny berbalik…dan menjilati paha kiri belakangnya dari ujung hingga pangkal body sexynya.

“Plaaakk……plak…plak…plak….plakk !!”

Disaat yang bersamaan,

“Aaaakhh…aaakh…ampun Tuan…aaaakkh !!”.

“Nakal…..nakal….cewe nakal koe yah…heh…dasar lonte!”



Dengan sintingnya Pak Suparno menampar keras pantat sekal Diny yang terpampang menantang persis di depan wajahnya itu sambil melecehkannya, seakan–akan pelanggan hidung belang yang memberi pelajaran pada pelacurnya. Lalu dia meneruskan menjilati paha belakang sebelah kanan Diny dari ujung sampai pangkal, dan berakhir di bongkahan pantat montoknya, karena kemarin Diny sehabis digarap pertama kali oleh Pak Suparno, diperintahkan untuk memakai celana dalam hitam super tipis, yang hanya bisa menyembunyikan vagina serta belahan pantatnya, maka dengan leluasa Pak Suparno bisa menjilati, menciumi, mengemut serta menggigit-gigit kecil gemas bongkahan pantat Diny yang sekal, harun dan putih mulus itu.

“Cuuuph…cuuph…cuph..cuph !!”

Pak Suparno tampak gemas sekali karena berkali–kali meremasnya dan merasakan kehalusan serta kesekalan bongkahan pantat Diny dengan lidahnya yang menyapu bagian sensitive Diny itu…salah satu kelemahan dan tempat terangsang wanita, dia menowel–nowel gemas bongkahan pantat montok Diny dengan lidah kasarnya..meremas sambil mencucupnya dan sesekali menampar pantatnya dengan keras dan gemas, tentu saja Diny mengaduh setiap kali Pak Suparno melayangkan tangan kasarnya menampar keras pantat sekal itu.

Plaaak…plaak…plak…plaaak !!

“Aaakh…aaaw…aduh…sakit Tuan aaaw….ampun..!!” jerit Diny.

“Bikin gemes orang tua…bikin nafsu orang tua….rasain koe…hiih”gemasnya sambil menggampar kasar pantat putih sekal Diny.

Diny hanya bisa mengencangkan tangan kiri dan kanan meremas rok putih SMU-nya yang sedang ditariknya keatas sejajar perut ratanya, menyenderkan kepala dan badannya pada Whiteboard (papan tulis), menahan sakit di pantatnya dan gejolak nafsu yang dari tadi sudah terombang–ambing…yaph, perasaan Diny tentu terombang–ambing, karena dia merasakan sakit saat Pak Suparno menampari pantatnya dengan sinting, namun dia suka saat Pak Suparno menjilat serta meremas pantatnya yang membuat dirinya seakan–akan seksi.



Peluhpun bercucuran hingga membasahi baju seragam SMU-nya hingga aroma wangi dari parfumnya menebar dan menambah rangsangan terhadap pemerkosanya.

“Anak gadis sekarang punya puaantat gede-gede banget…putih sekel…mulus…suka dipamerin…pake celana ketat-ketat”komentarnya sambil meremas dengan gemas.

Kemudian Pak Suparno kembali memutar badan Diny..dan bertanya,

“Neng Diny…apa perintah Bapak, sudah koe laksanakan ?”selidik-nya

“Su..su..sudah Tuan” jawab Diny.

“Yang beneer…bo’ong dosa lo neng” katanya sok mengenal dosa.

“Be..be..betul Tuan” jawab Diny lagi.

“Kalo gitu…Bapak boleh liat donk ?”celetuknya.

(Sialan, kalaupun gua larang elo juga pasti maksa liat)gerutu Diny dalam hati.

“Bo..bo..boleh tuan…silahkan”katanya diiringi senyum ayunya.

Pak Suparno seperti tak tahan melihat wajah manis itu tersenyum.

Dia tiba–tiba menangkup pantat Diny dengan kedua tangannya dan,

“Hhemmm…………..”

“Uuaaaahh……………”Desah Diny.

Si Tua gila itu menempelkan hidungnya ke vagina harum Diny yang masih tertutup celana dalam hitam tipisnya, dan menghirup dalam–dalam sambil menatap wajah cantik Diny.

Secara reflex Diny menjenggut rambutnya yang sudah mulai memutih itu tetapi otomatis melepas pegangan pada roknya, sehingga rok itu menutupi wajah Pak Suparno.

“Heh……lonte ! Siapa suruh koe lepas hah ?”bentaknya, Diny pun langsung ketakutan.

“Pegang….ngerti kagak !” katanya memegang rok Diny.

“Ma..maaf Pak, sa..saya kaget”

“Maap..maap, jadi ganggu tauk…gua gak peduli…pokoknya gua mau ngirup bau memek koe.. lonte !! memek koe yang wangi…memek koe…memek koe.. ngarti…?!” omel Pak Suparno sinting.

“Nge..ngerti Pak, maaf!”

“Ngarti..ngarti…panggil Bapak lagi ! panggil Tuan lonte !!”

“Nge..ngerti Tuan”

Suparno sinting itu keras sekali memarahi Diny waktu itu, sehingga air mata beningnya pun tak terbendung lagi dan mengalir membasahi pipi yang mulus hingga menetes ke lantai. Si Tua bangka itu memang terkenal sangat galak, jelek dan jutek pula tampangnya. Pak Kepala Sekolah memang sengaja memasang Pak Suparno sebagai anjing galak di TU, untuk mengantisipasi siswa/i menunggak bayaran…karena tentu pendapatan sekolah dan gaji karyawan berasal dari sana.

“Eh..eh..eh…pake nangis segala lagi, dasar lonte munafik…entar juga koe ke-enakan hak hak hak”lecehnya.

“Udah jangan pura-pura…ayo angkat lagi celana koe !”sambungnya.

Diny mengangkat kembali rok putih-nya di atas pinggang, dan Pak Suparno langsung to the point kembali menghirup aroma wangi Vagina Diny yang selalu dirawat apik dengan sabun pembersih khusus wanita itu. Pak Suparno menghirupnya dengan senyum kemenangan sambil menatap wajah cantik Diny, kedua tangannya menangkup bongkahan pantat putihnya dan meremas gemas.

“Hhmmm….hhhmm…..wangi tenaaan…hhhmm.” komentarnya.

Sesekali dia meraba–raba paha belakang putih mulus Diny sambil terus menyedot–nyedot celana dalam hitam tipis yang menyembunyikan mahkota Diny .

“Leeep….leeph..leph..leph”

Bapak tua itu menjilat-jilati Vagina Diny yang masih tertutup celana dalam hitamnya itu, jilatannya berkali–kali dan sengaja diperlambat sambil menatap tajam Diny…dia tampak menikmati penderitaan Diny, karena dia tahu tadi Diny menangis tapi sekarang dia terlihat terangsang, sebuah pro dan kontra yang berkecamuk di dasar hatinya..suka dan benci menjadi satu, menjadikan dirinya seorang munafik. Mula–mula jilatan Pak Suparno tipis menowel vaginanya, lalu lama–lama jilatannya dalam..menyodok–nyodok vagina Diny yang tertutup celana dalam hitamnya itu.

“Sial….tua bangka ini menang, aku terangsang hebat” keluh Diny dalam hati.

Ia merasakan vaginanya mulai lembab akibat mengeluarkan lendir / Nectar.



Celana dalam Diny mulai lepek pada bagian depan akibat kombinasi lendir vaginanya dan air liur Pak Suparno, dengan pengalaman dan jam terbangnya, dia pasti mengetahui hal itu…entah, sudah berapa gadis menjadi korbannya…walaupun itu atas kemauan dan kebodohan mereka sendiri, sudah berapa gadis dia jilati vaginanya untuk menutup rahasia surat teguran tunggakan bayaran sekolah, sudah berapa vagina siswi dia senggamai untuk pengganti iuran bulanan sekolah. Pak Suparno melepas sejenak tanggkupan tanggannya pada bongkahan pantat sekal Diny. Dia memegang pinggiran calana dalam pada bagian depan dengan jari-nya dan menekan ke arah vagina Diny, sehingga terlihat ceplakan bentuk Mrs. V itu di celana dalamnya. Dan Hap…..dia kembali menangkap bibir vagina Diny dengan mulut doer-nya, kembali menguasai…daerah Vital itu.

“Nah neng, kalo gitu Bapak cek sekarang ya…jadi ketunda tadi eheheh”cengirnya.

“I..i..iya Tuan silahkan” kata Diny takut.

Pak Suparno memegang tali celana dalam di kiri dan kanannya,

Dengan gemasnya…dia langsung menarik kasar turun CD hitam seksi itu hingga lutut,

“Whuuua……ini baru namanya memek hak..hak..hak” ejeknya saat melihat vagina Diny yang sudah dicukur bersih atas perintah mesumnya.

“Bagus–bagus…jadi koe udah cukur jembut toh…kalo begini pan Bapak jadi makin demen jilatinnya”komentarnya lagi.

Petugas TU berumur itu membuka kedua pasang bibir vagina Diny dan memandangnya dengan nanar penuh nafsu.

“Ja…jangan dilihat Tuan…”kata Diny malu.

Pipinya merona merah anggun sambil secara refleks menggerakkan tangan menutupi vaginanya agar tidak dilihat lagi oleh Pak Suparno, sebuah tindakan malu-malu kucing yang tidak pada tempatnya, karena Pak Suparno malah cengengesan dan semakin nafsu saja ingin memperkosa Diny habis-habisan.

“Kenopo neng ayu…Hhmmm…kok pake malu-malu pisan…pan memek koe udah ta’ liat kemaren…Hhmmm…udah ta’ entot ampe jebol…Hhmmm…??”kata Suparno tersenyum mesum, gemas dengan malu-malu kucing Diny.



“Aaaaaahhh…….”desah Diny horny.

Karena setelah berbicara tadi, tanpa membuang waktu sedetikpun dia langsung melahap vagina Diny penuh nafsu, Pak Parno melumat vagina Diny seperti pengemis yang sudah tidak makan beberapa hari. Dia melepas emutannya sebentar untuk berkomentar,

“Weleh-weleh…memeknya manis loh kaya orangnya hak hak hak *itadakimas”ujarnya. *(selamat makan bahasa jepang).

Setelah mengucap itadakimas, Bapak tua itu langsung kembali menyedot vagina Diny.

Mengemut–emut vagina Diny penuh nafsu sambil memandang wajah anggunnya, Pak Suparno amat sangat rakus melahap vagina Diny saat itu, bibir vagina itu dikunyahnya seperti orang memakan daging ayam dengan maruknya. Hidung besarnya sesekali ditempelkan ke vaginanya, kepalanya bergerak ke kri dan ke kanan, mengacak-acak vagina Diny sambil menghirup aromanya dalam–dalam, Diny merasakan dengus nafas Pak Suparno yang sudah amat sangat nafsu itu …Pak Suparno menggeram–geram seperti kerbau jantan yang sangat liar..dan selama semua prosesi jil-mek (jilat memek) itu…Diny hanya bisa mendesah-desah keenakan dan menggeleng–gelengkan kepala ke kiri dan ke kanan, mencoba membuang muka karena tidak ingin Pak Suparno melihat rona pipinya akibat malu diperlakukan seperti itu sekaligus terangsang. Mulutnya megap–megap, dengan lidah terjulur mengambang…menandakan bahwa Diny horny dan sudah takluk saat itu. Pak Suparno menyengir mesum melihat itu, Diny malu sekali….tapi dalam keadaan horny pula. Suatu kontradiksi dalam dirinya yang tak dapat dia pungkiri…bahwa tubuhnya menyerah. Saat itu, Diny menyerahkan tubuhnya pada orang tua itu. Ia juga tidak tahu kenapa dia merasa seksi saat itu Pak Suparno menatap nafsu vaginanya. Walaupun ada sedikit perasaan tak setuju, ia merasa pantas dinodai Pak Suparno atas kesalahannya. Dia menikmati saat Bapak tua itu menghinanya, ia horny saat dia di rendahkan olehnya. Dia menerima Bapak berperawakan bengis itu menggagap dirinya pelacur, ia terangsang ketika Bapak tua itu mencemoohkan dirinya. Dia bimbang saat itu..goyah namun takluk jua olehnya. Walaupun dia tahu bukan Cinta yang Bapak tua itu berikan padanya, melainkan nafsu sepenuhnya. Diny sepertinya ikhlas…seakan–akan patuh, tidak bisa berontak dan tidak akan pernah bisa melawan. Berontak pun hanya untuk menaikkan harga diri yang sebenarnya sudah jatuh itu. Ia tidak tahu kenapa dia merasakan perasaan gila ini, tetapi itulah yang terjadi.



Kepala Pak Suparno mendekati arah selangkangan Diny diiringi tatapan kemenangan.

Sambil menjulurkan lidahnya, wajah buruk seolah–olah (Hayo…gua jilatin memek lo…lo ga bisa ngelarang gua kan) begitulah kira–kira arti tatapannya. Kedua jempol tangannya ditempelkan di bibir vagina Diny, melebarkan dan membuka liang kenikmatan itu, dia mengendus–endus wangi pintu surga itu. Lidahnya menjilati daging vagina Diny yang sudah banjir itu, menelusuri…menyeruak masuk bagian dalam dan menyentil–nyentil klitorisnya. Pak Suparno seperti mengambil ancang–ancang saat ingin menusukkan lidahnya ke liang vagina Diny. Petugas TU itu menarik kepalanya menjauh dengan lidah terjulur ke depan sambil menatap Diny, lalu menukik ke depan ke arah vaginanya yang dibentangkan oleh kedua jari jempol orang tua itu. Erangan gadis anggun itu pun semakin menjadi–jadi saat lidahnya mencolok bagian terdalam yang sangat sensitif itu. Kepala Bapak tua pengurus TU itu maju mundur seolah bersetubuh, saat lidahnya menusuk ke bagian terdalam dari vagina Diny, lidah Pak Suparno sengaja menggelitik daging di dalamnya, sebuah tehnik jilat memek yang tinggi, tentu pengalamannya sangat luas dalam hal memanfaatkan “aib” para siswi sehingga bisa mendapatkan akses baik itu lidah, mulut maupun penis ke vagina mereka, dan pada akhirnya patuh menjadi budak seksnya, jilatan sekaligus tusukan lidah kasarnya membuat liang vagina Diny yang sudah becek itu semakin berlendir saja dan menimbulkan bunyi berulang-ulang,

“Clek..clek..clek..clek..”.

Diny hanya menggelengkan kepalanya sambil memejamkan mata, bibir seksinya yang terbuka tanda horny mendesah setiap kali tusukan lidah Pak Suparno sampai di bagian terdalam vaginanya,

“Aaah…aaahh…aah…ahh”desah Diny.

Keluh Diny dalam hati :

(Ooooohhh….tua bangka ini akan mengalahkan-ku).

(Aku sudah diambang klimax).

Tiba–tiba, mulut doer petugas TU itu menyiumi bibir vagina Diny. Bapak tua mesum itu menyauk vagina Diny seperti sepasang kekasih yang berciuman penuh nafsu, dengan ganas sambil mencengkram kencang bongkahan pantat sekalnya, kemudian menyedotnya kuat–kuat.

Srruuuph…

“Aaaaaaahhh….ssshh!”Diny tidak bisa bertahan lagi,



Siswi berwajah oriental seperti pemain film JAV itu mendesah panjang dalam orgasme pertama siang hari itu dengannya, tubuhnya mengejang hebat dan jus cinta harumnya pun meluber dari liang vaginanya. Pak Suparno menyeruputnya kuat–kuat sehingga tidak ada yang menetes keluar, semua lendir vagina lezat itu ditenggaknya, seperti orang sedang dahaga di gurun pasir menegak air minum sampai habis. Saat Diny mengalami orgasmenya itu, dia tubuhnya mengejat–ngejat dan membenturkan badannya sendiri ke papan tulis di belakangnya sambil menguatkan remasan pada pegangan tangan di rok putih SMU-nya…saat selesai orgasme Diny sudah lemas, hingga melepas remasan pada roknya hingga rok putih itu menutupi wajah orang tua itu. Dia tidak peduli lagi jika Pak Suparno akan membentaknya, karena tubuhnya serasa lemas sekali namun puas akan orgasmenya. Terlihat gelembungan pada rok putih SMU Diny yang berarti ada kepala seseorang di selangkangannya. Pak Suparno masih saja getol menjilat–jilat di bawah sana…walaupun tidak melihat secara langsung tetapi terasa jelas menggelitik, hangat basah serta kasar lidah pria tua itu pada vaginanya. Diny meremas-remas kepala orang tua bejat itu di balik rok putihnya. Karena takut nanti Pak Suparno akan memarahinya, maka setelah Diny mendapat kekuatan, dia kembali mengangkat celana SMU-nya itu dan ternyata…yang dilihat bukan raut wajah galaknya, malah senyum mesum yang terukir pada wajah tuanya itu yang kini berada di selangkangannya sambil mengemut–emut vagina manisnya, sepertinya Bapak tua mesum itu senang sekali…senang karena bisa menguasai vagina wanginya dengan mulutnya…senang karena berhasil menaklukkan Diny yang anggun itu. Pak Suparno menarik kepalanya dari selangkangan Diny.

“Betul pan kata bapak, koe juga suka toh…hak..hak..hak..Bapak juga demen banget sama memek koe neng…enak !”Pak Suparno mengakhiri kata-katanya.

Tampaknya ia sudah tidak tahan lagi. Orang tua itu bangkit dan Diny melihat ke arah penisnya. Ooooohh…..tidak !! Penisnya konak mengacung menantang langit, tegak keras siap mengoyak–ngoyak vagina Diny sampai hancur tak berbentuk. Pak Suparno betul–betul terangsang saat menjilat dan menyedot vagina Diny tadi. Seperti hari sebelumnya, dia menginginkan persetubuhan sekarang.



“Buka bajunya Neng…koe keliatan kegerahan ya..!”katanya sok baik, melihat banyaknya peluh yang mengalir membasahi baju Diny, padahal niatnya mesum.

“Si..si..siap Tuan”.

“Siap Tuan!…pake hormat donk…neng kan tau etika upacara” katanya menggurui.

“Si..si..siap tuan” kata Diny dengan mengangkat tangan hormat.

“Nah gitu donk, baru lonte bapak…kita-pan lagi upacara ngentot…koe sebagai petugas dan bapak pemimpinnya…maka koe harus hormat dan patuh” tambahnya.

Karena terlanjur sudah masuk dalam lingkaran setan ini, Diny pun membuka kancing baju sekolahnya satu per satu. Pak Suparno juga memelorotkan celananya yang sudah setengah terbuka itu berikut pakaiannya. Pak Suparno melihat Diny yang bereaksi lambat pada perintahnya karena membuka kancing saja belum selesai, mulut doernya ngomel–ngomel tidak jelas karena tidak sabar menunggu gerakan Diny yang disengaja lama.

----------

“Koe tuh yah…enda usah sok suci…wong koe udah bapak pake’ berkali–kali juga” omelnya sinting sambil membuka paksa kancing baju Diny.

Namun tidak semua kancing baju sekolah Diny dia lepaskan, dia menyisakan bagian bawahnya agar tetap terkancing guna untuk menahannya, karena berikutnya dia membelit dan menyangkutkan baju Diny di bagian bawah dada persis di perutnya…begitu juga Bra hitamnya dia tarik kasar turun hingga payudara montok Diny menyembul.

“Whuuuaa….anak sekarang…pada cepat berkembang yah hak hak hak hak” ledeknya sambil meremas–remas payudara Diny.

Rok putih SMU-nya juga dinaikkan oleh Pak Suparno dan dilepitkan di sekitar pinggang Diny, celana dalam hitamnya masih menggantung di kaki sejengkal di atas lutut…dimana kedua pahanya masih merapat. Pak Suparno memegang paha bagian dalam Diny hendak membukanya meminta jalan lalu melebarkannya bersiap menyetubuhinya. Diny menyenderkan tubuhnya dari badan hingga kepala pada whiteboard di depan kelas, sementara bongkahan pantat sekal Diny merasakan dinginnya dinding kelas. Agar tidak jatuh akibat gerakan brutalnya nanti Diny berpegangan pada kedua pundak Bapak tua mesum itu.



Jantung Diny berdebar–debar saat melihat kepala penis Pak Suparno menyentuh bibir kewanitaannya, walaupun dia sudah pernah melakukan ini berkali-kali dengannya, tetapi dirinya tetap tidak rela disenggamai Bapak tua petugas TU yang sangat kasar itu. Pak Suparno memegang batang penis hitamnya dengan sebelah tangan untuk menuntun, sementara sebelah tangan kiri-nya membentangkan bibir vagina Diny selebar–lebarnya, sampai terlihat daging-daging kecil merah muda yang berbentuk indah.

“Ja..jangan Tuan…ampun…”ibanya sambil menggelengkan kepala dan menangis.

Pak Parno menyeringai mesum dan,

“Hheeee….!”geram Pak Suparno menyentak penisnya.

Jleebh…bunyi kepala dan leher penis yang berhasil memasuki gerbang surga itu.

“Aaaawh….aaaahh”

“Eeeengh….gile seret Hhhggh”

Keduanya bereaksi menceracau nikmat atas pertemuan awal dua kelamin itu, Diny melihat ke bawah begitu juga Pak Suparno, Diny menahan nafas begitu juga Pak Suparno saat menyentakkan penisnya tadi hingga masuk ke vaginanya baru pada bagian kepala dan lehernya saja karena masih seret…mereka melihat begitu jelas prosesi kepala penis itu saat memasuki liang kewanitaan dan terjepit ketat nikmat di dalamnya.

“Busyeeet….seret tenan memek koe…masih kaya perawan…Hheeenngh”komentar Bapak petugas TU itu.

“Ooooohh tidak….dia berhasil menyetubuhiku…kenapa aku merasakan nikmat…padahal aku tidak mengijinkan si bandot tua bau ini…mana yang masuk baru kepala penis dan lehernya saja..belum badan hingga pangkalnya…Oooh..help me God !!” keluh Diny dalam hati.

Mereka sama–sama menghembuskan nafas sambil mengejan nikmat setelah merasakan step awal prosesi persetubuhan mereka. Pak Suparno menatap mata Diny tajam penuh nafsu, nafasnya mendengus berat…Diny balik menatapnya dengan penuh kepasrahan dan mengeluarkan desahan seksi pada Bapak tua yang sudah menguasai vaginanya itu.



“Ooohhh tidak…dia bersiap melanjutkan ke step berikutnya. Aku tahu step itu…aku tidak menginginkan itu tapi aku juga menikmatinya” keluh Diny dalam hati lagi,

Dalam kontradiksi itu Diny hanya bisa meremas–remas bagian pundak Pak Sukarman, sambil menggeleng–gelengkan kepalanya dengan wajah memelas, remaja SMU berwajah anggun itu memukul-mukul dada petugas TU itu yang hendak memperkosanya habis-habisan.

“Sudah Tuan…jangan diteruskan…ampun Tuan…cukup!”iba Diny.

Bapak tua mesum itu menyeringai hingga memperlihatkan gigi hitamnya, tangan kirinya menangkup pantat sekal sebelah kanan Diny sementara tangan kanannya mengarahkan penisnya agar pasti pas masuk ke vagina Diny.

“Nak ning..nik nang nik nung..nak ning”ejeknya, sambil menggoyang kepala berjoget.

“Modar koe”geramnya dengan bangga menyentak masuk penisnya.

Jreeeess………..

“Aaaaaaakhh….”

“Uwooooohh….”

Dua ekspresi kenikmatan yang bersamaan itu keluar dari mulut mereka hingga menggema di ruangan kelas itu, saat kejantanan Pak Suparno menyeruak masuk paksa ke liang vagina Diny betinanya, Diny mengembik sambil mencakar kencang pundaknya, sementara Pak Suparno melenguh sambil menganga tak percaya merasakan kenikmatan luar biasa berupa jepitan vagina kencang di penis ereksinya. Batang penis Pak Suparno berhasil menguasai mahkota kehormatan Diny, mendominasi kewanitaannya, merajai liang surganya. Begitu mudah penisnya masuk dikarenakan liang senggama Diny yang juga sudah sangat licin oleh lendir vaginanya sendiri. Mata mereka berdua masih saling tatap, mata pemangsa dan mata buruan…cengiran puas di wajah tuanya, Diny pasrah sepasrahnya menatap Bapak tua penyetubuhnya itu. Nafas mereka kembali berhembus dengan cepatnya, naik turun keluar masuk hidung. Diny merasa ada sesuatu yang besar mengganjal di bagian bawahnya, sesak sekali tetapi nikmat. Air matapun mengalir, bukan karena sakit…melainkan dalam kebimbangan yang tidak pernah terselesaikan. Yaph, bimbang karena ini semua salah tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa semua ini nikmat.



“Eeennggh…legit pisan memek koe neng !”gumamnya nikmat.

Tanpa membuang waktu lagi, setelah sukses besar menancapkan kejantanan hitamnya di liang vagina Diny…Pak Suparno langsung menggenjotnya dengan ganas.

“Aaaahhh…ampun pak…ampun !!”Diny mengembik ampun.

Diny seperti berbicara dan memohon pada benda mati, tidak ada reaksi balasan baik itu verbal maupun non verbal, baik itu lisan maupun perbuatan, malahan Pak Suparno bertambah sinting menggenjotnya. Sebelah tangan Diny mencoba mendorong orang tua bejat itu atas gerakannya yang brutal itu, tetapi tangannya malah ditangkap Pak Suparno lalu ditekan keras–keras ke papan whiteboard karena seolah–olah tangan Diny penggangu bagi dirinya, penggangu untuk dirinya merasakan vaginanya, penggangu batang penisnya untuk menikmati jepitan liang surgawinya. Penis Pak Suparno maju mundur di vagina Diny, dia menodainya…siswi pelajar yang seharusnya di bimbing dan dinasehati bukan di setubuhi. Mata pria tua itu menatap nanar pada kedua payudara Diny yang terombang-ambing karena genjotan kasarnya, melihat itu dia tidak bisa menahan dirinya untuk menundukkan wajah dan mengemut payudara montok Diny dengan mulutnya, mubazir katanya. Diny merasa emutan lahap Pak Suparno di payudaranya merupakan rangsangan additional (tambahan) yang sangat manjur, dimana payudara sensitive itu di tangkup mulut besar Pak Suparno, pentilnya dijilat-jilat dan hembusan nafas penuh nafsu di area dadanya, dimana kesemuanya itu membuat dirinya semakin terbang. Diny sudah sangat pasrah terhadap Pak Suparno, penyerahan tubuhnya total, seandainya Pak Suparno tidak menangkup pantatnya dengan kasar, menekan keras tangannya ke whiteboard, dan menyetubuhi dirinya dengan brutal pun…Diny tidak akan melawan. Payudara Diny memerah akibat cupangan-cupangan Pak Suparno dan di penuhi liurnya, Pak Suparno menyenggamai Diny dengan sentakan–sentakan kasar, tidak manusiawi penuh nafsu hewani, sodokannya sesekali dan jarang tetapi kuat, kencang dan dalam. 



Setiap sodokan penis di musiki oleh erangan dan lenguhan kenikmatan mereka berdua, Diny tidak menangis lagi, malah keadaannya waktu itu seperti wanita yang sedang horny berat. Senang disetubuhi, menerima semua sodokan walaupun kasar sekalipun. Mulutnya terbuka, lidahnya mengambang dan matanya sayu, melayani nafsu Pak Suparno dengan sepasrah-pasrahnya, menunggu dengan sabar pejantannya itu mencapai climax sex.Tidak lama Diny merasakan sodokan Pak Suparno terasa lebih brutal dan lebih dalam, sampai–sampai ujung kepala penisnya terasa di rahimnya. Tubuhnya lebih terguncang daripada sebelumnya, vaginanya merasakan sedang mengatup sesuatu benda panjang berurat yang semakin keras, membesar dan bergetar. Cengkraman tangan kanannya yang tadi menangkap pergelangan tangan kiri Diny dan menekannya ke papan tulis semakin kencang…tangan itu digerakkan mendekati rambut Diny, jari-jari Pak Suparno yang kosong digunakan untuk menjambak rambut Diny, sementara tangan kirinya semakin gemas dan kencang meremas pantat sekal Diny. Pak Suparno menyentak–nyentak tubuh Diny dengan penuh nafsu, Bapak tua mesum itu tampak sudah di ambang klimax, sebelah pantat putih Diny yang tidak diremasnya menimbulkan suara saat bertepukan dengan dinding dan badan yang terhempas akibat sentakan menghasilkan bunyi–bunyi gusrakan di papan whiteboard kelas itu. Suasana perkosaan ditambah ramai dengan desahan dan lenguhan mereka berdua, Petugas TU itu menggenjot Diny semakin cepat dan cepat. Mulut Pak Suparno menceracau jorok saat mendekati ejakulasinya,

“Gilee memek luu…gilee memek lu…legit banget…ngehek..Eeengh !!”

Tak lama Diny merasakan beberapa sentakan kasar Pak Suparno disertai semburan cairan kental hangat yang membanjiri liang vaginanya.

Petugas TU yang sudah berumur itu mengerang nikmat, dia mengejan menahan nafas dan menggemeratakan giginya yang hitam dan jarang itu. Tubuhnya berkelojotan membabi buta tidak jelas arah, menyentak–nyentak penuh nikmat dibarengi lenguhan nikmat, tangannya menekan kasar tangan Diny di whiteboard, sebelahnya lagi meremas dengan kencang bongkahan pantat Diny, matanya nanar memandang wajah cantik Diny, Mlutnya menganga menjulurkan lidahnya hingga mengeluarkan liur, hidungnya beringus sangat menjijikan, sehingga Diny betul-betul melihat dengan jarak yang sangat dekat wajah tua jelek yang semakin jelek saja tidak tertolong, penisnya berkedut–kedut nikmat, membanjiri liang kewanitaan Diny dengan spermanya.



Berhasil sudah Pak Suparno mendapatkan apa yang diinginkannya, berjuta–juta kepuasan terlihat dari cengiran di depan wajahnya persis. Dia melepaskan pegangan tangannya, remasannya pada pantat Diny dan juga penisnya ia tarik keluar dari liang senggama Diny, spermanya menjuntai di antara penis dan vagina siswi anggun berwajah Indo-Japan itu. Juntaian itu terlepas saat badan Diny ambruk karena kelelahan dan dia juga tidak menahan tubuh dia, Diny terduduk dengan paha mengangkang…Pak Suparno juga duduk berselonjor puas dengan nafas yang ngos-ngosan di depan Diny. Bapak tua petugas TU sekolah itu tersenyum kemenangan saat melihat hasil karyanya di vagina Diny, dengan kedua jarinya, Bapak brengsek itu membuka liang senggama yang baru saja memberinya kepuasan yang sekarang belepotan dipenuhi spermanya.

“Enak tenan memek koe neng heh..heh..heh puas Bapak heh..heh ngentot cewe cakep kaya neng…”lecehnya puas dengan nafas terengah-engah.

Pak Suparno merubah posisi duduknya menjadi berhadap–hadapan dengan Diny, dia mengganjal kaki Diny dengan kakinya agar tidak bisa mengatup dan bunga sekolah itu hanya bisa pasrah. Bapak mesum berumur itu memasukkan jarinya keluar masuk ke liang vagina Diny yang belepotan spermanya…karena dia tahu bahwa Diny sedang dalam keadaan “tanggung orgasme”.

Secara seks Diny menerima perlakuan Pak Suparno, tetapi secara hati nurani dia masih tetap mempertahankan kehormatannya walaupun sudah terkoyak–koyak tidak berbentuk.

Maka dengan sigap Diny menggerakkan tangan dengan sisa tenaga yang ada, mencoba menghalangi jari-jari nakal Pak Suparno yang seperti tentacle mengobok–obok vagina Diny, tetapi karena motivasinya setengah–setengah diantara membiarkan tangan Pak Suparno yang bergerilya di vaginanya karena nikmat yang malah membuatnya mendekati klimaks, dan menahan jari-jemari setan itu untuk menjaga harga dirinya. Sperma kental Pak Suparno yang memenuhi seluruh pelosok vagina Diny membludak keluar.

“Pejuh siapa nih banyak tenan neng…Hak hak hak” ejeknya.

“Cukup pak…sudah…tolong berhenti…Heengh”lenguh Diny lemah diantara nikmat dan benci.



Bibir atas Diny berbeda pendapat dengan bibir bawahnya, vagina yang tadi sudah becek saat disetubuhi dan sempat berhenti kini kembali memproduksi lendir–lendir cinta yang menyatakan mutlak bahwa Diny amat sangat terangsang dengan kobokan nakal tangan kasar Pak Suparno di liang kewanitaannya. Tidak berapa lama Diny mendesah–desah seksi, tangannya yang tadi berdiam diri lemas kini menuju ke payudaranya sendiri, lalu meremas–remasnya seperti saat dia masturbasi. Melihat itu Pak Suparno menyengir mesum dengan sejelek-jeleknya makhluk, dia senang ternyata budak seksnya menyerah juga.

“Haaaaahhh….haaaahh….haaahh……”desah Diny berat diambang orgasmenya.

“Iyaaaaahh…Aaahh…iyaa..aaaaahhh”jerit Diny panjang saat orgasme.

Crrrrtttt….cret…seeerr…seerr…crrt !!

Diny mengerang sejadi–jadinya sambil mengejat-ngejat, melepas semua kemunafikan dan birahi yang sedari tadi ditahannya demi harga dirinya…kakinya yang ditahan Pak Suparno berkelojotan berontak menendang-nendang, vagina itu mengeluarkan cairannya yang dari tadi tertahan di vaginanya. Jus cinta itu memuncrati Pak Suparno yang berada di depannya, Pak Suparno hanya tertawa sinting, Diny mengejan–ngejan nikmat dengan desahan seksi dari mulutnya dan mata jelitanya sayu. Lendir itu mendorong keluar onggokan sperma Pak Suparno, sehingga lantai kelas itu banjir oleh cairan mereka berdua, setelah selesai Diny pun langsung ambruk di dada kanan Tuannya Pak Suparno sang pejantan sekaligus pemenang. Pak Suparno tertawa terbahak-bahak senang melihat keadaan Diny yang sudah rapuh dan dikuasainya itu.

“Dasar lonte…bilang jangan tapi keluar juga hak…hak…hak”hinanya.

Nafas Diny memburu seperti orang sehabis berlari, mulutnya megap–megap seperti ikan tidak bisa bernafas, mata jelitanya sayu seksi, pikirannya kacau balau, karena dia harus mendapatkan orgasme dari orang yang dibencinya. Pak Suparno menggenggam kedua lengan Diny yang putih halus itu dengan kedua tangan kasarnya, lalu mengecup mesra bagian leher kiri Diny, kecupan itu merambat sampai pundak Diny yang harum dan putih mulus.



“Hhmmm….neng Diny, koe udah keringetan gini masih aja wangi yah…cocok jadi lonte…bapak suka banget Neng…udah ayu wangi lagi”pujinya diselingi lecehan.

Diny hanya bisa mendengarkan semua pujian dan lecehan brengsek pria berumur itu karena lemasnya.

Pak Suparno memegang pipi kiri dan kanan Diny lalu berkata di depan wajahnya.

“Neng Diny…koe itu lonte bapak…mulai sekarang…seluruh tubuh koe punya bapak seorang…badan, rambut, muka, tangan, kaki, bokong, tetek, memek…semua punya bapak…koe ndak boleh punya pacar…koe harus ngelayanin bapak, apa yang bapak mau koe musti turutin…ngarti !”kata petugas TU mesum itu mendoktrin Diny.

Diny memang tidak punya pilihan lain, daripada dia tersiksa mencoba berontak dia tidak akan bisa, karena bukan saja tenaganya tidak cukup melawan Pak Suparno yang sudah kesetanan seks itu, namun juga tubuhnya menikmati pelecehan Pak Suparno, sehingga pro dan kontra perang dingin di dalam dirinya sendiri. Ia menganggukkan kepala tanda setuju sebagaimana persetujuan atas perjanjian kerja tanda tangan di atas materai. Persetujuannya resmi sudah bahwa Diny akan dipekerjakan Pak Suparno sebagai budak seksnya, seluruh aset dalam tubuh Diny akan dipakainya dalam urusan seks. Yah, betapa beruntungnya Pak Suparno dan betapa sialnya Diny. Setelah kira–kira beberapa menit dan tenaga sudah kembali berkumpul Bapak tua bejat itu berdiri, dia menyeringai melihat wajah Diny yang seolah takluk serta tunduk patuh padanya, tertawa dengan sintingnya hingga membahana memenuhi ruangan kelas itu…tertawa kemenangan dengan congkaknya sambil berkacak pinggang. Diny muak sekali dengan Pak Suparno sebenarnya tapi juga tidak memungkiri bahwa dia tadi merasakan nikmatnya orgasme oleh pria berumur itu.

“Ayoh Neng, udah mao sore nih…jangan buang waktu, pepatah mengatakan bahwa waktu adalah ngentot”karangnya.

Entah apa yang dia ingin lakukan lagi, Diny tidak tahu…dia takut, benci namun juga horny. Sex dengan orang seperti Pak Suparno hanya membuatnya tersiksa karena serba salah. Pria tua mesum itu nampak puas sekali dengan tatapan takluk Diny ke arahnya, seperti Budak menatap Tuannya.



Diny pun mencoba bangkit, namun alhasil dia malah terjatuh karena lemas, melihat itu Pak Suparno bertindak, Pak Suparno menyuruh Diny untuk berlutut dengan posisi anjing dia menurunkan celana dalam hitam seksi Diny di lututnya agar budak seks kesayangan barunya itu tidak lecet kakinya, lalu dia mengambil sesuatu di meja semacam gelang berdiameter besar hitam dihiasi bintik-bintik logam bertali rantai seperti yang dikenakan anjing, kemudian dia melingkarkan benda itu di leher Diny.

(Oooohh…tidak..!! dia menganggapku seperti binatang piarannya)

Keluh Diny dalam hati.

“Plaaaaakk…”Pak Suparno menampar kasar pantat sekal Diny.

“Aaaauchh…”Jerit Diny kesakitan.

“Ayo…jalan lonte.!!”hinanya sambil memerintah.

“Ba..ba..baik tuan..”jawab Diny takut.

Sebuah potret yang mengerikan, Diny berjalan keluar ruangan dengan pakaian sekolah seadanya dan acak–acakan sementara Pak Suparno telanjang, Bapak-bapak berkulit hitam berwajah keras bertubuh pendek berbadan kurus namun perut buncit, sedang menjinjing seorang gadis remaja SMU berwajah cantik berbody seksi berkulit putih dan mulus yang sedang menungging bertumpu pada kedua tangan dan lututnya seperti anjing.

Tuan Suparno sedang berjalan–jalan dengan “binatang piaraan kesayangannya” yang bernama Diny Yusvita budak seksnya. Diny berjalan seperti anjing dengan di lututnya masih tersangkut celana dalam hitam, baju dan juga Bra hitamnya masih terlipat di bawah payudaranya, sehingga payudara putih dengan puting merah muda itu menyembul montok, ikat pinggang kulit hitam lusuh Pak Parno melilit di lehernya, sepatu hak hitam dan rok putih SMA yang masih terlipat di perut sehingga pantatnya yang putih semok itu goyang bergelombang seksi saat berjalan merangkak seperti anjing. Sebelah tangan Pak Suparno menjambak rambut Diny dan sebelah tangannya lagi usil meraba, mencoel, meremas dan kadang–kadang sengaja menampar pantat sekal Diny dengan keras hingga si cantik itu mengaduh kesakitan. Mereka berjalan–jalan melintasi beberapa kelas, hingga mereka mendekat di suatu kelas dan mendengar suara erangan gadis yang tidak seorang tetapi banyak dan juga bunyi tamparan–tamparan yang tidak asing serta suara tawa serak pria tua yang menjijikan.



Jantung Diny pun berdegup kencang, dia mulai menerka–nerka dalam hati suara siapakah gerangan.

(Siapakah mereka..?)

(Suaranya seperti aku kenal…?)

(Apa yang sedang mereka lakukan ?)

(Adakah yang bernasib sama denganku ?)

Akhirnya Diny dan Pak Parno sampai di depan pintu kelas, dan terlihatlah pemandangan yang edan namun menggairahkan bagi keduanya. Pak Suparno melihat pemandangan itu dengan penuh nafsu, sementara Diny melihat itu dengan mata tidak percaya dan ketakutan hingga meneteskan air matanya. Ada 3 Bapak–bapak tua mesum dan 3 orang siswi juga di kelas itu yang dikenalnya, keadaan para gadis sudah setengah bugil sama persis seperti dirinya dan ketiga pejantannya sudah memakai kaos singlet yang sudah usang dan sudah melepas kolor mereka. Penis ketiga Bapak-bapak itu mengacung tegak siap beraksi, gilanya lagi property yang dikenakan para gadis sama seperti Diny, pakaian seragam putih-putih..peci paskibraka berikut bros bendera indonesia..syal merah putih di leher..pakaian dalam serba hitam tipis..dan sepatu hak hitam seksi.

(Oooh Tuhan….tidak !! tidak mungkin !!)

(Dimarsasih…Abah Ro’un…mba Shinta…dan siapa itu…siapa orang di dalam rok mba Shinta…Sabrina, si cantik Blasteran itu dan Babeh Ti’ung).

(A….a…a..ada apa ini ?)tanya Diny dalam hati tidak percaya.

(Ti..ti..tidak mungkin…apalagi…mba Shintaku…idolaku…dia adalah kakak kelas idola sekolah…tidak mungkin…mu..mustahil dia seperti ini…Di..di..dimar juga).

(Tidaaaaaaakk……….)jerit Diny dalam hati,

Gadis ABG cantik itu menggeleng-gelengkan kepalanya, air mata mengalir indah dari sudut mata jelitanya membasahi pipinya.

Apa yang terjadi dengan mereka…??

Kenapa mereka juga bisa seperti ini ??

Siapakah mereka…??


sumber : www.meremmelek.net

No comments:

Post a Comment