Tuesday, June 19, 2012

MODEL AMOY dedicated to brada babysoros

Aku seorang fotografer yang sering mengorbitkan model2 yang belum punya nama. Aku punya kenalan banyak produser film dan agency model, sehingga aku selalu berhasil menyalurkan para model2 baru ini kepada mereka. Mereka percaya karena model2 yang kuajukan biasanya tidak pernah mengecewakan walaupun mereka belum berpengalaman.

Alkisah... Aku kenalan dengan satu cewek amoy, sebut saja Fika, abg asal kota amoy, Singkawang. Seperti ciri kebanyakan abg amoy, Fika punya perawakan kutilang tapi gak darat, karena toketnya lumyayan gede. Pinggangnya ramping dan pinggulnya yang besar sehingga membuat setiap lelaki betah berlama2 menyapu tubuh Fika dengan matanya. Apalagi kalo liat Fika jalan, pantatnya yang besar bergerak kekiri kekanan mengikuti gerak langkahnya. Pasti bikin napsu lelaki yang ngeliatnya, apalagi Fika sering pake celana panjang, apalagi pendek, yang ketat. Kulitnya yang putih dan wajah sendu dengan sepasang mata sipit menambah kecantikan Fika.

Yang khas lagi dari Fika adalah bulu tangan dan kaki yang panjang2, ditambah dengan kumis tipis yang menghiasi bagian atas dari bibir mungilnya, menambah keseksiannya. Pastilah jembutnya lebat, dan napsunya gede. Model pakeannya juga selalu seperti yang dipake 
abg amoy, rambut lurus sebahu yang dicat kepirangan, blus ketat yang menonjolkan kemontokkan toketnya, dan celana hipster yang juga ketat sehingga pinggang dan pinggulnya pasti menarik perhatian lelaki yang melihatnya. Lagian blus ketatnya cuma sepinggang sehingga pinggang dan perutnya yang putih mulus serta pusernya suka ngintip kalo Fika bergerak.

Singkat cerita Fika ingin mencoba peruntungannya dibidang modelling.

"Kamu punya bikini atau daleman model bikini gak?", tanyaku ketika menjadwalkan sesi pemotretan.

"Punya om, cowokku sering beliin aku daleman model bikini, mana kekecilan dan tipis lagi. Bikini juga ada".

"Kamu bawa ya, juga bawa baju ganti karena kita akan shooting di vila, kalo enggak selesai kita nginep ya".

"Nginep om?", tanyanya.

"Yoi.. Napa, kamu keberatan? Kalo gak selesai masa mesti balik lagi dan besok kesana lagi. Buang2 waktu lah, lagian kita juga bisa bikin foto sesionnya malem kan". 

Singkat cerita akhirnya FIKA menyetujui ajakanku untuk menginap.

Pada hari yang dijanjikan, Fika membawa tas yang berisi baju ganti, bikini dan beberapa daleman bikini serta mantel.

"Hai Fik..", sapaku ketika jumpa di resto yang menjadi tempat pertemuan kami.

Fika pake blus ketat warna pink dan jins hipster ketat juga.

"Wah kamu cantik sekali, Fik, seksi juga lagi", kataku sambil menyalami Fika.

"Om belum pernah neh dapet model amoy, mana amoynya bahenol lagi".

Aku duduk didepan Fika.

"Kita berangkat sekarang yuk".

Kamipun beranjak dari tempat duduknya dan menuju ke mobil ku yang diparkir di halaman resto. Di jok belakang teronggok tas yang berisi peralatan fotografi, serta peralatan bantu lainnya. Segera mobil meluncur meninggalkan tempat parkir, menembus kemacetan kota menuju ke vilaku yang terletak di daerah Puncak.

Selama diperjalanan kami ngoborol ngalor ngidul. Aku mampir disebuah mini mart didekat vila dan membeli makanan dan minuman serta keperluan lainnya. Belanjaan yang cukup banyak itu ditaruh dibagasi mobil mengingat di jok belakang dah dipenuhi peralatan foto.

Sesampainya di vila, ku menurunkan semua bawaannya. Fika membantu ngangkatin juga selain tas pakeannya.

"Gak ada yang nungguin ya om", tanya Fika.

"Ada yang nunggu, setan...".

"Bener... Om ada setannya?", Fika membelalak ketakutan.

"He he om becanda kok, kalo juga ada setan, setannya takut ama om. Kan om rajanya setan... SETAN HIJAU...", kataku sembari mencolek pinggang Fika yang terbuka.

"Ih, om nakal... geli ah", jeritnya manja.

"Kan vila ini kosong, jadi kalo om mo pake vilanya, ada orang yang dateng buat membersihkan seluruh vila sebelumnya".

Makanan dan minuman dimasukkan ke lemari es, sebagian diletakkan dimeja pantri. 

Ketika itu dah sore, matahari dah mulai turun.

"Fik, masih ada matahari, fotosession dulu yuk. Kamu pake deh bikini kamu. Om tunggu di belakang ya, di kolam renang...".

Fika masuk ke salah satu kamar dan mengganti pakeannya dengan bikini. Karena bikininya minim, toketnya yang besar montok seakan mo ngeloncat keluar. Demikian juga jembutnya 
yang lebat ngintip dari sela2 cd bikininya. Aku menelan ludah ketika melihat Fika berbikini sexy.

"Wao, mulus banget Fik. Merangsang banget...". 

Aku segera memberi arahan pada Fika untuk berpose di pinggir kolam renang dan mulai mengambil gambar. Karena Fika belum pernah akting maka gayanya kaku.

"Kamu malu ya Fik ama om? Kok kaku banget seh gaya kamu?".

Fika hanya tersenyum mendengar pertanyaanku.

"Anggep aja om cowok kamu supaya kamu bisa lebih rilex gayanya".

Dengan sabar aku mengarahkan Fika berpose sehingga akhirnya dapet juga satu set foto Fika berbikini. Aku mengomentari apa yang harus diperbaiki sembari melihat foto2 yang diambilnya di laptop. 

Karena dah mulai gelap, foto session dipindah kedalem. Di ruang tamu...

"Fik, kamu ganti pake lingeri, bawa kan?".

"Bawa om...", Fika menghilang lagi kekamar dan mengganti bikininya dengan daleman tipis dan minim yang model bikini juga.

Aku kembali ternganga melihat kemontokan bodi Fika. Karena dalemannya yang tipis maka berbayanglah pentil toket Fika yang belum terlalu besar dan berwarna pink kecoklatan. Demikian pula jembutnya yang lebatpun terlihat jelas dibalik cd tipis yang dipakenya. 

"Wah Fik, kamu lebih merangsang begini daripada telanjang bulet...".

Foto session dimulai lagi dengan menggunakan sofa. Lampu sorot dipake untuk menambah pencahayaan.

Fika tanpa canggung berpose lebih vulgar dari yang di kolam renang, pahanya selalu dikangkangkan menonjolkan kelebatan jembutnya. Toketnyapun selalu dibusungkan sehingga terekam dengan jelas kemontokannya di kameraku. Sehingga aku susah mengendalikan napsu yang sudah sangat berkobar2 melihat kemontokan Fika.

Karena sudah mendapatkan banyak masukan dari hasil sesi foto bikini, Fika jauh lebih rilex berposenya dan memerlukan sangat sedikit perbaikan sehingga cepat selesai sesi foto lingerie. 

Akupun men set kameranya ke lap top dan mulai membahas satu persatu foto yang telah dibuat dengan Fika.

"Foto session ke 3 telanjang ya Fik?".

"Siapa takut, tapi makan dulu ya om, Fika dah laper neh".

"Kita cari makan diluar ya Fik, deket vila ada warung sate kambing, enak".

"Biar tambah hot ya om", jawab Fika sembari menghilang ke kamar.

Keluar dari kamar dia dah memakai pakaeannya yang tadi, blus dan jins hipster.

"Fik, kalo malem dingin, kamu gak bawa mantel?".

"Ada om", kata Fika sembari masuk ke kamar lagi mengambil mantelnya.

Sampe sini aku belum menunjukkan aktivitas apa2, walaupun sudah sangat bernapsu. 

Gak ada sesuatu hal yg menarik selama kami makan di luar...

Sekembali dari makan, Fika memakai bikininya lagi dan mengajakku berenang. Air kolamnya terasa hangat walaupun tidak dipanasi. Aku hanya bercelana gombrong. Kami berenang hilir mudik beberapa saat, kemudian Fika segera keluar dari kolam, membungkus tubuhnya dengan anduk dan berbaring di dipan bermatras yang ada dipinggir kolam. Hawanya terasa dingin, segera akupun keluar dari kolam dan duduk disebelah Fika yang sudah berbaring didipan.

"Om dingin om".

Segera aku berbaring disebelah Fika, memeluknya dan segera memagut bibir mungil Fika. Fika membiarkan saja tindakanku karena dia sangat ingin aku membantunya mengorbitkan dia. Sebentar saja anduk yang membungkus tubuhnya sudah diurai ku. Fika menjadi gelisah, kakinya berubah posisi terus, sebentar kaki kiri diatas kaki kanan, sebentar lagi posisinya sebaliknya. Dia rupanya menahan napsunya yang telah berkobar.

"Kenapa Fik, gatel ya, kok kakinya berubah terus".

Fika diem saja.

Aku mencium pipinya, Fika menggelinjang dan menoleh ke arah ku. Aku segera mencium kembali bibir mungilnya. Melumatnya, lidahku mendesak masuk ke dalam mulut Fika, menggelitik langit langit mulutnya. Aku mulai merabai toketnya yang masih tertutup bra bikininya.

Fika merintih. "Om... Aah...”. 

Aku menjilati lehernya, ”tenang aja Fik, nikmati ..”.

Fika benar benar tak kuasa menolak semua itu , dia hanya pasrah menikmati permainan itu. Kembali aku menciumi bibir Fika lagi. Fika pun membalasnya dengan penuh nafsu. Dengan cepat aku melepas bra bikini yang di kenakan Fika . Fika sama sekali tak menolak. Dadanya telah terbuka. Aku menatap toketnya, yang segera kuraba2. Tubuh Fika gemetar. pentilnya juga kumainkan dengan liar.

Fika mendesah “ ahh.. .. ehhh ….om ohh… “.

Aku pun menjulurkan lidah , menjilati pentilnya yang tampak menonjol keluar. Fika sudah sepenuhnya di kuasai birahi . Aku dengan bernafsu melumat, menyedot toketnya. Membuat Fika semakin birahi. Suara erangan nikmat Fika terdengar, menambah gairahku. Aku pun mengurai ikatan cd bikini Fika sehingga dalam sekejab Fika sudah bertelanjang bulat. Jembutnya yang lebat menyelimuti daerah no noknya. Dengan lembut aku meraba raba paha putih mulusnya. Perlahan aku mengelus elus paha putih Fika. Sambil sedikit demi sedikit Fika merenggangkan kedua kakinya, aku dapat jelas melihat cairan nikmat yang merembes dari no nok Fika membasahi selangkangan. aku menjilati daun telinganya sehingga membuatnya terangsang geli. Satu sentuhan lembut, jarinya tepat di belahan no noknya. Membuat suara erangan birahi keluar dari mulut Fika.

“AAhh …… “.

Aku terus aktif menyapu pentilnya dengan lidah, toketnya tampak mengeras karena napsu. Di sertai getaran getaran jariku di atas belahan no noknya, membuat tubuh Fika bergejolak.

“ohh..... ahhh .. sudah, Fika gak tahan lagi .. ..” erangnya ketika jariku bergerak semakin cepat di belahan no noknya, keatas dan kebawah.

Aku tidak berhenti , jariku bergetar semakin liar. Pentil Fika juga kujilat cepat . 

Tubuh Fika mengejang , Fika menjerit keenakan, dia nyampe. Nafasnya masih memburu di sertai degup jantungnya yang berdetak cepat . Akupun menciumi bibir nya.

"Fik, kamu merasa nikmat gak ..” tanyaku, sambil terus mencium bibir Fika dengan mesra. 

Dengan dua jari, bibir no noknya kukuakkan lebar. Fika mengerang. Aku menatap no nok Fika, dengan liangnya yang basah. Itilnya tampak memerah dan membesar. Aku menjulurkan lidah menjilati itil Fika. Lagi lagi Fika mengerang nikmat. Jilatanku di itil Fika terus membangkitkan nafsu birahi Fika. Sebentar aja Fika telah kembali bernapsu. Fika terus mengerang kenikmatan . Lendir no nok Fika mengalir terus. Rasa nikmat dan gatal mendera it ilnya yang tegang terangsang. Dan tubuhnya kembali menegang.

“Aahh…enak…ahhh..enak..” erangnya.

Lidahku terus bergerak menyapu itil Fika dan membawa Fika kembali mengejang kerena nyampe lagi. Tubuh Fika pun kembali lemas.

"Om, belum dien tot aja Fika dah 2 kali nyampe, apalagi kalo dah dien tot ya om?". 

Setelah beberapa saat, aku membawa tubuh bugil Fika kedalam kamar dan membaringkannya di ranjang. Fika berjalan agak gontai dan sempoyongan, tubuhnya terasa lemas dan tenaganya seperti hilang.

"Kok masuk om, Fika pengen banget mo maen di kolam".

"Kan diluar dingin Fik, ntar masuk angin lagi. Besok kan kita mo foto session nude lagi".

Sekarang Fika telah berbaring di ranjang. aku memberikan minuman yang tadi kubeli di minimart kepada Fika. Aku pun mulai membuka celanaku. kon tolku yang tegang sudah siap untuk memasuki no nok Fika. Aku menghampiri Fika. aku meminta Fika mengemut kon tolku.

“kon tol om...”, kata Fika lirih.

"Emangnya kenapa Fik".

"kon tol om besar sekali, lebih besar dan lebih panjang dari kon tol cowok Fika...”.

Jemarinya mulai menyentuh kepala kon tolku. Pertama kali Fika hanya memegang dengan kedua jemarinya.

“Aah… terus dong Fik, pegang erat dengan kedua tanganmu..”, rayuku penuh nafsu.

“Iiih… keras sekali om...”, bisik Fika.

"Ayo dong digenggam dengan kedua tanganmu, aahh…” aku mengerang nikmat saat tiba-tiba saja Fika bukannya menggenggam tapi malah meremas kuat.

“Iiih sakit ya om", tanyanya.

Aku menatap Fika.

“Ooouhh jangan dilepas Fik, remas seperti tadi, lekas Fik, oohh…” erangku lirih.

Fika kembali meremas kon tolku seperti tadi. Aku melenguh nikmat.

Fika menatap kon tol yang kini sedang diremasnya, jemari kedua tangannya secara bergantian meremas 
batang dan kepala kon tolku. Jemari kiri berada di atas kepala kon tol sedang jemari yang kanan meremas batangnya.

Aku hanya bisa melenguh panjang pendek. “.sshh…Fik… terusss, yaahh… ohh… ssshh...”.

Fika memandang aku sambil tersenyum dan mulai mengusap-usap maju mundur, setelah itu digenggam dan diremas seperti semula tetapi kemudian dia mulai memompa dan mengocok kon tolku maju mundur.

“Aakkkhh… ssshh” aku menggelinjang menahan nikmat.

Fika semakin bersemangat melihat aku merasakan kenikmatan, kedua tangannya bergerak makin cepat maju 
mundur mengocok kon tolku.

“Fik…aahhgghh… sshh, sekarang diemut Fik", pintaku.

Fika pun menjulurkan lidahnya dan menjilati ujung kon tolku. Tapi belum diemutnya . aku mendorong kon tolku hingga ke mulut Fika.

"Ayo dong.. Fik, diemut..dong..” pintaku.

Fika pun perlahan membuka mulutnya. kon toku segera melucur masuk ke dalam mulutnya.

“Uufff …ughh …. “ suara Fika tertahan kontol.

Fika mengeluar masukkan kon tolku didalam mulutnya. aku kemudian menggeser tubuhnya kebawah sampai mukanya tepat berada di atas kedua bulatan toket Fika, perutnya yang menekan no nok Fika. Kembali aku menggerayangi toket Fika, aku mulai menggesekkan jemariku mulai dari bawah toket di atas perut terus menuju gumpalan kedua toketnya yang kenyal dan montok.

Fika merintih dan menggelinjang antara geli dan nikmat. “Om, geli, ayo dong om Fika dien tot", erangnya lirih.

Beberapa saat aku mempermainkan kedua pentilnya yang kemerahan dengan ujung jemariku. Fika menggelinjang lagi, aku memuntir sedikit pentilnya dengan lembut.

”Om…” Fika kembali mendesah.

Secara bersamaan akhirnya aku meremas-remas gemas kedua toketnya dengan sepenuh nafsu.

“Aawww… om”, Fika mengerang dan kedua tangannya memegangi kain sprei dengan kuat.

Aku semakin menggila tak puas meremas lalu aku mulai menjilati kedua toket Fika secara bergantian. Aku menjilati seluruh permukaan toket Fika sampai basah, mulai dari toket yang kiri lalu berpindah ke toket yang kanan, kugigit-gigit pentil Fika secara bergantian sambil kuremas-remas dengan gemas. Lima menit kemudian aku menghisap kedua pentil Fika sekuat-kuatnya. Aku tak peduli Fika menjerit dan menggeliat kesana-kemari, sesekali Fika memegang dan meremasi rambutku, sementara aku tetap mencengkeram dan meremasi kedua toket Fika bergantian sambil menghisap-hisap pentilnya. Pentil Fika kupilin dengan lidahku sambil terus kuhisap. Fika hanya bisa mendesis, mengerang, dan beberapa kali memekik kuat ketika gigiku menggigiti 
pentilnya dengan gemas, hingga tak heran kalau di beberapa tempat di kedua bulatan toket Fika nampak berwarna kemerahan bekas hisapan dan garis-garis kecil bekas gigitanku.

Cukup lama aku mengemut toket Fika, setelah itu aku merayap menurun ke bawah. Ketika lidahku bermain di atas pusar Fika, Fika mulai mengerang-erang kecil keenakan, aku mengecup dan membasahi seluruh perutnya. Ketika bergeser ke bawah lagi, aku membetulkan posisinya di atas selangkangan Fika. Aku membuka ke dua belah paha Fika lebar-lebar, Fika sudah sangat terangsang sekali. Kedua tangan Fika masih tetap memegangi kain sprei. aku memandangi no nok Fika yang ditumbuhi jembut lebat. Bibir no noknya kelihatan gemuk dan padat berwarna putih sedikit kecoklatan, sedangkan celah sempit berada diantara kedua bibir no noknya.

Selanjutnya aku langsung menyosor menekan no nok Fika, hidungku menyelip di antara kedua bibir no nok Fika. Bibirku mengecup bagian bawah bibir no nok Fika dengan bernafsu, sementara tanganku merayap ke balik paha Fika dan meremas pantatnya yang bundar dengan gemas. aku mulai mencumbui bibir no nok Fika yang tebal itu secara bergantian. Puas mengecup dan mengulum bibir bagian atas, aku mengecup dan mengulum bibir no nok Fika bagian bawah. Karena ulahku, Fika sampai menjerit-jerit karena nikmatnya, tubuhnya menggeliat hebat dan terkadang meregang kencang, beberapa kali kedua pahanya sampai menjepit kepalaku yang lagi asyik masyuk bercumbu dengan bibir no noknya. Aku memegangi kedua belah pantat Fika yang sudah berkeringat agar tidak bergerak terlalu banyak. Fika meremasi rambutku sampai kacau. Kadang pantatnya dinaikkan sambil mengejan nikmat atau kadang digoyangkan memutar seirama dengan jilatan lidahku pada seluruh permukaan no noknya. Fika berteriak makin keras, dan terkadang seperti orang menangis saking tak kuatnya menahan kenikmatan. Tubuhnya menggeliat hebat, kepalanya bergerak ke kiri dan ke kanan dengan cepat, sambil mengerang tak karuan. Aku semakin bersemangat melihat tingkahnya. Kusibakkan bibir no nok Fika, terlihat daging berwarna merah muda yang basah oleh air liurnya bercampur dengan cairan lendir Fika. Aku mengusap dengan lembut bibir no noknya, agak ke atas dari liang no noknya yang sempit itu ada tonjolan daging kecil sebesar kacang hijau yang juga berwarna kemerahan, it ilnya. Lalu secepat kilat dengan lidah aku menyentil2 it il Fika. Fika memekik sangat keras sambil menyentak-nyentakkan kedua kakinya kebawah. Fika mengejang hebat, pinggulnya bergerak liar dan kaku, sehingga jilatanku pada it ilnya jadi luput. Dengan gemas aku memegang kuat-kuat kedua belah paha Fika lalu kembali menempelkannya bibir dan hidungku di atas celah kedua bibir no nok Fika. Aku menjulurkan lidahku keluar sepanjang mungkin lalu kutelusupkan menembus jepitan bibir no nok Fika dan kembali menyentil it ilnya. Fika memekik tertahan dan tubuhnya kembali mengejan sambil menghentak-hentakkan kedua kakinya. Pantat nya terangkat ke atas sehingga lidahku memasuki celah bibir no noknya lebih dalam dan menyentil-nyentil it ilnya.

Begitu singkat karena tak sampai 1 menit Fika mengejan kembali dan ada semburan lemah dari dalam liang no noknya berupa cairan hangat agak kental banyak sekali. aku masih menyentil it il Fika beberapa saat sampai tubuh Fika terkulai lemah dan akhirnya pantatnya pun jatuh kembali ke kasur. Fika melenguh panjang pendek meresapi kenikmatan yang baru dirasakan, sementara aku masih menyedot sisa-sisa lendir yang keluar ketika Fika nyampe. Seluruh selangkangan Fika tampak basah penuh air liurku bercampur lendirnya yang kental. Aku menjilati seluruh permukaan no nok Fika sampai agak kering.

“Fik…puas kan…?” bisikku lembut.

Fika sama sekali tak menjawab, matanya terpejam rapat.

“Giliran om ya Fik, om mau masuk nih”, bisikku lagi.

"Om nakal ih.. Sekarang entot Fika yang lama ya om...", rengek Fika.

"Yang penting Fika nikmat kan?".

"Nikmat banget2, om".

Aku segera bangkit dan duduk setengah berlutut di atas tubuh Fika yang telanjang berkeringat. Aku menarik kaki Fika ke atas dan kutumpangkan kedua paha Fika pada pangkal pahaku sehingga kini selangkangan Fika menjadi terbuka lebar. Aku menarik pantat Fika ke arahku sehingga kon tolku langsung menempel di atas no nok Fika yang masih basah. Aku mengusap-usapkan kepala kon tolku pada kedua belah bibir no nok Fika dan lalu beberapa saat kemudian kon tol kutepuk2kan dengan gemas ke no nok Fika.

Fika menggeliat manja dan tertawa kecil, “Om… iiih.. gelii... aah”.

"Fik, kon tol om mau masuk nih”, bisikku penuh nafsu.

“Om, masukin buruan. Fika dah gak tahan lagi neh...", sahut Fika.

Sedikit kusibakkan bibir no nok Fika, lalu kuarahkannya kepala kon tolku yang besar ke liang no nok Fika yang sempit. Aku mulai menekan dan tekan lagi… akhirnya perlahan-lahan mili demi mili liang no nok Fika membesar dan mulai menerima kehadiran kepala kon tolku.

Fika menggigit bibir saking nikmatnya. aku melepaskan jemariku dari bibir no nok Fika dan plekk…bibir no nok Fika langsung menjepit nikmat kepala kon tolku. Fika memejamkan matanya rapat-rapat dan kedua tangannya kembali memegangi kain sprei. aku agak membungkukkan badan ke depan agar pantatku bisa lebih leluasa untuk menekan ke bawah. Aku memajukan pinggulku dan akhirnya kepala kon tolku mulai tenggelam di dalam no nok Fika. Aku kembali menekan, mili demi mili kon tolku secara pasti terus melesak ke dalam no nok Fika. Aku terus menekan kon tolku, terus memaksa memasuki nonok Fika yang luar biasa 
sempit itu. aku memegang pinggul Fika, dan kutarik kearah kon tolku sehingga masuk makin ke dalam. Aku menghentak keras ke bawah, dengan cepat kon tolku mendesak masuk no nok Fika.

Fika mengerang nikmat.

Kuhentakkannya lagi pantatku ke bawah dan akhirnya kon tolku secara sempurna telah tenggelam sampai kandas terjepit di antara bibir no nok Fika. aku berteriak keras saking nikmatnya, mataku mendelik menahan jepitan ketat no nok Fika yang luar biasa. Aku merebahkan badannya di atas tubuh Fika yang telanjang, Fika memelukku, toketnya kembali menekan dadaku. no noknya menjepit meremas kuat kon tolku yang sudah amblas semuanya.

“Fik…bagaimana rasanya”, bisikku.

"Nikmat banget om”, jawabnya.

Aku mencium bibir Fika dengan bernafsu, dan Fikapun membalas dengan tak kalah bernafsu. Kami saling berpagutan lama sekali, lalu sambil tetap begitu aku mulai menggoyang pinggul naik turun. kon tolku mulai menggesek no nok Fika. Pinggulku menghunjam-hunjam dengan cepat mengeluar masukkan kon tolku yang tegang. Fika memeluk punggungku dengan kuat, kukunya terasa menembus kulitku. Fika merintih dan memekik keenakan. Beberapa kali Fika sempat menggigit bibirku saking napsunya. aku hanya merasakan betapa no nok Fika yang hangat dan lembut itu menjepit sangat ketat kon tolku. Ketika kutarik keluar terasa daging no nok Fika seolah mencengkeram kuat kon tolku, sehingga terasa ikut keluar.

"Fik, om nggak tahan lagi nih aahhgghghh”, bisikku.

“Peju om mau keluar".

"Fika juga mo nyampe om, barengan yach".

Dan akhirnya pejuku ngecret di no nok Fika. Fikapun ikut mengejang ketika merasakan hangatnya pejuku 
yang menyembur2 seperti dam yang bobol didalam no noknya. Kamipun berpelukan puas. Dan tanpa terasa kami ketiduran sambil berpelukan telanjang bulat karena kecaapaian dalam permainan tadi.

Kami tertidur sampai menjelang pagi. Ketika terbangun, aku membangunkan Fika juga lalu kami berdua mandi bersama karena semalem kami gak sempet mandi. Di dalam kamar mandi kami saling membersihkan dan berciuman. aku minta Fika jongkok dan menjilati serta mengulum kon tolku yang sudah tegak berdiri lagi. kon tolku dikulum Fika sambil dikocok pelan-pelan naik turun.

“Enak banget Fik, terus diemut Fik”, erangku.

Kemudian giliranku, Fika kusuruh berdiri sambil kaki satunya ditumpangkan di bibir bathtub. Aku menyerang selangkangan Fika, khususnya it ilnya, dengan lidah sehingga Fika mengerang sambil memegang kepalaku dan menenggelamkannya lebih dalam ke no noknya. aku menjulurkannya lidahnya lebih dalam ke no nok Fika sambil mengorek-korek it ilnya dengan jari manis. Semakin hebat rangsangan yang Fika rasakan sampai akhirnya dia nyampe, dengan derasnya lendirnya keluar tanpa bisa dibendung. aku menjilati dan menelan semua lendirnya.

“Om, nikmat banget deh, Fika sampe lemes”, kata Fika.

“Ya udah kamu istirahat aja, om mau sediain makanan dulu ya”, kataku sambil keluar dari kamar mandi bertelanjang bulat.

Fika mengikutinya, juga dengan bertelanjang bulat. Kami sarapan sereal yang dicampur dengan susu, sambil minum kopi. Aku menghangatkan kue2 yang kemarin dibelinya di microwave. Sambil bercanda2 kami menyantap semua makanan yang tersedia. 

Sehabis makan langsung aku menyiapkan kembali peralatan fotonya untuk sesi foto telanjang. Dalam keadaan telanjang bulat Fika berpose dengan macam2 gaya, dikamar mandi, diranjang, disofa, dimeja makan, di beranda dan terakhir kembali dikolam renang. aku mengekspos kemontokan Fika, toket, pentil, pantat dan jembut Fika.

Cukup lama sesi foto berlangsung. Seperti ketika sesi lingeri, tak banyak kesulitan yang dialami Fika. Dia sudah bisa berpose secara alami, berkat arahan dan kenikmatan yang dia peroleh dari aku. 

Selesai pemotretan, Fika berbaring didipan. aku menjatuhkan dadaku diantara kedua belah paha Fika. Lalu dengan gemas, kuciumi pusarnya.

”Om, geli...!” Fika menggeliat manja.

Aku tersenyum sambil terus saja menciumi pusar Fika berulang2 hingga dia menggelinjang beberapa kali. Dengan menggunakan ke2 siku dan lutut aku merangkak sehingga wajahku terbenam diantara ke2 toket Fika. Aku mengecup pentilnya sebelah kiri, kemudian pindah ke pentil kanan. Kuulangi beberapa kali, kemudian aku meremes toket Fika dengan lembut. Remasanku membuat pentil Fika makin mengeras, dengan cepat kukecup pentil Fika dan kukulum2 sambil mengusap punggungnya.

“Kamu cantik sekali, Fik. Kamu gak dicariin ortu kamu kan", kataku sambil mendekatkan wajahnya ke wajah Fika.

Fika hanya tersenyum, menggelengkan kepalanya. Fika merangkul leherku, dan mencium bibirku. Lidahnya nyelip masuk mulutku. Kami langsung berpagutan lagi, Fika sangat bernapsu meladeni ciumanku. aku mencium bibirnya, kemudian lidahku kembali menjalar menuju ke toket dan mengulum pentil Fika. Terus menuju keperut dan menjilati pusar Fika hingga Fika menggelepar menerima rangsangan itu yang terasa nikmat.

“Om enak sekali..” nafasnya terengah2.

Lumatan kulanjutkan pada it il Fika, kujilati, kukulum2, sehingga Fika semakin terangsang hebat. Pantatnya terangkat supaya lebih dekat lagi kemulutku. akupun memainkan lidahku ke dalam no nok Fika yang sudah kubuka sedikit dengan jari. Ketika responsnya sudah hampir mencapai puncak, aku menghentikannya. Aku ganti keposisi 69. Aku telentang dan minta Fika telungkup diatas tubuhku tapi kepala ke arah kon tolku. Aku minta Fika untuk kembali menjilati kepala kon tolku lalu mengulum kon tolku keluar masuk mulutnya dari atas. Setelah Fika lancar melakukannya, aku menjilati no nok dan it il Fika lagi dari bawah. 

Selang beberapa lama kami melakukan pemanasan maka aku berinisiatif untuk menancapkan kon tolku di no nok Fika. Fika kutelentangkan, pahanya kukangkangkan, pantatnya kuganjal dengan bantal. aku kemudian menelungkup diatas Fika. kon tol digesek2kan di no nok Fika yang sudah banyak lendirnya lagi karena it ilnya kujilati barusan.

“Ayo om cepat, Fika sudah tidak tahan lagi”, pintanya dengan bernafsu.

“Wah kamu sudah napsu ya Fik, om suka kalo kita ngen tot setelah kamu napsu banget 
sehingga nikmat banget rasanya ketika kon tol om masuk ke no nok kamu”, jawabku.

Dengan pelan tapi pasti aku memasukkan kon tolnya ke no nok Fika. Fika melenguh sambil merasakan kon tol besar menerobos no noknya yang masih sempit. aku terus menekan2 kon tolku dengan pelan sehingga akhirnya masuk semua. Lalu kutarik pelan-pelan juga dan kumasukkan lagi sampai mendalam, terasa kon tolku nancep dalem sekali.

“Om enjot yang cepat dong, Fika udah mau nyampe ach.. Uch.. Enak om, lebih enak katimbang dijilat om tadi”, lenguhnya.

“Om juga mau ngecret, Fik”, jawabku.

Dengan hitungan detik kami berdua nyampe bersama sambil merapatkan pelukan, terasa no nok Fika berkedutan meremes2 kon tolku. Lemas dan capai kami berbaring sebentar untuk memulihkan tenaga.

Sudah satu jam kami beristirahat, lalu aku minta Fika mengemut kon tolku lagi.

“Om belum puas Fik, mau lagi, boleh kan?” kataku.

“Boleh om, Fika juga pengen ngerasain lagi nyampe seperti tadi. Om gak ada matinya, baru aja ngecret dah pengen masuk lagi”, jawabnya sambil mulai menjilati kepala kon tolku yang langsung ngaceng dengan kerasnya.

Kemudian kepalanya mulai mengangguk2 mengeluar masukkan kon tolku dimulutnya.

Aku mengerang kenikmatan, “Enak banget Fik emutanmu. Tadi no nokmu juga ngempot kon tol om ketika kamu nyampe. Nikmat banget deh, boleh diulang ya Fik kapan2".

Fika diam tidak menjawab karena ada kon tol dalam mulutnya.

“Fik, om udah mau ngecret nih, om masukkin lagi ya ke no nok kamu..?”, kataku sambil minta Fika nungging. 

Sambil nungging Fika bertanya, “Mau dimasukkin di pantat ya om, Fika gak mau ah...”.

“Ya gak lah Fik, ngapain di pantat, di no nok kamu udah nikmat banget kok...”, jawabku.

Urat2 berwarna hijau di kulit batang kon tolku makin membengkak. Aku menekan pinggulku sehingga kepala kon tolku nyelip di bibir no nok Fika. Terasa bibir no nok Fika menjepit kon tolku yang besar itu. Aku menciumi leher Fika, “Oh…om”, lenguh Fika ketika aku menciumi telinganya.

Dengan pelan kumasukkan kon tolku ke no nok Fika. Pelan2 kutarik sedikit kon tolku, kemudian kudorong lagi. Hal ini kulakukan beberapa kali sehingga lendir no nok Fika makin banyak keluarnya, mengolesi kepala kon tolku. Sambil mendesah, aku menekan lagi kon tolku masuk lebih dalam. Aku kembali menarik kon tolku hingga tinggal kepalanya yang terselip di bibir luar no nok Fika, lalu kudorong kembali pelan2.

“Fik, nanti dorong pinggul kamu kebelakang ya”, kataku sambil menarik kembali kon tolku.

Aku kembali mencium telinga Fika dan mendorong kon tolku masuk. Pentilnya kuremes dengan jempol dan telunjuk. Fika tersentak karena enjotan kon tolku dan secara reflex dia mendorong pinggulnya ke belakang sehingga kon tolku nancap lebih dalam. kon tol kembali kutarik keluar lagi dan kubenamkan lagi pelan2, begitu kulakukan beberapa kali sehingga seluruh kon tolku sudah nancap di no nok Fika.

”Akh om...!!!”, lenguhnya ketika terasa kon tolku sudah masuk semua, terasa no noknya berdenyut meremes2 kontolku.

Aku terus menekan2 sampe amblas semua, terasa kon tolku masuk dalem sekali, seperti tadi ketika pantat Fika diganjel bantal. kon tol mulai kukeluar masukkan dengan irama lembut. Tanpa sadar Fika mengikuti iramanya dengan menggoyangkan pantatnya. Tangan kiriku menjalar ke toket Fika dan meremas-remas kecil, sambil mulai memompa dengan semakin cepat. 

Fika mulai merasakan nikmatnya, “Om, nikmat banget ya dien tot om, lebih nikmat dari dien tot cowok Fika. Terus yang cepet ngenjotnya om, rasanya Fika udah mau nyampe lagi”, erangnya.

Itilnya tergesek kon tol ketika aku mengenjotkan kon tolkua masuk. Fika menjadi terengah2 karena nikmatnya.

“Fik, no nokmu peret sekali, terasa lagi empotannya, enak banget Fik ngen tot dengan kamu”.

Terasa bibir no nok Fika ikut terbenam setiap kali kon tol dienjot masuk.

“Om”, erangnya.

Terdengar bunyi “plak” setiap kali aku menghunjamkan kon tolku. Bunyi itu berasal dari beradunya biji pelerku dengan pangkal paha Fika, setiap aku mengenjot kon tolku masuk.

“Fik, om udah mau ngecret”, erangku lagi.

Aku menghunjamkan kon tolku dalam2 di no nok Fika dan terasalah pejuku nyembur2 di dalam no nok Fika. 

Bersamaan dengan itu, “Om, Fika nyampe juga om”, Fika mengejang karena ikutan nyampe. "Om, nikmat banget, kapan ngen totin Fika lagi?".

Aku tidak menjawab, aku terkapar kelelahan. 

sumber : www.meremmelek.net

No comments:

Post a Comment